webnovel

Awas Ada Bom!!

Pagi ini seperti biasa sebelum mengerjakan pekerjaan rumah, saya membaca koran dan minum kopi buatan Asih dulu, pak Irfandi memberitahu ku kalau kakak dan keponakan bu Irfandi akan datang ke Indonesia dari kanada hari ini.

Di rumah Irfandi 

Di dapur.. 

"Sih biasa ya, baca koran dulu ah..", kata Paijo.

"Inggih mas"

(Iya mas), jawab Asih.

"Baca koran dulu", kata Paijo lagi.

"Niki mas kopi ne" 

(Ini mas kopinya), sambung Asih yang memberikan kopi pada Paijo.

"Oh nggih, maturnuwun nggih sih"

(Oh ya, terimakasih ya sih), kata Paijo yang mengucapkan terimakasih pada Asih.

"Inggih mas, sami-sami"

(Iya mas, Sama-sama), sambung Asih.

"Seorang hakim yang pernah menghakimi teroris telah menerima paket yang berisi bom, hakim itu jatuh pingsan karena menunggu sehari semalam bomnya belum meledak juga, astaghfirullahalazim kasihan sekali ini hakim", kata Paijo lagi yang membaca koran.

"Yang kasihan, yang bacanya itu loh mas", sambung Asih lagi.

"Kok kasihan yang baca sih Asih ?", tanya Paijo.

"Orang hakimnya pingsan kok masih di bacain saja", jawab Asih.

"Eh Asih, membaca itu mencerdaskan otak", kata Paijo lagi.

"Itu kan kalau yang punya otak", sambung Asih.

"Memangnya kamu fikir saya tidak punya otak ?", tanya Paijo lagi.

"Kalau punya otak, masa koran tahun lalu masih di baca saja", jawab Asih lagi.

"Haa.., koran tahun lalu, astaghfirullahalazim koran tahun kemarin ini, kok sudah tau tahun kemarin gak di buang ?", tanya Paijo lagi.

"Lah kan hakimnya masih pingsan mas, nanti kalau sudah sadar baru Asih buang", jawab Asih lagi.

"Emm, emm..", Paijo kesal dan meremas-remas koran.

"Haduh, haduh, sakit mas, haduh, haduh, sakit", Asih kesakitan karena ingin di lempar koran, yang padahal korannya masih belum di lempar oleh Paijo dan masih di tangan Paijo juga.

"Emm, emm..", Paijo masih kesal dan masih meremas-remas korannya juga.

"Ampun, ampun, sakit mas, ampun", Asih masih kesakitan karena ingin di lempar koran, yang padahal korannya masih belum di lempar oleh Paijo dan masih di tangan Paijo juga.

"Kan belum ku timpuk", kata Paijo yang heran melihat Asih kesakitan.

"Maksudnya Asih belum sakit mas, belum, belum sakit", sambung Asih.

"Oh belum sakit ya, emm", kata Paijo yang kemudian melempar koran yang dia remas-remas tadi ke arah Asih dengan kesal, dan lemparannya meleset.

"Au.., eh kena gelas, pecah loh mas..", sambung Asih lagi.

"Bodo..", kata Paijo lagi yang masih kesal pada Asih.

Di teras depan rumah..

"Akhirnya sampai juga yes..", kata Rafi yang kesenangan sampai di rumah tantenya.

"Come fi.."

(Mari fi..), sambung Renaldy yang mengajak anaknya masuk.

"Come dad.."

(Mari ayah..), sambung Rafi.

"Pak Aldi, den mas Rafi, tolongin saya, saya gak bisa keluar ini", Asep minta tolong pada Rafi dan Renaldy.

"Makannya kalau jadi supir kamyu harus punya pertikungan hemm", kata Rafi dengan kesal.

"Perhitungan Rafi", sambung Renaldy membenarkan perkataan anaknya.

"Ayah kan Rafi tidak bisa ngomong perhitungan", kata Rafi lagi.

"Lah itu bisa", seru Asep dan Renaldy.

"Yah pokoknya itu..", sambung Rafi.

"Pritikiwir.., maklum den, saya lupa kalau temboknya gak bisa di geser", kata Asep.

