webnovel

System penakluk

Orion, seseorang dari dunia lain yang secara tiba-tiba muncul di dunia yang penuh dengan sihir dan fantasy bagi orang-orang di dunianya. Dia sendiri adalah orang yang menolak percaya akan sihir dan hal-hal fantasy lainnya, namun itu berubah ketika dia melihatnya langsung. Selain berpindah dunia, Orion juga mendapatkan sesuatu yang membuatnya cukup terkejut. Ada sebuah system yang melekat pada dirinya, dia tahu bahwa system itu akan membuatnya menjadi apapun yang dia inginkan dan dia tentu saja dengan senang hati akan melakukan apapun untuk tujuannya tercapai. Orion adalah orang yang buruk dan dia sendiri sadar akan hal itu, dia juga memiliki masa lalu yang buruk dan kelam. Hal yang ingin dia simpan sendiri dalam-dalam dan di tutup rapat di ingatannya saja. Orion mulai berusaha untuk merubah dirinya, begitu dia bertemu dengan sebuah keluarga sederhana. Keluarga yang menerima dia apa adanya, meski mereka tahu apa yang Orion lakukan. Dengan bersama mereka, Orion mulai berusaha berubah. Agar bisa menjadi lebih baik. Dia berusaha berubah untuk menjadi orang baik, orang baik menurutnya. Bersama dengan bantuan system dan orang-orang sekitarnya, Orion sendiri bertanya. Apakah dia bisa berubah dan sepenuhnya mengubur masa lalunya.

DRH01 · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
92 Chs

Iblis

Orion sekarang sedang makan malam bersama keluarganya, teman-temannya setuju untuk ikut bersama dengannya. Sekarang yang dia butuhkan hanya izin dari kedua orang tuanya, mereka semua makan dengan tenang.

"Ayah...." Orion mulai bicara.

"Ya, ada apa nak?" Sol melirik Orion.

"Begini, aku dan teman-teman ku ingin menjelajahi hutan. Apa boleh?"

"Hutan, ya...." Sol tampak berpikir.

"Memangnya, siapa saja yang pergi bersama mu?"

"Kiana, Kiara dan Zealot. Hanya kami berempat, aku tidak terlalu ingin penjelajahan ini diikuti banyak orang. Lagipula, aku yakin sekali kalau bukan aku saja yang berpikir untuk menjelajah ketika mendapatkan senjata"

"Begitu, ya...."

"Baiklah, ayah mengizinkan. Tapi, pastikan kamu membawa perlengkapan yang cukup"

"Baik, ayah" Orion mengangguk.

"Besok akan ibu membuatkan bekal untuk mu" May berkata.

"Terima kasih, Bu...."

"Kak, apa kau mau ikut bersama kami?" Orion melihat ke Anna yang ada di sampingnya.

"Tentu aku mau, tapi. Besok aku harus belajar bersama yang lainnya, kalian pergi saja"

"Begitu, ya. Baiklah, kapan-kapan kita akan pergi bersama"

"Aku menunggu itu" Anna tersenyum.

.......

Orion dan teman-temannya sudah berkumpul di depan gerbang desa, keadaan di sana cukup ramai. Seperti yang Orion duga, teman-temannya yang lain juga ingin menjelajah ke suatu tempat. Karena sekarang mereka memiliki senjata untuk bertarung.

"Apa kalian sudah siap?" Tanya Zealot kepada Orion, Kiana dan Kiara.

"Sudah" Mereka bertiga menjawab.

Kiana sudah menggenggam kedua pistolnya, Kiara menggenggam belatinya dan Orion tidak menggenggam apapun. Dia menyimpan kedua senjatanya dan melihat ketiga temannya dengan aneh, Zealot sendiri juga menggenggam katananya.

"Eee...Mau apa kalian dengan senjata yang siap tempur ini? Kita masih di desa, loh"

"Memang benar, tapi....Aku begitu bersemangat untuk menggunakan katana ini" Zealot mengelus katana itu dengan pipinya.

