webnovel

Tujuh belas

"Hei gadis kecil, kenapa melamun,?

ayo masuk"

Ucap Ryan membuyarkan lamunan Zerena.

Mereka lalu masuk ke dalam rumah, Zerena memandang sekeliling rumah itu, tidak banyak yang berubah, semua masih seperti dulu,

tiba tiba dia memeluk dan membenamkan wajahnya ke dada bidang milik Ryan.

"ada apa hem, kenapa menangis?"

kata Ryan mengelus punggung istrinya.

"kamu rindu sama Nenek?"

Zerena mengangguk, rumah itu benar benar mengingatkannya saat masa kecilnya dulu disini.

Karena semenjak kecelakaan itu,Roy membawa putri kecilnya kembali ke Indonesia, sedangkan Andre terpaksa harus tinggal mengurus semua perusahaan, pabrik, dan perkebunan sawit milik keluarganya.q

Dan semenjak saat itu pula,Ryan dan Zerena akhirnya terpisah, dan bertemu kembali setelah mereka akan dinikahkan.

"Ya sudah, kita kamar dulu",Ryan menuntun istrinya menuju kamarnya, mereka kemudian mandi bergantian, dan bersiap turun ke bawah karena memang hari sudah gelap, pertanda malam telah tiba.

Saat turun dari tangga, dilihatnya Ibu Anna yang dulu selalu menyiapkan makanan untuknya, kini sedang merapikan meja makan, dan menata makan malam di atas meja,

Rena berlari dan menghambur ke pelukan wanita yang seumuran degan mamanya.

"Bu, Ibu.....

ini Rena, apa ibu ingat??"

tanyanya.

Wanita setengah baya itu terdiam sejenak mengingat ingat gadis di depannya, lalu dengan tersenyum sumringah dia mengusap kepala Rena, lalu berkata "bagaimana ibu bisa melupakan anak kesayangannya Ibu" ucapnya tersenyum tulus.

"Rena nggak percaya, Ibu masih tinggal disini, Rena pikir Rena tidak akan bertemu dengan Ibu lagi"

perlahan dilepaskannya pelukannya.

sekarang makanlah Nak suamimu dari tadi menunggu, Zerena menoleh ke arah Ryan yang duduk di kursi, memperhatikan tingkahnya dari tadi.

Rena duduk di samping Ryan.

lalu Ryan bertanya kepadanya "Juan kemana Bu, dari pagi saya tidak melihatnya", ujarnya.

"Dia berpesan katanya mau ke perkebunan, ada sekelompok massa disana sedang melakukan unjuk rasa, memaksa agar perkebunan Tuan besar di jual.

"Baiklah, Ibu boleh ke belakang"ucapnya singkat.Mereka makan tanpa suara menikmati makanannya masing masing,

saat Ryan sudah menyelesaikan ritual makannya, ditatapnya Zerena sebentar lalu berkata" Apa kau mau ikut ke perkebunan?" sambil menaikkan sebelah alisnya, menunggu jawaban Zerena.

Zerena terdiam, bayangan 12 tahun silam menari nari di pelupuk matanya.

"Bolehkah aku tidak ikut?", tanyanya kemudian.

"tidak, kau harus ikut", ucap Ryan sambil melenggang pergi, tapi berbalik saat sampai di ujung ruangan, "bawa beberapa lembar pakaian, pakaian santai saja yang penting rapi".

"Jadi untuk apa bertanya, kalau akhirnya yang menjawabnya kau sendiri, dasar pria es balok"

batin Zerena, merasa dongkol.

Zerena menyiapkan beberapa pasang pakaian, dan hijabnya, lalu pakaian Ryan, dia memasukkannya ke dalam koper yang sama.

tak lama kemudian Ryan muncul dan bertanya kepadanya, " apakah semuanya sudah siap?"

Zerena mengangguk sambil menyerahkan kopernya kepada suaminya.

Ryan mengangkat koper itu turun ke bawah, dia sudah terbiasa tidak merepotkan orang lain sejak kecil.

Sambil menunggu istrinya dia menelpon Juan, memberitahu kalau dia akan ke sana sekarang tentu bersama Zerena.

Tak lama Zerena turun, Ryan sampai tak berkedip dibuatnya, dengan memakai Rok tutu pink Salem, baju dan pashmina senada, dan tas selempang berwarna hitam, menambah manis tampilannya.

Walau hanya pakaian sederhana, tapi Ryan tahu pakaian yang dibelinya waktu itu semua merek merek ternama, dilihatnya saat memasukkan belanjaan Zerena ke dalam mobil kala itu.

