webnovel

Kau Penuh dengan Celah

Éditeur: Wave Literature

Mata dingin dan tajam itu menatap Shia Tang dengan datar. Ia hanya diam membisu. "Senior baik-baik saja kan? Benar kan?" Shia Tang tersenyum bahagia dan terus bertanya pada Billy Li.

"Orang yang berada di rumah sakit apa bisa dibilang baik-baik saja?" Billy Li menjawab dengan perasaan kesal.

Shia Tang menghela napas, dia tersenyum lega. Namun, dia juga tidak lupa bahwa Billy Li suka menipunya. Tangan kecil itu meninju pelan bahu tegap Billy Li sambil berkata lirih dengan nada manja, "Kamu pembohong!"

Mata Billy Li menggelap. Sambil menahan kedua tangan Shia Tang yang kecil itu, mendekatkan diri lalu menundukkan kepala. Billy Li memandangi wajah Shia Tang dengan dekat.

Perubahan yang terlihat dari kedua mata Billy Li itu, membuat wajah Shia Tang memanas. Kemudian ia memalingkan muka, tubuhnya sedikit menggeliat. Dengan wajah memerah, ia berkata, "Lepaskan aku, rambutku masih basah!"

"Tidak masalah. Lagipula sebentar lagi juga kering." Billy Li sedikit menarik sudut bibirnya, lalu menenggelamkan wajahnya di leher Shia Tang, menghirup aroma manis yang menguap dari tubuhnya.

Wajah Shia Tang semakin memanas. Ia melepas tangannya dari genggaman Billy Li. Mendorong tubuh Billy Li, lalu berkata, "Jangan..."

Setelah terbiasa melihat kekejaman dan keseriusan Billy Li, Shia Tang sungguh tidak terbiasa dengan kata-kata menggoda yang dikeluarkan dari mulut pria itu. Billy Li seakan tidak peduli, ia masih terus melanjutkan aksinya. 

Shia Tang tidak bisa lagi mendorongnya. Ia hanya bisa menarik perhatian Billy dengan mengganti topik pembicaraan, "Sejak kapan kamu tahu aku hanya berpura-pura?"

Setelah bertanya, Shia Tang terlihat menyesal. Bodoh, bukankah dengan berkata seperti itu, berarti aku membiarkan Billy Li untuk membuat perhitungan kembali denganku?

Ternyata benar, gerakan Billy Li benar-benar berhenti, ia lalu menatap Shia Tang dengan tajam. Shia Tang menutup rapat matanya, seakan siap menerima apa yang akan terjadi selanjutnya. Setelah beberapa saat, Shia Tang merasakan beban yang tadi ada di tubuhnya, sekarang menjadi lebih ringan. Ternyata, Billy Li telah menyingkir dari tubuhnya.

Shia Tang juga tidak berani menatapnya. Kemudian, ia melihat ke sekelilingnya dan sama sekali tidak mendapati sesuatu untuk bisa menutupi tubuh telanjangnya. Lalu, ia melihat lagi selimut yang kini sedang membungkus setengah tubuh telanjang Billy Li. Kini yang bisa Shia Tang lakukan, hanyalah turun dari ranjang dan berlari dengan tubuh telanjang menuju kamar mandi.

Billy Li yang bersandar di tepi ranjang dan kelihatan sedang ingin merokok pun, tiba-tiba perhatiannya teralihkan. Ketika ia melihat lekukan tubuh seorang wanita yang sedang berlari itu.

Sangat menawan! Billy Li berbicara dalam hati.

Kemudian, Billy Li seperti tidak ingin lagi menyalakan rokoknya, lalu ia bangkit dari tempat tidur dan pergi ke ruang ganti untuk mencari celana panjang.

Ketika Billy Li keluar, Shia Tang sudah mengenakan daster dan duduk di depan meja rias untuk mengeringkan rambutnya. Tangan Shia Tang seperti tidak bisa memegang hair dryer dengan benar. Sepertinya ia kelelahan karena ulah yang telah dibuat Billy Li tadi.

Sebenarnya, sekarang ini pikiran Shia Tang sedang melayang kemana-mana, jadi pergerakan tangannya kelihatan sedikit ceroboh. Billy Li kemudian mengambil hair dryer dari tangan Shia Tang, ia lalu membantu mengeringkan rambutnya.

Sikap Billy Li yang tiba-tiba ini membuat Shia Tang ketakutan, ingin rasanya ia pergi, namun sudah ditahan terlebih dulu oleh Billy Li. Shia Tang hanya bisa menurut dan duduk dengan tegang. Membiarkan jari-jari Billy Li menyisir lembut rambutnya. Billy Li dengan sabar membelai dan mengulangi gerakan yang sama untuk mengeringkan rambut Shia Tang.

Selama mengeringkan rambut Shia Tang, tiba-tiba Billy Li menjawab pertanyaan Shia Tang yang ia tanyakan tadi, "Di dalam buku dikatakan, ekspresi seorang wanita ketika bercinta adalah suatu ekspresi yang paling tidak bisa digunakan untuk membohongi orang lain."

"Itu… Itu... Itu hanya respon fisiologis yang naluriah, tentu saja tidak bisa digunakan untuk membohongi orang lain." Teringat kembali kegiatan panas yang baru saja mereka lakukan, wajah Shia Tang memerah dan detak jantungnya tidak karuan saat membela diri.

Billy Li mematikan pengering rambut, membungkukan badannya, lalu berbicara di dekat telinga Shia Tang. Ia menatap Shia Tang yang saat ini berada di pantulan cermin, kemudian berkata dengan tenang, "Malam itu ketika di villa pantai, kamu juga bersusah payah untuk menahan gemetar di sekujur tubuhmu. Dan lagi, aku juga sedikit mengerti tentang ilmu psikologi. Ternyata, kamu terlalu banyak celah!"

Pada kenyataannya Billy Li tidak hanya tahu, tapi ia juga pernah belajar tentang ilmu psikologi.

"Tapi, bukankah seharusnya kamu meragukanku dulu? Lalu kenapa kamu tiba-tiba mengatakan jika aku menipumu?" Shia Tang diam-diam menatap pantulan pria itu di cermin. Untungnya, saat ini Billy Li sedang mengenakan celana panjang. Tapi, Shia Tang tetap tidak berani menatap Billy Li secara terang-terangan.

"Ketika kakak keduamu menemuiku di ruang kantor waktu itu. Kamu tahu, jika aku memang sengaja membiarkanmu untuk mendengar semua percakapan kami. Jadi, kamu yang saat itu terlihat jelas di layar laptopku, seperti benar-benar tidak terpengaruh sama sekali, kamu terlihat masih saja serius menggambar, tapi..." Tiba-tiba, tanpa melanjutkan kata-katanya, tangan besar Billy Li yang indah itu perlahan mulai menggenggam tangan kecil Shia Tang…