"Haduh, ya sudah ya Asep, tolong bawain kopernya ya taruh ke atas, oke..", pinta Renaldy.

"Pritikiwir.., lah bagaimana saya membawa kopernya, orang saya sendiri saja tidak bisa keluar kok", keluh Asep.

"Hem.., begini saja mobilnya kamu ke kiri sedikit terus kamu bisa keluar..", kata Rafi lagi.

"Nah betul tuh kata Rafi", sambung Renaldy.

"Oh iya benar juga ya, kalau mobil saya kiri kan sedikit sebelah kanan agak lega dan saya bisa keluar dari mobil, hehe..", kata Asep.

Setelah Asep berhasil keluar dari mobil langsung menurunkan koper milik pak Renaldy dan Rafi untuk di bawa ke dalam rumah, sedangkan aku membereskan ruang tv. 

Di ruang tv..

"Bersih-bersih rumah dulu..", kata Paijo.

"Akhirnya, eh haa.., haa..", Rafi ketakutan saat melihat Paijo yang di kira Rafi, Paijo adalah seekor musang liar yang masuk ke dalam rumahnya tuan papi. 

"Ada apa sih fi ?", tanya Renaldy.

"Ada itu loh yah, ada musang..", jawab Rafi.

"Musang, mana musang ?", tanya Renaldy lagi.

"Itu yah, itu", jawab Rafi lagi.

"Eh iya itu musangnya, timpuk sepatu yuk biar pergi musangnya", kata Renaldy.

"Yuk yah..", sambung Rafi.

"Eeh.. pak Aldi, mas Rafi, jangan ini saya, saya bukan musang", kata Paijo memberitahu Renaldy dan Rafi kalau Paijo bukan musang.

"Oh iya jo, Irfandi mana ?", tanya Renaldy.

"Loh emangnya pak Aldi belum dengar kabar ?", tanya Paijo juga.

"Emm kabar apaan ?", tanya Renaldy lagi.

"Tuan papi kan masuk rumah sakit", jawab Paijo.

"Haa.., memang om Irfandi sakit apa lik.. ?", tanya Rafi.

"Gak sakit apa-apa sih besuk, temannya di rawat", jawab Paijo lagi.

"Hadeh Joya, Joya..", keluh Renaldy. 

"Caa pek deeh..", sambung Rafi.

Pak Renaldy dan mas Rafi duduk di ruang tv, sedangkan Asep yang masih sibuk menurunkan semua koper pak Renaldy dan mas Rafi, kemudian Asep menerima SMS dari Aiman, Asep pun membacanya sambil membawa koper dan Asep pun terjatuh.

Di teras depan rumah lagi..

"Haduh, ini orang lagi ribet malah SMS, et, et et, haduh, haduh, haduh emak, siapa sih yang SMS, alah mang Aiman, sep jaga kesehatan ya, kalau bawa koper satu-satunya saja jangan sekaligus dua, pritikiwir, eeh.., gara-gara mang Aiman nih SMS saya jadi jatuh hem..", keluh Asep yang jatuh karena mendapatkan SMS dari Aiman.

Di ruang keluarga..

"Ini Rafi ya mas ?", tanya Irfandi.

"Iya Fandi..", jawab Renaldy.

"Ganteng banget sekarang pasti tante mu senang deh bisa bertemu kamu yang ganteng ini tapi sayang tante mu masih di pacitan, eh ya ngomong-ngomong kamu betah gak di kanada ?", tanya Irfandi lagi.

"Betah dong om, soalnya banyak bulenya, cantik-cantik lagi, oh ya om masa tadi di bandara semua tas penumpangnya tuh di periksa sama alat pelacak bom", kata Rafi memberitahu Irfandi.

"Wah jangan-jangan ada teroris lagi di sana", sambung Irfandi.

"Iih bukan..", kata Rafi lagi.

"Terus apa dong ?", tanya Irfandi lagi.

"Soalnya petugasnya punya alat pelacak bom, kalau gak alat ya gak akan di periksa", jawab Rafi.

"Ya, ya, ya, ya", keluh Irfandi dengan jawaban dari keponakan istrinya.

"Haduh lupa, oh ya Fandi, mas punya oleh-oleh untuk kamu, fi ambil di kamar ya", pinta Renaldy.

