"Ngegigit? Maksudnya gimana?," heran bang Vino.
Aku tahu bang Vino bingung pasti sangat bingung dengan perkataan ku tapi yang ku katakan itu benar. Bocah itu menggigit leher pria tersebut dan sekarang sekitar tiga orang pria sedang membantunya melepaskan gigitan bocah itu dari lehernya.
Saat gigitan itu berhasil di lepaskan, anak itu jatuh terpelanting dari tubuh si pria. Darah yang semakin banyak keluar membuat orang di sekitarnya panik. Pria itu pucat karena terlalu banyak darah yang keluar dari lehernya, ia terduduk lemah mengerang kesakitan oleh lukanya.
Si anak kecil kini menjadi liar dan ganas, ia mengamuk dan menggeram mencari sasaran baru untuk ia gigiti. Semua orang menghindar ketakutan pada anak itu, beberapa orang mencoba menenangkan bocah itu, setidaknya membutuhkan tiga orang pria dewasa untuk menghentikan anak itu mengejar orang-orang.
"gue juga ngga ngerti kenapa bisa begitu tapi anak kecil itu BENER-BENER ngegigit leher cowok itu bang sampe keluar darah banyak padahal cowok itu awalnya mau nolongin anak itu!" kata ku setengah teriak.
"lah ko aneh di gigit sama anak kecil bisa sampe berdarah gitu?! Orang-orang juga pada teriak sambil lari-larian gitu di sana, jadi tambah kacau aja di sini masalah satu belom selesai udah muncul lagi masalah.. gue mau liat langsung ke sana aja penasaran gue jadinya," bang Vino berjalan menghampiri kerumunan sedangkan di tempat itu keadaannya tidak lebih baik, tiga pria itu masih mencoba menahan sang anak dan laki-laki yang lehernya tergigit tadi sekarang tergeletak di jalan.
Tubuhnya yang tadi berkerut menahan rasa sakit sekarang bergetar, dari ujung kaki sampai semuanya bergetar semakin kencang, tak lama pria itu berdiri dengan melengkungkan badannya ke belakang seperti orang kayang.
Tubuhnya terus kejang sambil bergerak patah-patah, mulutnya terbuka menggeram persis seperti yang anak kecil itu lakukan.
Orang-orang mulai ketakutan dan keheranan melihat pria itu bertingkah aneh, mereka saling menayakan apa yang sebenarnya terjadi pada laki-laki itu. Salah seorang wanita bertubuh gempal yang berada di samping pria itu kini berjalan mundur ngeri menjauhi pria tersebut. Melihat pergerakan sang wanita dengan cepat pria itu meraih tubuh si wanita dan menggigiti bahunya.
Wanita itu menjerit histeris, seorang teman laki-lakinya yang berambut gondrong membantunya melepaskan gigitan itu dari si pria, ia menendang telak pada perut namun sial untuknya tendangan itu memang berhasil membuatnya melepaskan si wanita tapi malah berbalik menyerang dirinya sendiri.
Tubuh wanita itu kini mengalami hal yang sama bergetar dan mulai kejang tak lama kemudian ia menyerang menggigiti orang lain di dekatnya.
Tubuhku membeku melihat semua peristiwa itu. Apa yang sebenarnya sudah terjadi di bawah sana, kenapa orang-orang menjadi gila dan ganas menggigiti orang lain? Perasaan ku mulai tak enak, ada yang tidak beres di sana mereka semua menjadi gila setelah terkena gigitan.
"bang pergi dari sana bang!" seruku pada bang Vino yang masih berada di sana mengobrol dengan orang di sebelahnya dan masih belum tahu apa yang telah terjadi badan truk yang terguling tadi menghalangi penglihatannya akan peristiwa itu, dia memang orang yang kurang peka dengan sekitarnya, padahal dari tadi ku liat sudah ada beberapa orang yang berlari melewatinya tapi sekarang di malah santai mengobrol dengan bapak-bapak di sebelahnya?!
"ini gue baru mau pergi... ada yang ngga beres kayanya Sa, bener kata lu ada orang yang di gigit tapi kenapa banyak orang yang pada histeris? Tadi juga gue liat ada ibu-ibu lari sambil gendong anaknya—"
"BANG UDAH CEPET PERGI DARI SANA!" jeritku emosi dari balik telepon
"Iya Sa ngga usah teriak begitu lu kenapa sih," bang Vino meninggalkan tempat itu sambil menggerutu,
"Bang bener emang ada yang ngga beres di sana, dan gue ngga mau sesuatu yang buruk terjadi sama orang yang kurang peka kaya lo.."
Sekarang sekitar bebera orang telah tergigit, mereka ganas, liar dan tidak bisa terkendali. Mereka mencoba menggigit yang lain membuat kengerian itu menyebar dengan cepat.
Orang-orang yang peka dan secara langsung melihat semua itu berlarian berusaha menyelamatkan diri, polisi sampai turun tangan mengamankan orang-orang yang berlarian sedangkan proses pengevakuasian korban kecelakaan belum sepenuhnya selesai.
Tenggorokan ku tercekat saat melihat betapa cepatnya penularan itu terjadi, belasan hingga puluhan orang kini menjadi ganas dan saling menggigit.
Orang-orang berhamburan pergi, yang tadinya sibuk membantu mengevakuasi kini pergi meninggalkan mereka terbengkalai tak berdaya. Aku menyumpah serapahi orang-orang itu, tidak seharusnya mereka meninggalkan orang yang terluka, mereka kini tak berdaya tidak dapat melakunya sesuatu demi menyelamatkan dirinya sendiri, hanyalah diam merintih kesakitan dan menunggu saatnya mereka di gigit, aku menggigi bibirku melihat semua itu.
Beberapa orang yang tertular mulai memasuki bangunan-bangunan mendatangkan malam petaka di dalamnya, kerusuhan terjadi di dalam resto cepat saji yang tadi bang vino kunjungi, cairan merah kental terlihat menciprat dari dalam kaca resto itu.
seorang polisi mengacungkan pistolnya ke udara dan menembakkannya.
DOR!!..
kupingku sedikit berdengung mendengar suara tembakan yang terasa begitu dekat. Polisi itu melepaskan tembakan ke udara dengan pikiran apa yang telah di lakukannya ini mungkin bisa meredakan kepanikan dan kerusuhan orang-orang—membuat mereka berdiam di tempat, berjongkok, tengkurap maupun menunduk sambil mengangkat tangannya karena ketakutan mendengar suara tembakan.
Yah... itu semua benar adanya, sepersekian detik keadaan hening tak ada yang berani beranjak dari tempat lalu suara gemuruh langkah puluhan orang berlarian terdengar muncul dari langkah orang-orang yang tertular yang dengan ganas menyeruak dari balik keramaian menuju satu titik yang sama, tempat di mana polisi itu berdiri sekarang.
Mereka secara bersamaan mengerumuni polisi itu seperti sekumpulan semut yang melihat permen gula di lantai, saling bertumpuk-tumpuk membentuk gundukan manusia, memaksa ingin meraih tubuh si polisi yang kini tidak dapat terlihat lagi. Darah mengalir dari tumpukan manusia itu.
Darah sang polisi, pikirku.