"Kita berangkat?", tanya kepada sang istri, istrinya tersenyum manis lalu mengangguk. hati Ryan berdesir melihat istrinya tersenyum seperti itu.

Kedua sejoli itu pergi meninggalkan rumah yang bak istana, menuju lokasi perkebunan milik keluarga mereka.

"Kak, aku takut ucapnya lirih", bagaimanapun juga kejadian itu tidak akan mungkin bisa terhapus dalam memorinya, kejadian yang merenggut nyawa kakek dan neneknya.

"Tenanglah, kamu tahu gadis kecil?, semenjak kejadian itu papa bekerja sangat keras membangun jalan disana, jadi kamu jangan khawatir, mobil berjejer empat pun bisa melewati jalanan itu dengan leluasa sekarang.

"Benarkah?", mata pekatnya menatap sang suami mengharap kepastian."Hemmm" jawab suaminya singkat.

"Kak, bisakah kita berhenti sebentar di minimarket, aku bosan aku mau ngemil? "

"Baiklah", setelah beberapa saat mobil mereka berhenti di depan sebuah Alfamart, Zerena turun tapi Ryan langsung memegang tangannya, " pakai ini untuk berbelanja, jangan pakai uang dari papa Roy lagi, sekarang kau tanggung jawabku", lalu memasukkan kartu ke dalam genggaman sang isteri.

Zerena malas berdebat, dia gerlari lari kecil memasuki Alfamart tersebut, dia termasuk wanita yang khilaf saat belanja, berbagai macam makanan ringan dibelinya, dari kecil sampai besar, mulai Snack, kacang kacangan, kwaci, Roti rotian, dan berbagai jenis minuman.

"Apa di Villa bahan makanannya lengkap, sebaiknya aku beli yang instant aja, disana kampung pasti susah nyari tempat belanja".

diambilnya bahan makana untik dapur, mulai beras 10 kg, ikan kemasan alias sarden ya, mie sejuta umat alias mi instant, sosis, keripik mentah, tinggal goreng, sampai sambel sambelan dan kecap saus tak luput dari jangkauannya.

Benar benar ibu rumah tangga idaman hehehe....

1 jam berlalu, Ryan berulang kali menatap jam tangannya tapi yang ditunggu belum keluar keluar juga, akhirnya dia memutuskan masuk menyusul sang istri.

Lalu bertanya kepada kasir di sana " Apa anda melihat istri saya?"

yang ditanya tak menjawab tapi malah melongo melihat pemandangan terindah dalam hidupnya, diulanginya pertanyaannya dengan suara baritonnya, sang kasir sampai terlonjat kaget, wajahnya gemetar menahan takut, melihat sang pemilik wajah tampan, menatapnya seperti singa.

Zerena yang sedang memilih milih ice cream mendengar suara ribut, menyudahi belanjanya setelah mengambil beberapa bungkus ice cream.

Dia berlari lari kecil sambil mendorong troli yang penuh dengan bermacam macam isi.

Ryan sampe melongo melihat belanjaan istrinya.

"Sayaaangggg, kita disana cuma tiga hari, bukan tiga bulan"imbuhnya melihat belanjaan sang istri yang sampai wajahnya tak kelihatan lagi.

"Aku pikir lebih baik belanja disini kak, daripada kita kerepotan mencari makanan disana", sahut Zerena.

membawa belanjaannya ke depan kasir.

sang kasir sangat kecewa melihat sang tampan ternyata memiliki istri, dan istrinya cantik, cantik sekali.

Ryan mengangkat belanjaan istrinya, tangan kiri dan kanannya penuh bawaan,begitupun dengan Zerena.

Begitu masuk mobil Zerena langsung membuka bungkus Ice creamnya dan melahapnya, Ryan masuk dan mulai membawa mobil keluar ke jalan raya, sesekali dilihatnya istrinya yang belum berhenti mengecap setiap makanan yang dibelinya tadi.

Entah karena kecapean atau kekenyangan Zerena tertidur, sepanjang perjalanan hanya dengkuran halus napasnya yang terdengar, sampai mobil berhenti di depan sebuah Villa yang bernuansa kayu, sangat cantik.

Ryan menatap istrinya, masih nyenyak ternyata tidurnya.

dari dalam nampak Juan datang menyambut tuannya, baru akan berbicara, Ryan memberinya isyarat untuk diam, lalu menunjuk barang barang di bagasi, iapun mengangguk, dan bergegas membuka bagasi.