"Hei, hati-hati. Bisa-bisa pipi mu terluka"

"Ya, ya..." Zealot menyimpan kembali katananya.

"Apa kalian juga merasa bersemangat seperti Zealot?" Orion melihat ke Kiara dan Kiana.

"Kiara hanya ingin menemani Kiana dan Zealot dalam kekonyolan mereka, hanya itu" Ucap Kiara, tangannya masih menggenggam belatinya sambil mengusap punggung belati itu.

'Tidak, kau terlihat sangat bersemangat Kiara. Itu terlihat jelas' Orion tersenyum tipis melihat kelakuan Kiara itu.

"Ko-konyol, kau bilang Kiara?" Kiana melihat Kiara dengan kesal.

"Begitulah, konyol" Jawab Kiara dengan datar.

"Jangan kau samakan aku dengan si konyol Zee ini..." Kiana menunjuk Zealot.

"Hei, kau baru saja mengejek ku!!" Zealot menjadi kesal.

"Aku hanya bicara tentang kenyataan, kau itu konyol" Kiana berkata.

"Dan Kiara juga bicara soal kenyataan, Kiana itu konyol" Kiara berkata.

"Kiara!!!" Kiana menatap Kiara dengan kesal, jauh lebih kesal dari sebelumnya. Karena Kiara baru saja membalas apa yang dia katakan kepada Zealot.

"Sudah-sudah, kalian semua konyol. Tidak ada lebih konyol dari kalian bertiga" Orion berkata sambil melerai mereka, dia tersenyum.

"..." Mereka bertiga terdiam, sambil menatap Orion dengan kosong.

"Aku hanya bercanda, ayo" Orion mulai berjalan, mereka bertiga saling pandang lalu mengikuti Orion.

Sekarang mereka sudah memasuki kawasan hutan yang di maksud, semakin dalam mereka berjalan. Maka pepohonan semakin lebat dan menutupi jarak pandang mereka, sesekali mereka bertemu dengan hewan buas namun bisa diatasi dengan mudah.

"Sejauh ini, kita masih baik-baik saja dan itu bagus" Zealot berkata, mereka sedang beristirahat.

"Zealot benar, kita beruntung tidak bertemu dengan monster" Kiara menambahkan.

"Sejauh ini hanya hewan-hewan buas biasa, itu melegakan" Kiana berkata.

"Belum..." Ucap Orion, mereka bertiga melihat kearahnya. Orion sedang duduk di atas sebuah batu.

"Kita beruntung belum bertemu dengan monster, itu kata yang tepat" Orion menatap Kiara.

"Kiara pikir, Orion benar"

"Nah, bagaimana jika kita melanjutkan perjalanan?" Zealot berkata, dia sedang melakukan peregangan tubuh.

"Apa kalian sudah tidak merasa lelah?" Orion melihat ke Kiana dan Kiara.

"Ya, kami baik-baik saja" Kiana menjawab.

Mereka pun melanjutkan perjalanan, sama seperti sebelumnya. Mereka hanya bertemu dengan hewan-hewan buas biasa saja, mereka terus bergerak hingga menemukan sebuah gua. Sekarang mereka sudah jauh dari desa.

Dari luar, gua itu tampak biasa saja. Mata orang biasa pasti tidak akan menemukan keanehan dari gua itu. Namun berbeda dengan mereka berempat, mereka sudah cukup terlatih dalam merasakan aura. Dan sekarang, mereka merasakan aura yang paling mengerikan dari yang pernah mereka rasakan sebelumnya.

Berbeda dari teman-temannya yang lain, Orion merasakan ada kesan familiar dari aura itu. Meski hanya sedikit sekali, Orion mengajak mereka untuk masuk dan melihat apa yang ada di sana. Namun mereka menolak, mereka takut dengan apa yang ada di dalam karena dari luar saja sudah seberbahaya itu.

"Kalau begitu, ya sudah. Aku akan masuk, kalian tunggu disini dulu" Orion melangkah maju.

