Pei Qian tertegun sebentar, kemudian dia terus mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Tiba-tiba, emosi Qin Mo melonjak tinggi. Ia cepat-cepat melangkah maju...
Lalu, mereka berdua pun berkelahi...
"Kau keluar dari sini!" teriak Qin Mo.
Pei Qian menyeka darah di bibirnya, lalu ia tersenyum. "Seharusnya kaulah yang keluar dari sini! Ngomong-ngomong, aku belum mengucapkan selamat padamu."
Qin Mo memukulnya lagi.
Saat ini, semua benda di kamar tidur Gu Xi hampir rusak. Gu Xi bergegas maju dan berdiri di depan Pei Qian. Untungnya, Qin Mo menarik kembali tinjunya pada waktu yang tepat. Kalau tidak, tinjunya akan mengenai wajah Gu Xi yang cantik ini.
Tapi hati Pei Qian tidak selembut Qin Mo. Sementara Qin Mo masih tertegun, Pei Qian meninju wajah Qin Mo...
"Jangan berkelahi lagi!" Gu Xi mengendalikan amarahnya dan menunjuk ke pintu. "Kalau kalian ingin berkelahi, keluarlah. Kalau tidak, aku akan memanggil polisi."
Pei Qian menatap Qin Mo dengan ganas, "Kau keluar sekarang juga!"
Gu Xi menatap Pei Qian, "Tuan Pei, Anda juga keluar!"
Gu Xi mendorong mereka ke luar pintu...
Setelah mereka keluar dari rumahnya, Gu Xi membanting pintu dengan kuat...
Qin Mo menutupi wajahnya dan menatap Pei Qian. "Apakah kau akan keluar dengan kondisi seperti ini?"
Meskipun Pei Qian sangat marah, dia tersenyum kecil, "Jika kau tidak datang, sepertinya pagi ini akan berjalan dengan sangat indah."
Qin Mo mengepalkan tangannya dan pergi.
Dia sangat mengenal sifat Gu Xi. Kalau mereka hanya berhubungan karena ikatan kontrak, Gu Xi tidak akan mungkin membawa Pei Qian ke apartemennya.
'Gu Xi, apakah kau sangat membenciku? Apakah kau sudah tidak sabar untuk menjual dirimu sendiri?' pikir Qin Mo.
Qin Mo kembali ke mansion keluarga Qin. Begitu dia masuk, samar-samar ia mendengar suara tawa dari sana.
Lin Wan dan Tang Xinru sedang mengobrol. Saat melihat Qin Mo pulang, Lin Wan tersenyum lembut dan menyapanya, "Qin Mo."
Tang Xinru berjalan perlahan ke arahnya. "Qin Mo, pagi ini kau pergi ke mana?"
Qin Mo berdiri di sana dan diam-diam menatap wanita itu. Saat ini, Tang Xinru mengandung anaknya, tapi dia benar-benar tidak punya perasaan apa pun padanya, tidak ada sama sekali...
Ketika Tang Xinru hendak menyentuh dahinya, Qin Mo menghindarinya.
"Aku sangat lelah. Aku mau istirahat." Qin Mo perlahan naik ke lantai atas.
Raut wajah Tang Xinru berubah menjadi buruk.
Lin Wan tersenyum lembut. "Xinru, kau jangan terlalu pedulikan Qin Mo. Nanti biarkan ayahnya yang memarahi dia."
Tang Xinru tersenyum dengan terpaksa. "Aku tahu, aku tidak menyalahkannya."
Lin Wan bangkit dan berkata, "Baiklah, aku akan mengerjakan beberapa hal dulu."
Tang Xinru mengangguk.
Dia melihat rumah besar ini. Dia memang tinggal di sini, tapi dia tidak merasa sebagai bagian dari Keluarga Qin.
Dia tahu mengapa Qin Song dan juga Lin Wan bersikap sopan padanya, tapi sebenarnya Lin Wan memandangnya rendah.
'Lin Wan, sepertinya kau tidak diizinkan memiliki anak. Kalau begitu, mengapa kau memandang rendah aku? Di mataku, kau hanyalah seekor ayam betina yang tidak bisa bertelur!' pikir Tang Xinru.
…..
Pei Qian masih berdiri di sana. Ponselnya tertinggal di apartemen Gu Xi.
Dia segan untuk mengetuk pintu, jadi dia hanya berdiri diam dan menunggu kedatangan Song Yazhan.
Nona Ding, tetangga sebelah Gu Xi, membuka pintu. Dilihat dari pakaiannya, sepertinya dia akan pergi berolahraga.
Ketika melihat Pei Qian berdiri di dekat pintu dengan setengah telanjang, Nona Ding terkejut. Setelah beberapa saat, dia baru menyapa, "Tuan Pei."
'Ya Tuhan! Tubuhnya sangat bugar!' pikir Nona Ding.
Perhatian Nona Ding tertuju pada celana dalam Pei Qian...
"Apakah kau sudah puas melihatnya?"
Nona Ding langsung menoleh ke arah lain.
Setelah Nona Ding pergi, Pei Qian menunggu di sana selama 20 menit.
Song Yazhan datang dan menatap Pei Qian. "Apakah Presiden baru saja dirampok?"
Pei Qian tidak pernah merasa semalu ini seumur hidupnya. Ia mengambil pakaiannya dan langsung memakainya. Saat mengenakan dasi, ia berkata dengan singkat, "Pagi tadi, Qin Mo datang ke sini."
Jari Song Yazhan menunjuk ke pintu. "Apakah... dia masih di sana dan Presiden diusir keluar?"
Setelah selesai mengenakan pakaian, Pei Qian mendengus.
Song Yazhan mengerti bahwa keduanya sama-sama diusir Gu Xi.
Pei Qian melihat nomor apartemen Gu Xi dan berjalan ke lift. "Bagaimana dengan pertemuan jam sepuluh pagi ini?"
"Tenang, semuanya sudah siap." jawab Song Yazhan dengan penuh semangat.
Setelah masuk ke dalam mobil, Pei Qian mengulurkan tangannya. "Ponselku."
Song Yazhan menyerahkan ponsel pada Pei Qian, kemudian menyalakan mesin mobil.
"Nanti siang, antarkan ponselku ke kantor. Ponsel ku masih ada di apartemen Gu Xi."
'Apa? Kenapa tadi dia tidak mengambilnya sendiri? Padahal tadi kan dia berdiri di luar apartemennya?' pikir Song Yazhan.