webnovel

Survivor of the Dead (Discontinued)

Tanpa tahu bagaimana dan mengapa, aku terlempar ke dunia HOTD dengan tubuh yang bukan milikku, dan harus menghadapi kiamat zombie kedepannya.? Sungguh sial, Setidaknya aku bisa mendapatkan gadis-gadis cantik ini kan.? Hehehe Aku akan membuat Harem besar dengan gadis-gadis cantik ini.

JFM_23 · Anime et bandes dessinées
Pas assez d’évaluations
16 Chs

Kesalahan Fatal.? Dan Beruntung.?

"SIAL BERIKAN KEMBALI KEPADAKU." Aku berteriak sambil mengejar Saya.

"KAU TIDAK AKAN MENANGKAPKU HIDUP-HIDUP." Saya berteriak melirik kearah ku.

Dia berlari seperti pemain rugby sambil membawa sweetroll yang cukup besar dibawah lengannya.

"KEMBALIKAN PERMENKU." Aku berteriak sambil terus mengejarnya.

"KOHTA, JATUHKAN DIA." Aku kemudian berteriak kepada Kohta yang berlari disampingku sambil membawa panah plastik ditangannya.

"YESS….PANAH KE LUTUT." Jawabnya, dia menggunakan busur plastiknya untuk menembakkan panah yang diarahkan ke…aku?

"PENGKHIANAT." Aku berteriak saat jatuh ke lantai, dunia disekitarku menjadi hitam. Aku kemudian membalikkan diriku, aku melihat Saeko menatapku.

"Biar kutebak, seseorang mencuri permenmu.?" Dia bertanya dengan suara datar sambil terus menatapku.

"IYA" Aku berteriak kembali.

Dan saat itu, Saya berjalan kearahku dengan Sweetroll…hilang.

"Marcial" dia berkata sambil menatapku.

"Di mana permenku." Aku bertanya balik sambil memelototinya.

"Marcial." Dia berkata sekali lagi, sepertinya mengabaikan apa yang kukatakan.

"Ya, itu namaku. Sekarang dimana.."

"MARCIAL!" dia berteriak memotongku.

"APA!?." Aku balas berteriak kepadanya.

"…..Sialan kau idiot bertopeng." Setelah dia menyelesaikan kalimatnya,penglihatanku mulai bergetar hebat.

Aku memejamkan mata, sekali lagi merasakan bahwa diriku sedang terjatuh….

Setelah beberapa detik meluncur melalui kegelapan,aku membuka mataku. Hanya untuk menatap langit-langit toko olahraga. Dengan Saya membungkuk diatasku saat dia terus mengguncangku.Dengan…..pemandangan yang cukup menggiurkan bisa kubilang.

"Dia bahkan pergi tidur dengan memakai topengnya..idiot." Dia mengerang sambil terus mengguncangku.

'Dia mungkin tidak menyadari bahwa aku telah terbangun karena pelindung mata yang menutupi mataku.' Batinku.

Setelah beberapa detik, dia berhenti mengguncangku dan hanya duduk disana, menatapku…

'Okeee….ini menjadi terlalu canggung dengan bagaimana dia menatapku sekarang.' Batinku.

"Jika kamu terus menatapku seperti itu, segalanya akan menjadi aneh." Aku berbicara tanpa bergerak.

Saya tetap terpaku ditempat selama beberapa detik, mungkin memproses situasi sekarang. Sebelum dia memerah.

"Bangun, Idiot." Dia menanggapi dengan cemberut saat dia dengan cepat berdiri dan mulai berjalan menjauh.

"Tunggu." Aku memanggilnya saat bangun dan duduk.

Dia berbalik dan melipat tangannya.

"Kau..Kau tidak memiliki permen..kan.?." menanggapi pertanyaanku dia hanya berkedip kearahku dan memutar matanya.

"….Apakah topeng itu menghalangi oksigen masuk ke otakmu.?" Dia mulai berjalan pergi.

"Idiot." Dia menambahkan dengan nada lebih rendah.

'Itu empat idiot dalam..lima menit atau lebih? Kupikir dia mulai menyukaiku.' Batinku sambil tertawa kecil. Aku keluar dari kantong tidurku dan menggulungnya. Hanya untuk menyadari itu dipenuhi dengan bintik-bintik basah. Dan tidak bukan basah karena hal 'itu'.

