"Iya, saya menerima nona sebagai model di perusahaan saya."
***
Aretha terlihat menatap Raka dengan tatapan tidak percaya saat mendengar apa yang dikatakan oleh Raka kepadanya beberapa menit yang lalu.
"Pak beneran ini, saya diterima?" ucap Aretha yang terlihat berbinar dan masih menatap Raka dengan tatapan tidak percaya.
"Iya beneranlah! Saya bukan tipekal orang yang suka bercanda kalau masalah hal yang serius," ucap Raka yang menatap Aretha dengan tesenyum.
"Astaga, jadi ini beneran ini pak?" ucap Aretha yang dianggukkan oleh Raka.
"Alhamdulillah ya Allah, akhirnya aku diterima," ucap Aretha dengan mata yang sudah berkaca-kaca dengan senyuman yang masih setia menghiasi wajahnya.
"Cantik!" batin Raka saat menatap Aretha yang tengah tersenyum manis kepadanya.
"Terimakasih banyak ya pak? Karena sudah mau menerima saya. Saya janji, tidak akan mengecewakan bapak!" ucap Aretha pada Raka.
"Aku juga berharap hal yang sama. Oh ya, nanti sore kamu harus menemani saya untuk bertemu dengan rekan kerja saya untuk memperkenalkanmu. Karena kamu akan melakukan pemotretan dengan model pilihannya," ucap Raka, yang dianggukkan oleh Aretha.
"Tapi saya pulang dulu ya pak? Untuk mengganti pakaian saya," ucap Aretha.
"Kelamaan kalau kamu harus pulang dulu, yang ada kita akan terlambat. Lagi pula, ini sudah jam setengah tiga," ucap Raka.
"Terus sholatnya?" tanya Raka.
"Nanti kita akan sholat Ashar di Restaurantnya karena di sana disediakan tempat dan perlengkapan untuk sholat. Jadi, kamu tidak perlu khawatir," jawab Raka.
"Kalau begitu, saya tunggu bapak di lobby saja karena saya takut mengganggu anda yang mungkin saja tengah sibuk," ucap Aretha yang terlihat akan beranjak dari tempat duduknya.
"Kenapa harus tunggu di lobby? Lagi pula pekerjaan saya sudah selesai sebelum kamu datang. Jadi, sekarang kita ke Restaurantnya langsung karena saya juga belum makan siang." Raka terlihat beranjak dari kursi kebesarannya.
"Ayo!" ucap Raka seraya membuka pintu ruangannya dan meminta Aretha untuk keluar dari ruangannya terlebih dahulu.
"Terimakasih pak!" ucap Aretha seraya berjalan keluar dari ruangan Raka.
"Sama-sama!" balas Raka yang mengikuti Aretha.
Saat mereka berdua sudah keluar dari ruangan, Aretha pun membiarkan Raka untuk berjalan terlebih dahulu.
"Dika! Aku dan Nona ini akan ke Restaurant sekarang, dan kalau ada yang mencariku katakan saja untuk datang besok saja," ucap Raka saat dia sudah berada di depan meja Dika.
"Baik pak!" ucap Dika pada atasannya itu.
"Ayo Nona!" ucap Raka pada Aretha dan mereka pun melenggang pergi meninggalkan Dika.
Setelah Raka dan Aretha benar-benar pergi, Dika pun kembali melanjutkan mengerjakan pekerjaannya.
***
Saat mereka akan masuk ke dalam lift, tanpa sadar Raka menarik tangan Aretha dengan pelan.
"Pak, maaf tangan saya," ucap Aretha saat tangannya masih berada di dalam genggaman tangan Raka.
Raka yang baru tersadar dengan apa yang dilakukannya pun dengan segera melepaskan tangan Aretha dari genggaman tangannya.
"Maaf saya reflek," ucap Raka yang terlihat salah tingkah.
"Iya pak! Tidak apa-apa," ucap Aretha yang berusaha bersikap biasa saja untuk menutupi kegugupannya.
"Aish! Raka, kamu malu-maluin saja!" batin Raka yang merutuki dirinya sendiri.
Dan beberapa menit kemudian, lift pun kembali terbuka yang menandakan kalau mereka sudah berada di lantai yang paling bawah.
"Pak! Liftnya sudah terbuka," ucap Aretha karena Raka yang belum juga melangkahkan kakinya keluar dari lift.