"Siap pah", Rafi melaksanakan perintah dari ayahnya.

"Oh ya Fandi, kapan dik Titah pulang ?", tanya Renaldy.

"Tergantung perintah kanjeng ibu, mas", jawab Irfandi.

"Amit.."

(Permisi), Asih datang membawa minuman untuk Irfandi, Rafi, dan Renaldy.

"Ini pah..", Rafi memberikan oleh-oleh untuk Irfandi pada Renaldy.

"Loh kok kasih ke papa sih, kasih dong ke om Irfandi langsung", kata Renaldy.

"Oh iya lupa, ini om", sambung Rafi yang memberikan oleh-oleh pada Irfandi.

"Oh ya terimakasih Rafi", Irfandi mengucapkan terimakasih pada Rafi.

"Sama-sama om", sambung Rafi.

"Ih om Irfandi siapa ini ?", tanya Rafi.

"Oh ini abdi dalem baru di sini, namanya Asih, masakannya enak, Asih kenalin Aldi dan Rafi, kakak dan keponakan istri saya", jawab Irfandi.

"Aldi", Renaldy memperkenalkan diri pada Asih. 

"Rafi", Rafi memperkenalkan diri pada Asih. 

"Saya Asih, pak, mas..", Asih  memperkenalkan diri pada Renaldy dan Rafi.

Lalu pak Irfandi, pak Renaldy, dan mas Rafi masuk kedalam kamar dan mas Rafi mencari hpnya yang tidak ada di dalam tasnya, mas Rafi juga mengira kalau hpnya tertinggal di pesawat dan pak Renaldy mengingatkan mas Rafi kalau hpnya di cas di dalam mobil, lalu pak Irfandi meminta Asep untuk mengambilnya di mobil.

Di kamar Rafi..

"Hp ku, loh kok, pah, pah..", kata Rafi yang panik karena hpnya tidak ada di tasnya. 

Di depan kamar Renaldy..

"Loh Rafi kenapa ?", tanya Irfandi.

"Ini loh om hpku gak ada, kayanya tertinggal di pesawat deh..", jawab Rafi.

"Oh gitu, ya sudah tunggu sebentar biar om panggil Asep untuk ke bandara ambil hp kamu ya, sep, sep, Asep..", kata Irfandi

"Muhun pak Irfandi, aya naon ?"

(Iya pak Irfandi, ada apa ?), tanya Asep.

"Ini hpnya Rafi gak ada, tolong kamu ambilkan", jawab Irfandi.

"Oh iya, iya pak, dimana pak ?", tanya Asep.

"Di pesawat", jawab Rafi.

"Iya, iya, iya, pritikiwir pesawat pak ?", tanya Asep lagi.

"Iya buruan kejar pesawatnya", jawab Irfandi.

"Saya di suruh kejar pesawat pak, mending bapak bunuh saya saja pak, daripada saya mengejar pesawat", keluh Asep.

"Ada apa sih ini ribut-ribut ?", tanya Renaldy.

"Ini hpnya Rafi tertinggal di pesawat", jawab Irfandi.

"Oh, not that Rafi cas hp in the car ?" 

(Oh, bukannya tadi Rafi cas hp di dalam mobil ?), tanya Renaldy.

"Oh iya, Rafi lupa kalau hpnya ada di mobil soalnya tadi batre hp Rafi lowbet makannya Rafi cas di mobil om..", jawab Rafi.

"Oh ya sudah kalau gitu biar saya kejar ya mas mobilnya", kata Asep.

"Oh iya, iya", sambung Rafi.

"Mobilnya warna apa den mas ?", tanya Asep lagi.

"Mobil kita..", jawab Aldi, Rafi, dan Irfandi yang kesal pada Asep.

"Oh iya lupa den mas maklum panik", kata Asep lagi.

Asep pun ke garasi untuk mengambil hp mas Rafi dan di bawah sudah ada bu rt mencari ku yang membawa dus atau paket untuk pak Irfandi, yang ku bilang pada bu rt kalau paket untuk pak Irfandi dalamnya adalah bom.

Di garasi mobil..

"Ambil hp mas Rafi di mobil, untung hpnya di mobil coba di pesawat, capek saya ngejar pesawatnya", kata Asep.

