webnovel

Hantu Perempuan Yang Menempel Di Jendela Mobil

Éditeur: Wave Literature

Tak membutuhkan waktu lama hingga Han Ye benar-benar kehabisan darah. Tubuhnya terjatuh ke depan dengan posisi berlutut mengenai tepi kotak bunga. Ia tidak bergerak lagi.

Hantu perempuan itu turun dari punggung Han Ye lalu mematahkan tulang punggungnya. Tanpa ada tulang yang menopang, kepala Han Ye tergantung di depan dadanya secara tidak wajar dan terlihat sangat mengerikan. 

Aku masih bersembunyi di hamparan bunga. Aku memberanikan diri untuk menilik apa yang sedang dilakukan hantu itu. Hantu perempuan itu kembali naik ke punggung Han Ye. Aku menatap mulut hantu itu dengan hati-hati, sepertinya ia masih mengunyah daging yang baru saja ia gigit lalu menelannya. Kemudian ia membungkuk untuk meminum darah yang ada di leher Han Ye. 

Aku merasa sangat mual melihatnya. Saking menjijikannya, sampai-sampai aku tidak bisa memuntahkannya. Aku berpikir dalam hati, seberapa besar kebencian yang hantu itu pada Han Ye. 

Saat aku memalingkan wajah ke arah Chu Yan, ia bergidik ketakutan. Ia membenamkan kepalanya ke dalam lutut sambil memeluk tangannya sendiri, lalu ia berbisik pelan, "Maaf, maaf. Aku bersalah. Jangan bunuh aku, jangan bunuh aku. Semua itu ide mereka, aku tidak ikut-ikut, benar aku tidak ikut-ikut." 

Aku menggelengkan kepala tidak percaya. 

Sambil terus memperhatikan hantu perempuan dan "makan malam" nya, aku menahan nafas dan berkonsentrasi penuh untuk bersiap-siap pergi. Setelah aku merasa siap, dengan cepat aku berlari keluar dan melarikan diri. 

Tapi baru beberapa langkah, tiba-tiba aku merasakan seseorang mendorong tubuhku ke tanah. 

Spontan aku langsung menahan tubuhku yang terjatuh dengan menggunakan tanganku.

Seketika itu juga aku merasakan sakit di pergelangan tanganku. 

Aku menoleh ke belakang dan menemukan Chu Yan yang telah mengejarku. Aku hanya meliriknya dengan sinis. Aku tidak memiliki waktu untuk berbicara, jadi aku bangkit berdiri dan kembali berlari menjauh. 

"Jangan tinggalkan aku!" Chu Yan sangat ketakutan sehingga wajahnya tampak pucat. Ia mengikutiku mengambil langkah besar. 

Banyak yang mengatakan ketika orang merasa terdesak mereka selalu memiliki potensi yang tak terbayangkan. Terbukti, saat ini aku berlari melintasi beberapa jalan dalam satu nafas, tetapi aku tidak merasa lelah sama sekali. Aku menoleh ke belakang dan aku melihat Chu Yan masih terus mengikutiku. 

Ketika kami sudah berada di area yang cukup ramai, wajahnya yang pucat sedikit demi sedikit kembali berwarna, tetapi ia masih tidak bisa menghilangkan kengerian di wajahnya. Tentu saja, kematian Han Ye yang brutal pasti memberikan banyak dampak untuknya. 

Untungnya, hantu wanita merah di belakangku tidak menyusul. Aku memutuskan untuk berhenti melihat kerumunan di belakangku.

Hari ini adalah akhir pekan. Ada banyak orang yang sedang keluar rumah untuk menikmati waktu bersantai. Di keramaian seperti ini, aku sudah tidak bisa melihat bayangan hantu perempuan merah itu. 

Aku sedikit lega, tetapi aku tidak berani menganggap remeh dirinya. Chu Yan mengikuti tidak jauh di belakangku. Saat aku maju, ia ikut maju, aku berhenti dan ia juga akan berhenti, ia seperti anak anjing. 

Aku memandangnya tak berdaya. Ia hanya berkata pada dirinya sendiri bahwa ia takut. Jelas terlihat bahwa hantu perempuan itu membenci para pengganggu kecil ini. Sepertinya ia juga tidak akan melepaskan Chu Yan. Jika aku tetap bersamanya, aku pasti akan bertemu lagi dengan hantu perempuan itu. Aku tidak bisa membiarkannya terus mengikutiku.

Terlebih lagi, pengganggu kecil ini bersalah atas kejahatan yang ia lakukan padaku. Jika tidak terjadi pembunuhan di pesta malam ini, sudah bisa dipastikan mereka akan memperkosaku. 