"Eh? Sudah terbuka ya liftnya?" ucap Raka pada Aretha yang sudah berada di luar lift.
"Iya, Pak!" balas Aretha, dan Raka pun segera melangkahkan kakinya keluar dari lift.
Setelah mereka keluar dari lift, dari Aretha, Raka pun segera berjalan keluar dari lift.
"Ayo!" ucap Raka seraya berjalan melewati Aretha.
"Dasar aneh!" batin Aretha saat Raka berjalan melewatinya, dan ia pun kembali mengikuti langkah Raka yang berjalan menuju parkiran.
"Jangan gugup seperti itu, santai saja. Anggap saja, aku sebagai temanmu," ucap Raka yang mengganti kata saya menjadi aku, dan itu semakin membuat Aretha tidak nyaman.
"Tapi Pak...,"
"Tidak ada tapi-tapian," ucap Raka seraya
melajukan mobilnya keluar dari parkiran.
***
Dan sementara itu, Bian terlihat baru saja menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk.
"Ah! Akhirnya selesai juga pekerjaanku, huh!" ucap Bian seraya merenggangkan kedua tangannya.
"Sudah jam setengah empat, sepertinya aku harus pergi sekarang sebelum aku terjebak macet," gumam Bian seraya beranjak dari kursi kebesarannya dan mulai berjalan keluar dari ruangannya.
"Pak Bian mau pergi sekarang?" ucap Reza saat melihat Bian berjalan ke arahnya.
"Iya, Dika! Saya mau pergi sekarang karena takut jalanan macet," ucap Bian yang sudah berdiri di depan Dika.
"Ya sudah kalau begitu, saya berangkat dulu," ucap Bian seraya menepuk pundak Dika dan dia pun berjalan meninggalkan Dika.
"Aku jadi penasaran tipe modelnya pilihan seorang Raka pramoediya," batin Bian.
***
Di Restautant Cahaya, terlihat Raka dan Aretha tengah menyantap makanannya.
"Makan yang banyak ya Nona," ucap Raka seraya menatap Aretha yang sedang mengunyah makanannya.
"Terimakasih pak! Tapi saya sudah kenyang dan jangan panggil saya Nona pak, panggil saya Aretha saja," ucap Aretha pada Reza.
"Okay! Mulai sekarang aku akan memanggilmu Aretha," ucap Raka yang baru saja menghabiskan makanannya.
Aretha hanya tersenyum menanggapi kata- kata Raka.
"By the way, pak! Rekan kerja pak Raka mana ya? Kok belum datang sampai sekarang!" ucap Aretha pada Raka.
"Tadi dia whatsapp aku, katanya sebentar lagi sampai," ucap Raka yang di anggukkan oleh Aretha.
"Nah! Itu dia orangnya, baru saja di omongin, udah muncul saja orangnya," ucap Raka seraya menatap Bian yang tengah berjalan menghampiri meja mereka.
"Hi! Raka maaf ya, karena tadi aku terjebak macet," ucap Bian seraya duduk di samping Raka.
"Iya! Tidak apa-apa kok Bian, santai saja!" ucap Raka pada Bian yang sudah duduk di sampingnya.
"By the way! Mana model pilihan dari seorang Raka pramoediya," ucap Bian yang membuat Raka tertawa kecil.
"Ini pilihanku! Kenalkan namanya Aretha, dan Aretha ini rekan kerjaku Bian!" ucap Raka yang memperkenalkan Bian dan Aretha satu sama lain.
"Hallo, pak Bian! Saya Aretha," ucap Aretha seraya menatap Bian.
"Pilihanmu lumayan juga Raka!" ucap Bian yang menatap Aretha dengan melirik wajah Aretha.
"Apanya yang lumayan, jangan karena kekasihmu yang seorang model membuatmu berpikir kalau kekasihmu itu lebih dari yang lain," ucap Raka yang tertawa kecil.
"Hahaha, bukanlah itu yang seharusnya, dari pada aku melirik wanita lain," ucap Bian yang sesekali melirik ke arah Aretha.
"Jangan melirik ke arah Aretha, karena dia adalah milikku."
TO BE CONTINUE.
Happy reading readers. jangan lupa power stone, collection, kritik dan sarannya. jangan lupa juga follow ig author ya @idaflicka untuk melihat spoiler-spoilernya. Semoga kalian suka yah.