webnovel

Chapter 27 : Api Cemburu Renata

Beberapa menit kemudian Renata turun dari tangga kamar dan segera menemui Haris berserta Maya yang sudah menunggu di ruang tamu rumahnya. Sebenarnya ia malas saat mengetahui bahwa Maya ikut serta menjemput ibu Haris. Renata pikir Haris sendiri yang akan datang menjemput ibunya. Meskipun Renata masih belum bisa melupakan penolakan juga sedikit penghinaan dari Haris, akan tetapi rasa cinta yang ada pada dirinya untuk Haris lebih besar. Renata tidak bisa terlalu lama menaruh dendam atau kebencian kepada pria yang begitu ia cintai.

Nyonya Hartini sendiri masih berada di kamar tamu sedang bersiap setelah selesai mandi. Selama tinggal di rumah Renata toga hari, ia merasa seperti ibu Ratu pemilik rumah karena Renata memperlakukannya dengan baik. Setiap hari mereka pergi ke Mall dan salon untuk bersenang-senang. Merasakan begitu nikmatnya ketika bersama Renata, ibu Haris semakin tidak sabar untuk menikahkan anaknya dengan Renata. Apalagi Renata sendiri sudah mengatakan bahwa tidak keberatan jika sebagai istri kedua dari Haris.

Renata Melihat keromantisan antara Haris dan Maya membuat Renata tak bisa lagi menahan rasa cemburunya. Ia sudah tidak sabar untuk segera merebut Haris dari Maya apapun caranya akan ia hadapi.

"Hai! Maaf menunggu lama," ucap Renata mencoba menyudahi keromantisan Haris dan Maya.

"Hai juga, Ren. Maaf juga telah merepotkan." Haris langsung to the point.

"Tak masalah, Ris. Aku sudah menganggap Ibu kamu juga Ibu aku. Lagipula selama kalian pergi seharusnya ada yang menjaganya bukan?" ucap Renata sambil menatap sedikit sinis kearah Maya.

Namun seolah tidak peduli dengan tatapan Renata, Maya bersikap biasa. Dia justru memberikan paper bag berisi oleh-oleh kepada Renata sambil tersenyum tulus. Bagi Maya, wanita yang ada di depannya itu sengaja ingin menyakiti perasaannya. Tak ingin terpancing, Maya justru semakin erat menggandeng lengan Haris.

Renata semakin membenci Maya. Dirinya tahu Maya tahu jika ia juga menginginkan Haris. Dan kini Maya justru membuat dirinya semakin emosi karena cemburu.

"Ren, bisa tolong panggilkan ibu? Aku harus segera pergi karena ada urusan lain," terang Haris membuat Renata seketika mengulas senyum manis kepadanya.

"Tentu, tunggu sebentar." Renata segera pergi meninggalkan Haris dan Maya. Ia pergi ke kamar tamu tempat dimana ibu Haris berada. Renata ingin sekali secepatnya menjadi istri dari Haris meskipun dengan status istri kedua. Namun ia sudah berencana untuk membuat dirinya menjadi istri satu-satunya yang ada di dalam hidup Haris. Kali ini Renata masih harus bersabar dan bersikap baik kepada Haris demi mendapatkan kesempatan lagi dekat dengannya.

"Tante ... ini Renata." Ungkapnya setelah mengetuk pintu kamar.

Tidak lama kemudian pintu terbuka dan Nyonya Hartini sudah selesai bersiap untuk pergi.

"Iya, Renata sayang. Ada apa? Apakah Haris sudah datang?" tanya Nyonya Hartini.

"Sudah, Tante. Hanya saja ... ada Maya juga ikut serta datang menjemput Tante," terang Renata dengan wajah tidak bersemangat. Ia harus menunjukkan wajah tidak nyaman dengan kehadiran Maya di rumahnya di depan ibu Haris itu agar mendapat simpati.

"Ohh sayang ... bersabarlah. Tante tahu perasaan kamu. Tante sudah janji sama kamu untuk membantu kalian agar bisa bersama lagi," ucap Nyonya Hartini dengan penuh percaya diri.