'Hmm, mungkin aku harus mendapatkan kantong tidur baru. Pakaianku basah dengan darah mayat dan aku tidak melepasnya sebelum tidur semalam. Nah tidak perlu membuang waktu memikirkannya, toh kantong tidur itu gratis.' Pikirku.

Melihat sekeliling, aku melihat yang lainnya tersebar di sekitar lantai dua. Mengagguk pada diriku sendiri, aku membuang kantong tidurku dan mengambil tasku sebelum berjalan ke bagian Hiking.

Sesampainya disana, aku mengambil kantong tidur lainnya dan menggulungnya sekencang mungkin. Aku kemudian membuka tasku dan mengambil sisa roti yang ada dan memasukkan kantong tidur yang sudah tergulung itu di tasku.

Aku juga mulai mencari-cari lagi di bagian hiking itu untuk kantong tidur tambahan. Mencoba menemukan keseimbangan yang baik antara ukuran dan kualitas dengan harga labelnya.

Aku terus mencari saat tiba-tiba aku mendengar langkah kaki dibelakangku. Aku berbalik dan melihat Saeko dan Miku.

"Selamat pagi." Ucap mereka dan aku menyadari bahwa Saeko mengenakan peralatan yang kuberikan semalam.

"Pagi." Jawabku lalu kembali mencari kantong tidur dengan kualitas yang layak.

"Mendapatkan kantong tidur baru.?" Miku bertanya saat mereka berdua berjalan disampingku.

"Ya.Aku tidak tahu tentang kalian, namun aku tidak tidur dengan pakaian bersih semalam dan kantong tidurku dalam kondisi yang mengerikan. Jadi aku berpikir untuk mengambil yang baru dengan beberapa cadangan saat aku masih ada kesempatan sekarang." Kataku.

Mereka diam sepertinya sedang berpikir.

"Aku akan mengemas lima di tasku sekarang, jadi jika kalian punya referensi lebih baik beritahu aku sekarang." Aku menambahkan sambil menunjuk ke tasku.

"Begitu,terima kasih. Kantong tidur apapun cukup untukku." Saeko mengangguk sambil tersenyum.

"Aku juga." Tambah Miku.

"Dan satu-satunya sarapan kita hanya roti sisa semalam." Aku kemudian menunjuk ke samping tasku dimana ada roti-roti yang terlihat habis tergencet.

Saeko dan Miku mengangguk, lalu Saeko berjalan kearah roti dan mengambilnya,meninggalkan dua.

"Aku akan pergi bertanya kepada yang lainnya apakah ada yang menginginkannya. Apakah tidak apa-apa." Dia bertanya sambil memegang roti ditangannya.

"Katakan juga kepada yang lain kita akan mendapatkan tas baru. Toko olahraga ini memiliki beberapa tas punggung yang bagus yang dapat kita gunakan." Kataku sambil mengangguk ke Saeko.

"Baiklah aku akan memanggil semua kesini setelah selesai makan." Dia mengangguk dan berjalan pergi.

Beberapa menit kemudian, aku dibantu Miku selesai mengepak tasku, aku telah melepas masker dan balaclava untuk memakan roti yang tersisa bersama Miku.

'Oke..coba lihat. Saat ini aku punya lima kantong tidur,pisau,kompas,peta,senter,baju cadangan dan obeng ditasku.Tasku penuh dengan satu-satunya tempat yang tersisa untuk menambahkan barang adalah kantong luar untuk barang-barang kecil seperti magazine pistol dan tali samping, mungkin untuk senjata dari beberapa jenis. Setidaknya sekarang anggota yang lain dapat memiliki tas , kita bisa mendapatkan kantong tidur yang kita butuhkan, bersama ruang yang mungkin kita butuhkan nanti. Amunisi memang memakan tempat….tunggu ngomong-ngomong soal pistol dan amunisi, bukankah aku mempunyai…..' aku membeku, mengingat suatu hal.

*Flashback ON*

Aku segera membuka tas gitarku dan mengeluarkan gitar serta tonfaku, lalu mematahkan badan gitarku dan memasang pisau kecil diujung gagang gitar dengan lakban, lalu….

