webnovel

Suaramu Mengalun Lewat Mimpiku

Adalyn Zada adalah gadis sederhana yang magang di sebuah kantor pemerintah. Suatu waktu dia menerima warisan sebuah alat musik petik yang membawanya ke zaman 1000 tahun sebelumnya melalui mimpi. Di tempat lain, seorang Tuan Muda anak sang wali kota juga mengalami mimpi yang sama. Hingga suatu hari mereka terlempar ke masa yang ada dalam mimpi mereka secara nyata. Keduanya melakukan petualangan bersama untuk memecahkan sebuah rahasia yang berhubungan dengan takdir mereka. Sebuah takdir cinta yang pahit. Apakah mereka bisa menemukan takdir rahasia tersebut?

AeRi_purplish · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
13 Chs

Hari Pertama Dengannya

🍁🍁🍁

Di depan ruang Divisi Perencanaan dan Promosi, Oza melihat Adalyn yang sedang mengintip ke dalam ruangan melalui celah pintu.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" Suara Oza yang dibuat seberwibawa mungkin mengagetkan Adalyn. Dengan sigap gadis itu menoleh dan berdiri tegak menghadap pria di depannya.

"I- itu ... saya disuruh menghadap ke Divisi Perencanaan dan Promosi," Adalyn tergagap karena gugup setelah terpergok mengintip.

Oza menilik gadis di depannya. Memakai atasan kemeja putih dan rok hitam model pensil selutut. Rambut dan dandanannya awut-awutan. Oza meringis jijik melihat keringat di jidat Adalyn. Gadis itu seperti habis mengikuti lomba lari 1000 meter saja

"Apakah kamu anak magang itu?" tanya Oza.

"Iya," angguk Adalyn dengan senyum lebar.

"Huufft, masuklah!" Oza masuk ke ruangan seraya menghela napas berat diikuti oleh Adalyn. Sebelumnya Oza sudah mondar mandir ke ruang HRD dan divisi lain mencari anak magang ini tapi tidak juga ketemu. Benar-benar gadis merepotkan, rutuk Oza dalam hati.

Suasana dalam ruangan kerja tampak sibuk. Beberapa karyawan mondar mandir dengan beberapa berkas di tangan mereka.

Oza bertepuk tangan untuk meminta perhatian seluruh staff.

"Perhatian semua! Mulai hari ini, Nona ini akan magang di divisi kita selama tiga bulan ke depan. Harap kalian menerimanya dengan baik dan membantunya selama di sini. Nona, silahkan perkenalkan dirimu!" seru Oza dengan nada tegas.

Adalyn lalu memperkenalkan dirinya dengan antusias sambil membungkukkan badannya dan disambut ramah oleh seluruh staff di divisi itu.

"Oke, Adalyn mejamu di sebelah sana dan selama di sini kamu akan dimentori oleh Huan, silahkan tanya apapun yang kamu tidak paham padanya," Oza menunjuk seorang pria yang sedang duduk bersandar di mejanya.

Adalyn menyapanya dengan ramah yang dijawab dengan anggukan kepala oleh pria itu.

"Sekarang saya akan mengenalkanmu pada kepala divisi kita. Ayo!" Adalyn kembali mengikuti Oza ke sebuah ruangan khusus dengan plakat 'Kepala Divisi' di atas pintunya.

Oza mengetuk pintu lalu terdengar suara berat yang memerintahkan mereka untuk masuk.

"Pak, ini mahasiswa yang akan magang di divisi kita," kata Oza pada seorang pria yang masih menundukkan kepalanya membaca sebuah dokumen di depannya.

Oza menarik Adalyn untuk maju dan memperkenalkan diri.

"Selamat pagi, Pak. Saya Adalyn Zada, mahasiswa magang dari Universitas N. Terima kasih sudah menerima saya di sini." Adalyn membungkukkan badan dengan sopan.

Mendengar suara melengking di depannya, Jun mendongakkan wajah bertepatan dengan Adalyn mengangkat kepalanya. Tatapan Adalyn bersirobok dengan tatapan dingin Jun. Seketika Adalyn terkejut.

"Kamu ... maksudku Anda pria mesum di toilet?" Adalyn langsung memekik sambil menunjuk ke arah Jun.

"Pria mesum?" gumam Oza dengan wajah bingung seraya melirik atasannya itu.