Aku dengan segera mengambil tindakan. Aku berlari ke sisi jalan, menghentikan taksi, dan masuk ke mobil dengan kecepatan penuh. 

Aku hampir menutup pintu saat tiba-tiba kurasakan tangan yang kuat menarik pintu hingga terbuka. Kemudian Chu Yan berbicara dengan nafas yang terengah-engah. Sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya aku segera mendesak pengemudi, "Ayo cepat pergi!" Tapi tangan Chu Yan masih tetap menahan pintu taksi. 

"Kenapa kamu selalu mengikutiku?" Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak membentaknya. 

"Aku takut!" jawabnya terengah-engah. 

"Apa kamu pikir aku tidak takut?"

"Kalau begitu ayo kita pergi bersama." Ia masih mencoba menenangkan diri dan mengatur nafasnya. 

Aku meliriknya dan dengan berat hati menggeser tubuhku memberikan ia ruang untuk duduk. 

Sopir yang duduk di kursi pengemudi memandang kami ke samping dan bertanya, "Mau ke mana?"

Aku baru saja akan berbicara tetapi tiba-tiba aku mendengar suara dingin seorang wanita dari luar jendela mobil, "Jalan Huang Quan."

Aku langsung menoleh melihat ke luar jendela. Aku berteriak terkejut.

Aku melihat hantu perempuan merah itu berjongkok di luar jendela dan wajah pucatnya menempel di kaca. 

Ia menatapku lekat-lekat lalu tanpa diduga mulutnya tiba-tiba terbuka dan memunculkan senyum yang sangat aneh. 

"Dia... dia mengikuti kita!" Chu Yan berteriak ketakutan. 

"Ayo cepat, Pak! Ada polisi lalu lintas!" Aku berteriak kepada sopir itu. 

Sebelum naik ke taksi, aku sudah memperhatikan sopir ini menerobos lampu merah dan tidak memberi jalan kepada para pejalan kaki. 

Sepertinya sopir itu memepercayai ucapanku, karena detik berikutnya ia langsung menginjak gas dan mobil melesat menjauh. 

Karena mobil tiba-tiba berjalan dan melaju dengan kecepatan tinggi, hantu perempuan di luar jendela terlempar di tengah jalan, tertabrak oleh truk besar yang lewat, dan tergeletak begitu saja di tengah jalan. 

.

Truk terus bergerak tanpa merasa menabrak sesuatu. Sepertinya hanya aku dan Chu Yan yang bisa melihat hantu wanita merah itu tergeletak di tengah jalan. 

Aku menghela nafas dan bersandar di sandaran kursi, ketika aku menyentuh dahiku, kulihat keringat bercampur darah, mengalir ke mataku, terasa sangat pedas.

Aku berkedip dan melihat tisu di depanku.

"Bersihkan wajahmu." Wajah Chu Yan terlihat sangat hitam dan jelek. 

Aku segera mengambil tisu dan menyeka darah yang ada di wajahku. Aku rasa perjalanan ini sangat mendebarkan. 

Aku ingat perkataan Bei Mingyan bahwa hantu merah itu menempati urutan kedua dalam urutan level hantu. Mereka memiliki kekuatan yang cukup tinggi dan memiliki dendam yang sangat kuat. Kebanyakan dari mereka akan menjelma menjadi wanita yang memiliki kebencian hebat dari kematiannya yang tragis.

Meskipun ia sudah tertinggal sekarang, tetapi aku khawatir ia tetap bisa menemukan kami lagi dengan caranya.

Aku berpikir bahwa tidak ada kebencian tanpa alasan di dunia ini.

Aku tidak bisa menahan rasa penasaranku. Aku melihat Chu Yan yang duduk di samping, ia tampak tertunduk dan menatap kakinya dengan gelisah.

"Aku bertanya padamu, bagaimana kamu bisa menyinggung hantu perempuan itu?" 

Sebenarnya aku masih bisa menebak beberapa poin. Keempat pengganggu ini bisa saja melakukan hal apapun dan kepada siapapun, tetapi aku masih berharap bisa mendengar langsung alasannya dari Chu Yan. 

Segera setelah mendengar pertanyaanku tubuhnya gemetar hebat, matanya memancarkan ketakutan yang luar biasa, dan bibirnya sedikit terbuka,sambil menggertakkan giginya. 

"Kamu tidak harus mengatakannya, sepertinya aku juga sudah mengetahui itu." Aku mengerutkan kening dan melirik ke arahnya, "Kali ini permainan kalian sudah di luar batas, kamu telah bertaruh dengan hidupmu. Kalian sudah hancur sekarang." 

"Aku tidak menyentuhnya!" Chu Yan tiba-tiba membuka mulutnya dan wajahnya memerah. "Semua itu mereka yang melakukannya!"