Renata merasa senang mendengar ucapan Nyonya Hartini yang masih mendukungnya untuk bersama Haris. Akhirnya mereka berdua keluar menemui Haris juga Maya. Renata ingin menunjukkan kepada Haris bahwa ia adalah wanita yang begitu disayang ibunya melebihi Maya menantunya sendiri. Renata menggandeng tangan ibu Haris dengan rasa percaya diri dan penuh kemenangan atas Maya.

***

"Hati-hati, Ris. Tante juga jangan lupa telepon Renata setelah tiba di rumah nanti!" serunya saat semua berada di mobil dan siap pergi meninggalkan rumah Renata.

Maya yang sedari tadi diam membisu di kursi belakang mobil hanya bisa mendengar dan melihat bagaimana ekspresi senang ibu mertuanya itu menceritakan apa saja yang dilakukan saat tinggal bersama Renata. Ada beberapa kata-kata yang membuat dirinya merasa iri, namun Maya tidak ingin menunjukkan rasa itu kepada siapapun termasuk Haris.

"Ris, Ibu minta kamu ajak Renata makan malam sebagai ucapan terimakasih kamu kepada dia yang sudah dengan baik hati menemani Ibu beberapa hari."

Haris hanya bisa mendengar ucapan sang ibunda tercinta yang memintanya untuk pergi bersama Renata berdua. Tentu saja itu adalah permintaan tidak baik apalagi status dia suami dari Maya.

"Ris? Kamu mendengarkan Ibu berbicara tidak?" tanya Nyonya Hartini lagi karena Haris belum menjawab apapun.

"Haris nggak bisa, Bu. Haris hari ini ada meeting virtual dengan anak-anak kantor karena banyak sekali kendala di kantor." Terang Haris masih fokus dengan kemudinya.

Maya sudah takut jika Haris akan dengan mudah menyetujui permintaan ibunya. Namun dirinya sedikit lega dengan jawaban suaminya yang menolak meskipun tidak tahu kebenaran yang dikatakan. Maya berpikir jika memang itu tidak benar, itu artinya Haris benar-benar ingin menunjukkan bahwa diantara Haris dan Renata hanya sebatas teman dan masa lalu. Tidak lebih dari itu.

Haris tidak langsung pulang, ia sudah sepakat dengan Maya untuk makan malam diluar bersama dengan sang ibu. Maya sudah reservasi sebelumnya di sebuah rumah makan yang cukup terkenal. Maya tahu jika itu adalah salah satu rumah makan yang disukai ibu mertuanya. Untuk itu Maya sedari awal meminta Haris untuk mengajak makan malam disana saja agar ibunya bahagia. Segala upaya telah dilakukan Maya demi mengambil hati ibu mertuanya itu yang tak kunjung memberikan respon hangat. Meskipun Maya tidak menampik jika ia juga masih belum bisa melupakan semua perlakuan mertuanya itu, tapi dirinya ingin menjadi menantu yang baik.

"Lho, kita nggak langsung pulang?" tanya Nyonya Hartini setelah menyadari jika Haris mengambil arah lain yang bukan menuju rumah.

"Tidak, Bu. Kita akan makan malam diluar. Maya sudah memesan tempat untuk kita, lagipula kita sudah lama tidak makan diluar bersama."

"Tumben sekali kamu perhatikan sama Ibu. Biasanya kamu hanya mementingkan istrimu saja," sahut ibunya ketus.

"Itu hanya perasaan Ibu saja. Kami berdua peduli dengan Ibu, apalagi Maya. Dua tahu tempat makan yang Ibu suka. Untuk itu sekarang kita menuju kesana. Apa Ibu senang?" tanya Haris kepada ibunya.

Maya menghela napasnya, rasanya begitu sesak mendengar ucapan ibu mertuanya. Dirinya tidak pernah tahu kenapa sang mertua tidaklah menyukainya, semakin lama semakin menyakitkan saja ucapan yang keluar dari mulutnya. Maya terus saja mengulas senyum palsu di depan Haris selama ini. Membutakan mata hatinya jika ia terluka. Dulu ia berpikir bahwa setelah menikah semua akan menjadi lebih baik, sikap ibu Haris yang cuek tidak akan semakin menjadi jadi. Namun kenyataannya ... setelah menikah justru sifat asli dari ibu mertuanya terlihat jelas.