TAP

"Tunggu, Orion. A-Aku juga akan ikut" Kiana menahan tangan Orion.

"Baguslah, ayo. Biar Kiara dan Zee menunggu di luar" Orion menggenggam tangan Kiana.

"Kiara tidak bilang, kalau Kiara ingin di luar. Kiara ikut" Kiara berkata, dia tampak kesal melihat Orion yang menggenggam tangan Kiana. Orion menyadari itu dan langsung melepaskan tangan Kiana.

"Jika kalian semua ikut, aku juga tidak ingin tinggal di sini sendirian. Aku juga ikut" Zealot tampak terpaksa.

Mereka masuk, suara tetesan air dan serangga-serangan kecil mengisi gua itu. Itu membuat Semangat dan keberanian, Kiana dan Zealot menciut. Kiana sekarang menggenggam erat tangan Kiara, sementara Zealot merapat ke Orion.

"Tenanglah, Zee. Tidak ada yang perlu ditakutkan"

"Tentu ada, aura tadi saja sudah menjadi alasan besar dan di tambah oleh suara-suara yang mengganggu ini"

"Itu hanya suara tetesan air dan makhluk-makhluk kecil, untuk apa kau takut?"

"Aku bingung, dari mana kau mendapatkan keberanian sebesar ini?" Zealot melihat ke Orion, sementara Orion hanya terus berjalan maju. Dia menerangi mereka dengan bola cahaya kecil.

"Keberanian? Kurasa menjadi tidak takut, bukan berarti kau berani. Aku hanya tidak takut saja, hanya itu. Aku juga tidak berani seperti yang kau pikir, tentu saja aku berpikir sebelum bertindak" Orion berkata.

"Tidak, aku akan tetap menyebut itu sebagai keberanian" Zealot menggeleng.

"Kalau begitu, terserah pada mu saja"

Mereka sekarang berhenti, ada 3 jalur. Awalnya Orion merencanakan untuk berpisah dan itu di tolak mentah-mentah oleh Kiana dan Zealot, Kiara memutuskan untuk mengundi saja jalur yang akan mereka lewati.

Undian mereka mengarahkan mereka untuk mengambil jalur tengah, mereka pun maju terus. Sudah cukup jauh Orion dan teman-temannya masuk gua dan aura yang di pancar kan semakin pekat dan kuat. Orion bisa merasakan bahwa apapun itu, itu sangat kuat.

Mereka melihat ada sebuah cahaya di ujung sana, ketika mereka semakin mendekat maka aura itu semakin mengancam mereka. Mereka sekarang berhenti, takjub dengan apa yang ada di depan mereka.

"Apakah mataku menipu ku? Tempat ini penuh dengan batu sihir!!!" Zealot berteriak dengan girang. Tempat ini bersinar dengan cahaya warna-warni dari batu sihir.

"Tunggu, Zee. Kau tentu tahu kalau aura itu datangnya dari sini, kan?" Orion menahan Zealot yang hendak masuk.

"Oh, benar. Aku lupa"

"Tunggu sebentar..." Orion menggunakan skillnya.

Skill itu bernama [Discovery], skill itu memungkinkan Orion untuk menemukan keberadaan makhluk hidup atau sesuatu yang memiliki energi. Dia mendapat itu ketika mereka semua bermain, dia sendiri tidak tahu caranya mendapatkan itu.

.

[Skill: [Discovery] memperoleh+50(+5%) poin pengalaman]

.

Orion menemukan sesuatu, dia segera menuju ke sana. Kiana, Kiara dan Zealot mengikutinya. Mereka sampai di antara bebatuan yang cukup sempit dan besar, mereka berhenti di depan sebuah pedang yang tertancap ke dalam tanah dan hanya menyisakan sebagian di atas.

Pedang itu di dominasi oleh warna hitam, hanya tampak sedikit garis-garis emas serta perak di gagang serta memiliki batang silang yang sedikit melengkung.