*Flashback OFF*

"Lalu….aku meninggalkan tas gitarku dikelas, tas gitar yang isinya ada…. SIAL" ucapku pelan sebelum berteriak kecil sambil menampar mukaku dengan kedua tangan.

"Sial,sial,sial. Sunggu idiot,aku idiot, dasar idiotttt." Gumamku pelan.

Miku yang yang melihatku seperti itu kebingungan dan khawatir dia segera bertanya kepadaku.

"Ada apa Nero-kun. Apa ada yang salah." Ucapnya.

Aku hanya mengabaikannya sambil terus mengumpat diriku dengan pelan.

"Sungguh bodoh, bodoh sekali. Aku idiot karena meninggalkan hal terpenting dalam kiamat zombie ini. Bodoh." Umpatku kesal dengan diriku.

"Hei Nero-kun ada apa." Ucap Miku menghampiri dan menggenggam kedua tanganku yang terus menampar kecil pipiku sendiri.

"Tas gitar….pistol…tertinggal." ucapku pelan dan frustasi. Saking frustasinya aku sampai mengeluarkan sedikit air mata frustasi.

"Tas gitarmu.?. Tunggu…maksudmu tas gitar yang sering kau bawa ke sekolah.? Aku mengambilnya dan membawanya ditasku." Ucap Miku kepadaku.

"A..apa? Kau serius kan.?" Ucapku penuh harap ke Miku.

"Iya. Kupikir tas itu penting untukmu kau tahu. Jadi kubawa dan masukan ke tasku waktu di kelas itu." Katanya.

"Miku…Kau penyelamatku." Ucapku sambil memeluknya dengan lega dan senang

"Ne..Nero-kun.." dia sedikit gagap sambil membalas pelukanku. Wajahnya sedikit memerah.

"Miku..bisakah kau membawa tasmu kesini." Ucapku menatapnya penuh harap.

"Baiklah." Ucapnya sambil tersenyum, dengan segera dia pergi mengambil tasnya.

'Syukurlah, sungguh beruntung Miku membawa tas gitar itu bersamanya…kalau tidak….Sungguh idiot kau Nero, apakah kau semakin bodoh saat tinggal di dunia ini.' Batinku sedikit frustasi dengan keteledoranku yang bisa berakibat fatal.

Setelah beberapa menit aku selesai makan rotiku, dan aku melihat Miku membawa tasnya kearahku.

"Ini Nero-kun." Katanya sambil mengeluarkan tas gitarku yang terlipat kecil dan memberikannya kepadaku.

"Terima kasih Miku." Ucapku sambil mengambil tas gitar itu. Dan dengan segera aku mengeluarkannya dan mengeluarkan isi dari tas gitar tersebut yang adalah dua pistol P226 dan Glock-17.

"Nero-kun itu.." ucap Miku terdiam.

"Ya pistol yang kudapat dari Yagi-san." Ucapku. Miku sudah tahu kebiasaanku untuk datang ke lapangan tembak bersama Kohta. Bahkan terkadang dia sering ikut dan berlatih disana.

Aku segera mengambil Glock-17 memasukan Magazine 10 Round dan memasang Silencer, lalu memberikannya kepada Miku.

"Ini kesukaanmu. Simpan oke, pakai kalau benar-benar darurat selain itu jangan dikeluarkan dulu sebelum kusuruh." Ucapku serius kepadanya. Dia mengangguk dan menyimpan pistol itu, aku juga memberinya satu magazine dan beberapa peluru 9x19mm Parabellum kepadanya yang dia simpan dalam kotak pensil kecilnya.

Aku lalu mengambil P226 dan memasang Magazine 10 round serta silencer lalu meletakannya di kantong kecil tasku bersama satu magazine dan peluru 9x19mm Parabellum yang tersisa.

Setelah selesai kami berdua menikmati waktu dengan obrolan ringan, sudah cukup lama sejak mereka mengobrol hanya berdua seperti ini.

Setengah jam kemudian anggota kelompok lainnya datang dan menghampiri kami. Aku segera berdiri dan menyapa mereka.

"Selamat pagi. Saeko memberitahumu kenapa aku menyuruh kalian kemari.?"

Mereka mengangguk kepadaku.

"Baik. Nah pilih dan cari tas yang kalian suka." Ucapku.

Mereka mengagguk lagi dan menyebar melihat-lihat tas yang mereka suka disekitar.