webnovel

10. Pria yang Baik

Dini hari bulan bersinar terang. Yena dan Lucifer telah kembali ke sarang setelah susah payah melarikan diri dari Arion.

Dalam keadaan ini mereka tidak mungkin memaksakan diri pergi ke apartemen Rumi. Terlebih Lucifer juga sedang terluka jadi tidak bisa menghadapi Arion lagi dalam waktu dekat.

Hosh

Hosh

Napas Yena tersengal-sengal. Dia sempoyongan dan melempar dirinya ke atas kasur. Tubuhnya agak menggigil. Mungkin syok karena hampir mati terpanggang.

"Kau baik-baik saja?" tanya Lucifer. Ia duduk di tepi ranjang dan meraih punggung tangan Yena yang terluka bakar.

Ia menjukurkan lidahnya yang bercabang dan menjilati luka bakar itu.

Yena agak terkejut.

"Apa yang kamu lakuka--"

"Aku tidak melindungimu dengan baik," gumam Lucifer.

Yena tertegun dan menatap ekspresi lembut pria itu aneh. Mengapa tiba-tiba begini? Mengapa dia tiba-tiba bersikap terlalu lembut?

Yena melihat sebuah ekspresi yang belum pernah ditampakkan Lucifer selama ini. Ekspresi khawatir yang sangat.

Yena merasakan deja vu.

Namun, ekspresi itu hanya berlangsung beberapa detik. Ekspresi pria itu kembali ke mode 'stelan pabrik', dingin dan datar.

"Oleskan salep obat," ujarnya. Lucifer juga melepas pakaiannya yang memang hangus terbakar sebagian.

Yena menatap punggung pria itu sejenak.

"Kita gagal lagi. Bagaimana jika kali ini Arion tidak pergi dan terus mencari kita?"

"Itu pasti. Mungkin kita tidak akan bisa keluar dari sini dalam waktu yang lama," kata Lucifer.

"Oh ... ini buruk. Sebaiknya kita menyusun rencana, atau jika kamu sudah sembuh mengapa tidak mencoba untuk melawannya saja? Aku pikir perbedaan kekuatan kalian tidak sebesar itu, setidaknya kamu bisa mengundur waktu sementara aku pergi mengambil yeouiju." Yena mengusulkan. Mungkin Arion lebih kuat, tapi bukan tidak mungkin Lucifer bisa menghadapinya. Terbukti Lucifer selalu bisa mengecohnya dan melarikan diri.

Yena pikir melakukan sedikit trik pasti berhasil. Namun siapa sangka Lucifer menolak tegas usulan ini dengan alasan yang sangat pengecut.

"Tidak. Aku tidak ingin menghadapinya. Luka bakar yang disebabkan api Arion sangat sakit." Lucifer menggelengkan kepalanya dan menghela napas kemudian turun ke bawah.

Yena menatap kepergiannya dengan raut wajah bingung. Pria itu tidak terlihat seperti pengecut, mengapa dia mengatakan alasan yang konyol?

Yena tiba-tiba mulai memikirkan apa yang dikatakan Arion.

Selama dua hari mereka terjebak di sana. Benar-benar tidak bisa keluar meski sebentar. Bahkan untuk makanan pun si burung gagak lah yang membawakan untuk mereka.

"Burung gagak itu apa? Apa dia sejenis siluman atau apa?" Yena bertanya saat burung gagak itu mengantarkan makanan untuk yang kesekian kali.

Ini waktunya makan malam. Lucifer dan Yena duduk di berhadapan di meja kecil. Namun hanya Yena saja yang makan. Lucifer memang tidak terlalu berselera makan hidangan manusia. Katanya si gagak sudah membawakan makanan lain untuknya di bawah tadi. Yena tidak berani bertanya apa yang dimakannya. Paling-paling hewan ternak bukan?

"Di dunia ini ada berbagai jenis mahluk istimewa yang tidak kalian, para manusia mengetahuinya, dan burung gagak itu hanyalah salah satunya," ujar Lucifer tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca.

Terkadang Yena merasa heran. Hampir di setiap waktu Lucifer sibuk membaca buku yang entah buku apa. Setiap kali Yena ingin melihatnya dia selalu marah. Benar-benar reptil yang aneh.

"Iya iya aku tau. Jadi sudah berapa lama kalian saling mengenal?" tanya Yena lagi. Sepertinya sekarang mereka sudah bisa dianggap sebagai teman dan berhak mengenal satu sama lain.