"Joya, Joya, haduh.. Joya..", bu rt teriak-teriak memanggil Paijo.

"Asep tolongin saya dong..", bu rt meminta tolong pada Asep.

"Eh bu rt, ada apa bu rt ?", tanya Asep.

"Haduh si Joya kemana sih, sudah setahun di panggilin gak nongol-nongol juga, haduh tangan saya keburu pegal nih", jawab bu rt yang mengeluh.

"Emang apaan ini bu rt ?", Asep menanyakan kardus yang di bawa oleh bu rt.

"Ini paket buat pak Irfandi", jawab bu rt lagi.

"Oh ya sudah taruh saja di sini bu rt, biar nanti saya yang bawa ke dalam", kata Asep.

"Ih.., saya belum mau mati lagian juga ya saya belum luluran, belum ke salon, pokoknya saya belum cantik deh dan saya juga belum mau mati tau, saya masih mau hidup", sambung bu rt.

"Haduh iya, iya, iya, silahkan saja bu rt mau hidup lama, saya kan cuma bilang taruh saja di sini biar tangannya bu rt gak pegal, gitu saja kok..", kata Asep lagi.

"Haduh Asep, masalahnya nih ya, kata si Joya ini paket kalau di taruh dia bakal meledak", sambung bu rt lagi.

"Pritikiwir..", Asep kaget mendengar perkataan dari bu rt.

"Kalau meledak saya mati, haduh saya gak rela kalau suami saya jadi duda, emm gimana dong ?", tanya bu rt.

"Loh emang apaan isinya bu rt ?", tanya Asep juga.

"Bom..", jawab bu rt.

"Pritikiwir, haduh bom, bom, bom", kata Asep yang kaget mendengar bu rt menjawab kalau isi paket untuk pak Irfandi adalah bom.

Di dapur lagi..

"Sih, misalnya di rumah ini ada bom, apa yang akan kamu lakukan ?", tanya Paijo.

"Aah mas Paijo kebanyakan baca koran jadi mengkhayal nya itu selalu bom mulu", jawab Asih.

"Ini kan seandainya, seandainya ada bom di rumah ini yang akan kamu lakuin apa, begitu ?", tanya Paijo lagi.

"Ya paling saya bilang sama bomnya, mas bom maaf ya lain kali saja yang punya rumah lagi pergi, gitu", jawab Asih lagi.

"Bom, yang di omongin bom bukan pengamen tapi bom..", kata Paijo yang mulai kesal pada Asih.

"Ya Asih tinggal bilang, mas bom kalau mau ngamen di tempat lain saja, jangan di sini", sambung Asih yang mulai membuat Paijo kesal.

"Astaghfirullahalazim, lemot, lemot, sekolah dimana sih di ajak ngobrol lemotnya minta ampun, iih..", kata Paijo lagi yang kesal pada Asih.

"Haha lucu mas joya", Asih tertawa melihat Paijo kesal padanya.

"Lucu, lucu..", kata Paijo yang masih kesal pada Asih.

"Awas ada bom !!", kata Asep yang panik dan ketakutan. 

"Awas ada Paijo !!, awas ada bom !!, ee..", keluh Paijo.

"Beneran jo, di luar ada bom..", kata Asep lagi yang masih panik dan ketakutan.

"Berisik ahh..", keluh Paijo lagi.

"Eh Asep kalau mau mengkhayal ada bom baca koran dulu kaya mas Paijo, kamu saja belum baca koran sudah mengkhayal-khayal ada bom gak pantes tau", sambung Asih juga.

"Oh gitu ya sih..", kata Asep lagi yang kemudian mencari koran untuk di baca.

"Ngapain sih kamu, eh.. ?", tanya Paijo.

"Saya lagi cari koran jo", jawab Asep.

"Cari koran, tunggu di sini, emm berdiri, set.. Ini, ini koran ya, emm.., orang lagi kesel sama Asih, kamu lagi bikin kesel, sana cari sendiri", kata Paijo yang memukul kepala Asep menggunakan koran dan di kepala Asep ada panci yang di gunakan Paijo tadi saat Paijo kesal pada Asih.

Lalu paket yang di bawa oleh bu rt di bawa lagi dan bertemulah dengan Ujang asisten rumah tangga dari bu Sinta yang membawa kelapa muda untuk Asih.

