Setelah masuk ke kamarnya, Bian pun memutuskan untuk membersihkan tubuhnya sebelum dia beristirahat.
Dan lima belas kemudian, Bian terlihat keluar dari kamar mandi dengan mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Ah! Segarnya," ucap Bian seraya berjalan menuju lemarinya.
Saat dia sudah berada di depan lemarinya, Bian pun membukanya dan mengambil kaos berwarna putih dan boxer berwarna hitam yang semakin memancarkan ketampanannya saat memakainya.
Setelah memakai bajunya, ia melangkahkan kakinya menuju tempat tidurnya yang berukuran king size.
"Akhirnya bisa berbaring juga di atas tempat tidurku, setelah seharian berada di Kantor untuk melakukan beberapa meeting penting," ucap Bian setelah ia berbaring di atas tempat tidurnya.
Bian merasa badannya terasa remuk, seperti sudah mengangkat berpuluh-puluh karung beras, belum lagi dengan pikirannya yang sibuk dengan Naila dan Aditya. Dan yang membuat moodnya semakin memburuk adalah saat Mamanya menanyakan kapan dia akan meresmikan hubungannya dengan Naila. Belum lagi adik perempuannya yang selalu ingin tahu segala urusan pribadinya.
"Benar-benar hari sial untukku," ucap Bian.
Beberapa menit berselang, terbesit sebuah ide untuk meminta bantuan Papanya Naila saja, bagaimana caranya supaya Aditya dan Naila tidak terlibat satu pemotretan lagi seperti yang sudah-sudah. Tapi, kalau Bian meminta bantuan papanya Naila, yang ada Papanya Naila malah akan menjadi wartawan dadakan dan pertanyaannya tidak akan jauh-jauh dari 'Kapan Bian akan melamar Naila' dan bukannya ia menolak untuk menikahi Naila. Hanya saja, dia belum siap untuk menjalin sebuah ikatan yang dinamakan pernikahan dalam waktu dekat ini.
"Sepertinya aku harus memikirkan cara lain saja untuk membuat Aditya tidak bisa mendekati Naila lagi. Tanpa harus melibatkan Om Doni," ucap Bian yang mengurungkan niatnya untuk meminta bantuan Doni.
Saat waktu sudah menunjukkan pukul 10.40, Bian pun memutuskan untuk segera tidur, karena besok dia akan disibukkan oleh beberapa rapat penting lagi.
"Good night, my love!" ucap Bian seraya mengecup photo Naila yang berada di atas meja nakasnya.
Setelah mengecup photo sang kekasih, Bian pun mulai memejamkan kedua matanya.
***
Sementara itu, di tempat lain. Terlihat Aretha baru saja keluar dari kamar Ayahnya untuk memastikan sang Ayah sudah meminum obatnya dan tertidur pulas.
Setelah menutup pintu kamar Ayahnya, Aretha pun melangkahkan kakinya menuju kamarnya.
"Alhamdulillah, akhirnya Ayah tidur juga. Jadi, sekarang aku bisa tidur dengan nyenyak," ucap Aretha seraya menutup pintu kamarnya, dan dia pun melangkahkan kakinya menuju tempat tidurnya.
"Semoga besok banyak yang mau menggunakan jasa laundryku, aameen!" doa Aretha seraya berabaring di tempat tidurnya.
Setelah berbaring, Aretha terlihat mengambil handphonenya yang berada di atas meja nakas.
"Aku harap kali ini, dia membalas pesanku, dengan begitu aku bisa tahu apa yang harus aku lakukan selanjutnya," ucap Aretha seraya memeriksa DM instagramnya, dan benar saja orang yang ia maksud membalas DMnya.
Tanpa membuang-buang waktu lagi, Aretha pun segera membaca DM itu dengan jantung yang berdegup kencang.
"Tina Faresta dan Doni Atmajaya? Apa maksudnya ini," gumam Aretha yang sama sekali belum mengerti dengan isi DMnya.
"Okay! Aku tahu Tina, karena dia adalah kekasih Kak Akthar, tapi siapa laki-laki yang bernama Doni Atmajaya ini?"
Seakan-akan tahu apa yang tengah dipikirkan oleh Aretha, orang misterius itu pun kembali mengirimkan Aretha pesan yang membuat darah Aretha tiba-tiba menjadi mendidih saat membacanya.
"Doni Atmajaya dan Tina Faresta adalah dua orang yang bertanggung jawab atas kecelakaan yang dialami oleh kakakmu, Akthar hingga dia harus meninggalkanmu dan ayahmu untuk selamanya." Isi pesan itu.
Aretha terlihat mengepalkan kedua tangannya dengan mata yang sudah memerah dan air mata yang menggenang pada pelupuk mata indahnya.
"Aku tidak akan pernah melepaskan kalian, tidak akan pernah."
Aretha kembali menatap isi DM itu, terlihat ada pesan yang baru masuk dari orang itu dan dia pun segera membaca pesannya.