"..." Lucifer bergeming.

"Oh ya ... aku belum tau usiamu. Kamu sudah hidup berapa lama?"

"..."

Lucifer masih tak mengindahkannya. Yena tersenyum sebal namun masih terus bicara.

"Ehem. Aku sih baru berusia 20 tahun. Sebentar lagi hari ulang tahunku tiba dan usiaku akan genap 21 tahun. Aku harap di hari ulang tahunku aku sudah pulang dan berkumpul bersama keluargaku." Yena berkata dengan nada yang sedikit melankokis.

Namun, bahkan Lucifer masih tidak memedulikannya.

Yena menatap wajah serius pria itu dan berdecak.

"Kau tau, tata krama bukan hanya untuk manusia, tapi semua mahluk. Saat seseorang sedang bicara kamu tidak boleh mengabaikannya. Jadilah pria yang baik, terutama perempuan. Perempuan paling tidak suka diabaikan tau, terlebih aku."

Mendengar Yena mengomel barulah Lucifer menutup buku dan meletakkannya. Ia menatap Yena datar.

"Aku mendengarkanmu," ucapnya.

Yena mendesah pelan dan meletakkan sendok makannya karena ia memang telah selesai makan.

Lucifer mengambil sapu tangan dan tiba-tiba menyeka noda makanan di sudut bibir Yena. Gadis itu hanya tertegun bingung.

"Apa kamu mau mandi? Mandilah. Aku akan menghangatkan tempat tempat tidur buatmu," kata Lucifer lagi.

Melihat Lucifer berjalan ke tempat tidur dan berguling-guling di atasnya Yena menatapnya dengan mulut ternganga.

Ada apa dengan orang ini?

"Apa yang kamu lakukan? Kamu ingin menghangatkan tempat tidur, begitu? Ck! Yang ada ranjangku bukannya hangat tapi malah semakin dingin tau!" Yena tak habis pikir. Semakin hari mahluk ini mulai menunjukkan sifat 'aslinya'.

Yena tak ingin melihat seekor reptil konyol yang sedang 'menghangatkan' tempat tidur, jadi ia mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.

Sekarang dia punya alat mandi lengkap dan bahkan menambah dua set pakaian. Lucifer bilang mungkin mereka harus tinggal di sini cukup lama karena Arion takkan menyerah dengan mudah. Ini membuat Yena gelisah.

Srrkkk

Yena yang hampir selesai mandi mengintip ke luar saat mendengar suara yang mencurigakan dari kamar.

Ia melihat Lucifer berjongkok sembari memegang seikat ranting yang ujungnya berkobar dengan api dan menghangatkan tempat tidur dengan itu.

Melihatnya Yena tidak tau harus tertawa atau menangis.

Sekarang, dia merasa tinggal di sini beberapa hari lagi tidak akan terlalu membosankan jika Lucifer terus berkembang menjadi semakin konyol seperti itu.

Malam terasa lebih nyaman karena ranjang terasa lebih hangat. Yena berbaring santai sementara Lucifer duduk di kursi sembari menjilati tangannya yang terbakar.

"Sudah tau takut api kenapa nekat sekali?" kata Yena, heran.

"Karena aku adalah mahluk yang bertata krama dan pria yang baik," jawab Lucifer datar.

Yena tersenyum geli. Jadi dia mendengarkan perkataannya tadi. Siapa sangka mahluk ini jinak sekali.

"Tapi kamu tidak perlu memaksakan diri. Jangan lakukan apa yang tidak kamu sukai. Sudah malam, tidurlah." Yena berkata.

"Aku tidak akan tidur."

"Kenapa?"

"Karena aku adalah pria yang baik, maka aku akan menjagamu semalaman," ujar Lucifer.

Yena menatapnya heran.

"Hey, kamu sedang mengejekku atau bagaimana?"

"Tidak. Aku pria yang baik, jadi tentu saja harus mendengarkan apa yang dikatakan perempuan."

Balasan Lucifer membuat Yena ingin gila. Sepertinya dia jadi terobsesi ingin menjadi pria yang baik setelah mendengarkan perkataannya tadi. Bikin pusing saja.

"Kamu--"

"Kwakk kwakk! Lucifer!"

Lucifer bangkit untuk membuka jendela dan membiarkan si burung gagak masuk.

"Malam-malam begini, ada apa?" tanya Yena.

"Arion kwakk! Arion sepertinya sudah pergi!"