Di lapangan..

"Duh gimana ini masa masih saya bawa-bawa saja sih paket bom ini..", kata bu rt.

"Itu sepertinya bu rt", kata Ujang yang melihat bu rt.

"Duh suamiku mana lagi..", kata bu rt yang mencari pak rt. 

"Tuh kan benar bu rt, bu, bu rt..", Ujang memanggil bu rt.

"Iya eh, kamu jang, kenapa ?", tanya bu rt.

"Bu rt ngapain di sini sendirian, nyari pak rt ya ?", tanya Ujang juga.

"Iya, kamu lihat suamiku tidak ?", tanya bu rt lagi.

"Tidak bu rt", jawab Ujang.

"Oh..", seru bu rt.

"Iya..", sambung Ujang.

"Eeh kok rem nya blong ya", kata Diman.

"Duh kira-kira suamiku dimana ya ?", bu rt bertanya-tanya.

"Bu rt, Ujang, awas..", kata Diman lagi.

"Bu rt itu..", kata Ujang yang melihat Diman.

"Itu apa jang ?", tanya bu rt lagi.

"Itu Diman, rem motornya blong bu rt, jadi dia gak bisa memberhentikan motornya bu rt..", jawab Ujang.

"Haa.. Aa.. Aa..", bu rt dan Ujang teriak dan berakhir nyangsang di bawah pohon kelapa.

Diman pun berhasil menghentikan motornya yang blong, lalu bu rt dan Ujang mengambil paketnya masing-masing, yang tidak di sadari oleh bu rt dan Ujang adalah paket mereka tertukar.

Dan Ujang pun bertemu dengan Asih, lalu Ujang memberikan paket itu pada Asih, Asih juga tidak mengetahui kalau paket itu adalah paket untuk pak Irfandi dan yang ku sangka isinya adalah bom. 

Sedangkan bu rt kembali ke rumah pak Irfandi untuk menyerahkan paket yang tertukar dengan paket milik Ujang, yang di sangka paket itu adalah bom, ternyata paket yang di berikan oleh bu rt adalah kelapa muda untuk Asih dari Ujang. 

Di rumah Irfandi

Di teras depan rumah.. 

"Assalamu'alaikum, pak Irfandi", bu rt memberikan salam pada Irfandi. 

"Akhirnya sampai juga di rumah, loh itu kan tante rt, assalamu'alaikum tante rt", kata Silvy yang melihat bu rt di teras depan rumahnya dan Silvy memberikan salam pada bu rt. 

"Wa'alaikumsalam, eh neng Silvy", bu rt menjawab salam dari Silvy. 

"Tante rt cari papi ya ?", tanya Silvy. 

"Iya, ada gak papi mu di rumah ?", tanya bu rt juga setelah menjawab pertanyaan dari Silvy. 

"Ada tante rt, mas Kamil..", Silvy memanggil Kamil setelah menjawab pertanyaan dari bu rt. 

"Iya dik Silvy, ada apa ?", tanya Kamil. 

"Panggilkan papi dong mas", pinta Silvy. 

"Tidak usah, tante rt kesini mau kasih ini saja kok", kata bu rt. 

"Apa itu tante rt ?", tanya Kamil. 

"Iya tante rt, itu apa sih ?", tanya Silvy juga. 

"Ini paket untuk papi", jawab bu rt. 

"Isinya apa tante rt ?", tanya Kamil lagi. 

"Bom..", jawab bu rt lagi. 

"Haa.. Bom !!", Silvy dan Kamil kaget mendengar jawaban bu rt kalau isi paket itu adalah bom, kemudian Silvy dan Kamil meletakannya di bawah, lalu menutup kedua telinganya menggunakan kedua tangannya. 

Di ruang tamu.. 

"Eh Kamil, Silvy, itu apa ?", tanya Renaldy. 

"Kata tante rt ini isinya bom, om Aldi", jawab Kamil. 

"Haa.. Bom..", pak Renaldy kaget mendengar jawaban Kamil kalau isi paket itu adalah bom, kemudian pak Renaldy menutup kedua telinganya menggunakan kedua tangannya. 

Di dapur lagi.. 