Adalyn langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya lalu membungkuk meminta maaf. Jun hanya menatapnya dengan tajam seakan ada laser yang dilesakkan oleh kedua matanya menembus kacamatanya.

'Mati aku, sepertinya aku sudah menyinggungnya' gumam Adalyn dalam hati. Dia hanya terus menundukkan kepala tanpa berani menatap pria di depannya.

***

Sepanjang hari pertama magang dihabiskan Adalyn untuk menyalin beberapa dokumen rencana kegiatan festival kota dan beberapa dokumen lain yang lumayan tebal. Dia berdiri selama berjam-jam di depan mesin fotocopy hingga kakinya kebas. Saat istirahat siang dia bertemu dan makan siang bersama teman-teman magangnya yang ditugaskan di divisi lain di kantin kantor.

Teman-temannya dengan heboh bercerita tentang divisi tempat magang mereka, rekan-rekan kerja dan tentu saja tak lepas pembahasan tentang staff kantor yang akan jadi incaran mereka. Adalyn hanya diam. Dia tidak berminat untuk bergabung dalam lingkaran gosip itu.

Tidak ada yang istimewa yang akan diceritakan. Tidak mungkin dia akan bercerita bahwa dia sudah menyinggung kepala divisinya, dan sepertinya hari ini dia dihukum dengan pekerjaan yang berlipat-lipat.

Sore harinya, dengan lunglai Adalyn menyeret kakinya ke halte bus. Tubuhnya sangat lelah. Sambil menunggu bus datang, disandarkan tubuhnya di kursi halte sambil memejamkan mata. Semilir angin sore segera menenggelamkannya ke alam mimpi.

Di antara kelopak-kelopak bunga Tabebuya yang beterbangan, samar-samar dilihatnya sorang pria memakai pakaian kebesaran semacam pakaian bangsawan kuno berwarna biru. Di kepalanya tersemat sebuah topi atau mahkota. Entahlah.

Adalyn hanya memandang takjub pada pria yang sedang mengagumi guguran kelopak bunga di hadapannya. Selang beberapa detik pria itu menoleh dan tersenyum padanya.

'Wow! Senyum yang sangat menawan," decak kagum Adalyn. Seketika pria itu mulai terlihat samar dan menghilang. Kini Adalyn merasakan seseorang mengguncang bahunya. Gadis itu berusaha membuka matanya yang masih terasa seperti direkatkan dengan lem Korea bertuliskan huruf Cina pada bungkusnya.

"Hei, Adalyn! Adalyn ...?" seru Oza terus mengguncang bahu gadis yang tidur dengan mulut setengah menganga itu.

"Maaf! Pak ... Oza???" pekik Adalyn buru-buru bangun berdiri seraya menyeka sisa liur di sudut bibirnya serta merapikan rambutnya.

Di belakang Oza tampak Jun sedang duduk di dalam mobil yang terparkir di depan halte. Pria itu hanya menatap lurus ke depan dengan wajah diamnya.

'Apakah mereka pulang bersama? Oh iya, Pak Oza kan asistennya Pak Jun.' Adalyn sibuk bermonolog sendiri.

"Apa yang kamu lakukan di sini? Malah tidur di tempat umum gini," omel Oza.

"Saya lagi menunggu bus, Pak," jawab Adalyn dengan wajah merah menahan malu.

Astaga. Bisa-bisanya dia kepergok bosnya sendiri dalam mode yang sangat sangat tidak elegan. Mau ditaruh dimana wajahnya besok saat ketemu mereka di kantor.

"Oh, apakah bus yang itu?" tunjuk Oza pada sebuah bus yang baru saja meninggalkan halte tersebut.

"Oooo ..." Adalyn masih dalam mode melongo menatap bus yang mulai melaju. Seketika tersadar, "hei ... hei ... hei ... tunggu akuuuuu ...!!" Adalyn langsung berlari mengejar bus yang mulai menjauh, meninggalkan Oza dan Jun yang terbengong-bengong melihat tingkahnya.

Oza langsung tertawa terbahak-bahak seraya memegang perutnya. Sementara Jun hanya diam padahal berusaha menahan gelinya.

Bersambung ...

🍁🍁🍁

Makasi banyak bagi yang menyempatkan membaca cerita Adalyn dan Jun. Semoga terhibur 😇