Ketika mereka melihat pedang ini mereka dapat merasakan kekuatan yang besar darinya, Orion melihat status pedang tersebut. Namun system tidak menunjukkan apapun, maka dari itu dia menggunakan [Maha mengetahui].

.

[Menemukan {Black rover}]

.

{Black rover}: merupakan sacred relic ke-7 dari 12 sacred relic, dibuat oleh 12 dwarf legendaris yang menggunakan kekuatan luar biasa sebagai inti dari pedang itu.

Kelas: Legendaris

.

Orion mendekat ke arah pedang itu, dia menggenggam gagangnya dan berusaha menariknya tapi tidak berhasil, namun tiba-tiba pedang tersebut mengeluarkan aura gelap yang membentuk sosok makhluk yang cukup besar dengan sayap serta tanduk.

"I-I-Iblis....." Zealot tampak ketakutan.

Mereka tentu terkejut dan mundur, kecuali Orion. Dia masih di tempatnya dan masih menggenggam gagang pedang itu, yang lainnya tentu terdiam melihat Orion yang tidak mundur sedikit pun. Mau dilihat dari manapun, iblis itu sangat menakutkan.

"Manusia, apa yang kau lakukan?" Iblis itu menatap ke Orion dengan tatapan dingin dan tajam.

"Menarik pedang ini, kau pikir untuk apa tangan ku berada di gagang pedang ini?" Orion menatap iblis itu, tidak ada keraguan dan ketakutan yang terpancar dari matanya.

"Orion, apa yang kau lakukan? Mundur, iblis itu bisa membunuh mu!!!" Kiana berkata.

"Jangan khawatir, Kiana. Dia tidak akan bisa" Orion berkata, dia masih menatap iblis itu.

"Singkirkan tatapan menjijikkan mu itu, manusia" Iblis itu berkata dengan dingin.

"Itu juga berlaku untuk mu, singkirkan tatapan merendahkan mu dari ku dan teman-teman ku" Orion masih menatapnya, sekarang suaranya menjadi dingin dan tatapannya semakin tajam.

"....." Suasana menjadi hening dan tiba-tiba mencekam untuk Zealot, Kiana dan Kiara.

"Apa kau berani menentang ku, manusia?" Iblis itu berkata.

"Memangnya kau siapa? Ayah ku?" Orion berkata, mereka masih saling tatap.

"Apa yang dia lakukan? Dia memancing amarah iblis itu" Zealot berkata dengan pelan, namun Kiara dan Kiana masih bisa mendengar itu.

"SINGKIRKAN TATAPAN MU ITU!!!" Iblis itu berteriak dengan marah, dia mengayunkan tangannya kepada Orion.

TENG

Tangan besar iblis itu di tahan Orion menggunakan pedangnya, dia mundur dan mendekat ke teman-temannya. Dia tampak menikmati itu, senyum tipis terpampang di wajahnya.

"Sepertinya kau tidak menyukai tatapan mata ku, kau pasti memiliki masa lalu yang tidak menyenangkan dan itu sangat berhubungan dengan tatapan mata ini" Orion berkata.

"Orion, apa yang kau lakukan? Kita harus pergi sekarang, iblis itu bisa membunuh kita dengan mudah" Kiana berkata, dia tampak panik dan takut.

"Kalian pergi saja dulu, ada hal yang harus ku selesaikan dengan iblis ini" Orion melihat ke teman-temannya.

"Tidak, kami tidak mungkin meninggalkan Orion sendiri bersama dengan iblis itu" Kiara menggeleng.

"Itu benar Orion, kami tidak akan pergi tanpa mu" Zealot berkata, dia sudah mengeluarkan katananya.

Orion kembali melangkah maju, dia semakin dekat dengan iblis itu. Iblis itu sekarang tampak tenang, namun tentu dia tidak senang dengan Orion yang mendekat. Teman-teman Orion tidak tahu harus berkata apa tentang Orion yang kembali mendekat ke iblis itu.