"Sih, dapat paket dari siapa ?", tanya Paijo. 

"Dari aa Ujang, mas, katanya untuk Asih", jawab Asih. 

"Haa, coba lihat, loh ini kan..", Paijo kaget saat melihat paket yang ada pada Asih ternyata adalah paket untuk Irfandi. 

"Kenapa mas ?", tanya Asih. 

"Ini kan paket untuk tuan papi, sih..", jawab Paijo. 

"Ah masa ta mas ?", tanya Asih yang tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Paijo. 

"Kamu gak percaya sih ?", tanya Paijo lagi. 

"Enggak lah", jawab Asih. 

"Oh gitu, tunggu sebentar", kata Paijo. 

"Mau ngapain mas, itu kertas apa mas ?", tanya Asih lagi. 

"Ini kertas, tadi di tempel di sini, baca sekarang", jawab Paijo. 

"Untuk pak Irfandi", Asih membaca kertas yang di tempel lagi oleh Paijo. 

Di ruang tamu lagi.. 

"Haa, kata kamu isinya bom Silvy, Kamil", kata pak Renaldy yang heran melihat isi paketnya adalah kelapa muda. 

"Kamil juga gak tau om Aldi", sambung Kamil. 

"Jangan-jangan paket ini ketukar oleh paket yang di bawa Asih tadi, pak Aldi", sambung Paijo. 

"Oh jadi seperti itu, sudah kamu kirim oke terimakasih", kata Irfandi yang menerima telepon dari temannya. 

"Itu paket papi ya Silvy ?", tanya Irfandi. 

"Gak tau pi", jawab Silvy. 

"Loh kok kelapa muda, punya siapa ?", tanya Irfandi lagi. 

"Gak tau papi, tadi tante rt yang antar ini ke rumah", jawab Kamil. 

"Iya pi, katanya paketnya papi, dan mas Kamil tanya lagi ke tante rt isinya bom, dan pas di buka kok isinya kelapa muda", jawab Silvy menjelaskan pada Irfandi. 

"Haa, jangan-jangan jenis bom baru kali", kata Irfandi dengan heran. 

"Lah itu kan bom yang tadi di bawa bu rt, yang isinya bom", sambung Asep. 

"Haa.. Tiarap semua", sorak Renaldy. 

"Kenapa sih kok pada kaget melihat saya bawa paket ini ?", tanya Asih heran. 

"Sih, taruh sih", pinta Irfandi. 

"Oh iya, iya sudah saya taruh tuh, ya sudah saya mau kembali ke belakang lagi", kata Asih lagi yang akan kembali ke dapur. 

"EEhh.., Asih mau kemana kamu ?", tanya Irfandi. 

"Kan tadi saya bilang mau ke belakang pak Irfandi, Asih sibuk", jawab Asih. 

"Jangan, tidak usah kesini kamu", pinta Irfandi yang ketakutan. 

"Enggak ah pak, saya sudah bilang kan tadi, saya itu sedang sibuk di dapur, belum masak cuci piring, dan lain-lain", Asih menolak permintaan Irfandi. 

"Oh gitu, oke kalau kamu tidak mau kesini saya pecat kamu sekarang", Irfandi mengancam Asih. 

"Iya deh, iya, Asih kesana, heran saya orang yang ada di rumah ini hobby nya ngancem semua", Asih mengeluh saat Irfandi mengancam akan memecatnya kalau tidak mau mengikuti permintaannya. 

"Ya sudah sekarang ketakutan semua", kata Paijo. 

"Aaa.. Aa.. Aaaa..", Asih ketakutan dengan lebay. 

"Iih mbak Asih", kata Silvy. 

"Kenapa mbak Silvy ?", tanya Asih. 

"Gak pake lebay bisa kan..", jawab Silvy. 

"Lah kan tadi di suruhnya  begitu sama pak Irfandi, kalau tidak gitu di ancam di pecat saya, enggak mau lah..", kata Asih lagi. 

Dan bu rt datang kembali ke rumah bersama pak rt, lalu bu rt menjelaskan semuanya pada pak Irfandi kalau ternyata isi paket itu bukan bom, dan isinya adalah barang pesanan pak Irfandi yang di kirimkan oleh temannya.