"Yang harus kamu lakukan sekarang adalah menemui Raka pramudiya dan yakinkan dia kalau kamu bisa menjadi model brand yang akan dia launching bersama Bian jayantara Bahuwirya yang tidak lain adalah kekasih dari putri Doni Atmajaya yang juga seorang model papan atas! Kamu pasti mengerti apa yang aku maksud," ucap Aretha yang kembali membaca isi DMnya
"Iya aku mengerti apa yang kamu maksud, dan aku akan pastikan kalau mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal dariku, mengelak pun mereka tidak akan bisa," tulis Aretha dan dia pun meletakkan handphonenya di atas meja nakas.
"Kita lihat, apa kalian akan bisa lolos dari pembalasan dendamku atas kematian Kak Akhtar," gumam Aretha dan dia pun mulai memejamkan matanya.
***
Saat waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi, terlihat Aliya yang tidak lain adalah Mamanya Naila tersenyum ketika ia melihat mobil calon menantunya yang sudah terparkir di depan halaman rumah mereka.
Sedangkan Naila yang berada tidak jauh dari tempat Aliya berdiri, ia terlihat mengerutkan keningnya saat melihat sang Mama yang senyam-senyum tidak jelas.
"Mama lihat apaan sih, sampai senyam-senyum tidak jelas seperti itu," ucap Naila yang membuat Mamanya terlonjak kaget.
"Astaga, sayang! Kamu mau buat Mama serangan jantung ya?" ucap Aliya seraya mengusap dadanya karena sang putri yang tiba-tiba muncul di belakangnya.
"Mama lebay ah! Masa gitu aja kaget," ucap Naila seraya berdiri di samping sang Mama untuk melihat ada apa di balik jendela yang membuat Mamanya itu senyam-senyum tidak jelas.
Naila terlihat tersenyum saat melihat mobil yang sangat di kenalnya terparkir di halaman rumahnya.
"Benar kan, apa yang Mama katakan tadi malam, kalau pagi ini, mobil Bian akan terparkir di halaman rumah kita," ucap Aliya seraya menatap Naila yang tengah tersenyum.
"Naila samperin Bian dulu ya Ma.Siapa tahu dia belum sempat sarapan," ucap Naila seraya melenggang pergi meninggalkan sang Mama untuk menghampiri Bian.
"Dasar anak muda!" ucap Aliaya seraya kembali menuju ruang makan.
***
Sementara itu, di sebuah rumah sederhana terlihat seorang gadis yang tidak lain adalah Aretha yang baru saja selesai menata sarapan untuk sang Ayah yang juga sudah duduk bersiap untuk menyantap sarapannya.
"Sayang koran Ayah mana? Belum datang? Tapi masa iya belum datang," ucap Alfandy seraya menatap Aretha yang tengah mengambilkannya nasi dan lauk.
"Mulai hari ini, Aretha sudah putuskan kalau Ayah tidak akan membaca surat kabar lagi," tegas Aretha seraya duduk di depan sang ayah.
"Kok begitu? Kamu tahu sendiri kan kalau Ayah tidak bisa tanpa membaca surat kabar," protes Alfandy seraya menatap putrinya itu untuk meminta penjelasan darinya.
Aretha menghela nafas panjang dan menatap balik sang ayah.
"Ini juga untuk kebaikan dan kesehatan Ayah," ucap Aretha yang membuat Alfandy mengerutkan keningnya saat ia mendengar kata-kata Aretha.
"Memangnya Ayah kenapa? Ayah merasa baik-baik saja kok."
"Ayah sayang, dengarkan apa yang akan Aretha katakan pada Ayah."
"Apa Ayah masih ingat dengan berita yang Ayah lihat waktu itu di tv?" ucap Aretha yang dianggukkan oleh sang Ayah.
"Dan besar kemungkinan mereka juga akan memuat berita hoax kalau Kak Akthar meninggal karena mengalami kecelakaan, padahal Kak Akthar baik-baik saja. Arethaa tidak mau gara-gara berita hoax itu, kesehatan Ayah jadi terganggu," tambah Aretha.
Alfandy terlihat terdiam mendengar kata-kata sang putri yang terdengar sangat mengkhawatirkan kesehatannya.
"Ayah mengerti kan, kenapa Aretha melakukan ini?" lanjut Aretha.
"Iya sayang, Ayah mengerti. Maafkan Ayah ya, karena sudah membuatmu menjadi khawatir. Ayah janji akan menuruti semua yang kamu katakan," ucap Afandy yang akhirnya mau menuruti kata-kata sang putri.
"Terimakasih Ayah, karena sudah mau mendengarkan kata-kata Aretha," ucap Aretha dengan tersenyum.
"Dan sekarang kita sarapan ya yah! Mumpung nasi dan lauknya masih hangat."
Alfandy pun mengangguk mengiyakan kata-kata putrinya dan mereka pun mulai menyantap makanannya.
"Ayah, ada yang Aretha ingin bicarakan dengan Ayah," ucap Aretha disela-sela sarapan mereka.
"Katakan saja sayang, Ayah pasti mendengarkan apa yang akan kamu katakan," ucap Alfandy yang masih mengunyah makanannya.
"Aretha mau melamar menjadi seorang model di Jakarta."
TO BE CONTINUE.
Happy reading readers. jangan lupa collection, vote dan reviewnya ya. Dan jangan lupa juga follow ig author ya @idaflicka. Semoga kalian suka yah.