Iblis itu sangat berhasrat untuk menghancurkan anak manusia yang ada di depannya, tapi dia tidak bisa melakukan itu karena dia sudah tidak memiliki Mana yang cukup untuk tetap ada. Sekarang Orion berada di depan iblis itu.

"Hei, iblis. Aku menantang mu" Orion berkata dengan santai, teman-temannya terdiam. Mereka memiliki kesempatan mundur yang besar dari tadi, namun Orion dengan mudahnya membuang itu semua.

"Pergilah manusia, kau beruntung kali ini..." Iblis itu mulai mengecil, tubuhnya masuk kembali ke pedang itu secara perlahan.

"Akan ku buat ini menarik..." Orion menggenggam gagang pedang itu, iblis itu berhenti.

"Jika kau menang, kau boleh menggunakan tubuh ku sebagai wadah mu yang baru. Sehingga kau tidak perlu terjebak di pedang itu lagi" Orion berkata dengan yakin.

"Kau pikir berpindah wadah itu semudah memindahkan air dari gelas? Jangan bercanda, lepaskan tanganmu dari gagang ku"

"Jika pun begitu, aku akan menjadi budak mu untuk mencari cara mengeluarkan mu dari sana dan memindahkan seluruh dirimu kedalam diriku"

"....." Iblis itu terdiam, teman-teman Orion sangat terkejut dengan tawaran Orion itu.

"Orion, apa yang kau lakukan? Jangan semudah itu menyerahkan dirimu kepada iblis!!!" Zealot berkata.

"....." Orion tidak menanggapinya.

"Tenang saja, aku tidak akan berbohong. Jika kau ragu, maka kau bisa membunuh ku ketika kita bertarung nantinya" Orion bisa melihat bahwa iblis itu meragukan Orion.

"...." Iblis itu menatap Orion, dia tidak menemukan jejak kebohongan di wajah serta matanya.

"Lalu, jika kau menang. Maka apa yang akan kau dapatkan?"

"Aku akan mendapatkan pedang ini dan yang berarti, kau juga akan menjadi milikku" Orion mengusap gagang pedang itu.

"Menarik...." Iblis itu tersenyum, namun tampak mengerikan.

"Ribuan tahun aku hidup, sangat jarang bertemu dengan manusia seperti mu. Kebanyakan dari mereka mati dengan cepat" Iblis itu kembali membesar.

"Benarkah begitu? Kalau begitu, kau akan melihat yang pertama yang akan mati dengan sangat lama. Hingga kau bosan" Orion tersenyum, namun senyumnya itu berbeda. Tampak mengerikan, hanya iblis itu yang melihatnya.

"Baiklah, mari kita mulai..." Orion mundur sedikit, dia bersiap dengan pedangnya.

"Kalian mundur saja lebih dahulu" Orion melirik teman-temannya.

"Orion, kami ingin membantu" Kiara berkata.

"Tidak Kiara, ini adalah pertarungan satu Melaw-"

"Tidak apa, gunakan saja teman-teman mu itu. Jika itu bisa membuat perlawanan lebih baik" iblis itu melihat ke yang lainnya, mereka tampak takut namun sekarang memantapkan tekad.

"Kau yakin? Mereka itu kuat"

"Aku tidak peduli"

Pedang tersebut melayang dan aura dari aura pedang itu, membentuk sesosok pria dengan rambut abu-abu dan mata biru dengan ekspresi datar. Dia menggunakan pakaian serba hitam, dia tersenyum licik.

"Manusia, siapa nama mu?" Dia menatap Orion.

"Orion" Orion menjawab singkat.

"Aku Rover dan kau beruntung, aku sedang sangat lemah"

Teman-teman Orion mendekat ke Orion, mereka sudah siap dengan senjata masing-masing. Orion juga sudah mengangkat senjata nya, sekarang dia melihat status Rover.

.

Nama: Rover

Level: ???

Tingkat kekuatan: 20.000

.

'Baiklah, selain level nya yang tak terbaca. Tingkat kekuatannya cukup menyulitkan untuk di atasi'