webnovel

Suami Dadakan

Season 1. Pernikahan dadakan dari orang tua membuat Salwa sangat muak kepada pemuda pilihan ayahnya. Sehingga sesuatu yang tak terduga pun terjadi, Salwa semakin membenci Hasan, pemuda pilihan kedua orang tuanya. Kesalahfahaman dan masa lalu Salsa membuat gadis lemah lembut, menjadi wanita yang kejam dan berniat balas dendam kepada Hasan. Berbagai cara dilakukan olehnya, agar hidup Hasan sengsara dengan cara tetap menjadi istrinya. Apa sebenarnya yang terjadi? Apakah Naura akan tetap tidak punya hati kepada Ahsan? Ikuti terus kisahnya. Season 2. Tiada disangka oleh seorang perempuan yang sudah tak lagi muda, jika seorang ustadz muda akan menjadi suaminya. Sangat syok dan tidak percaya, namun begitulah kejadiannya. Apakah keduanya bisa hidup bersama?

Ririnby · Urbain
Pas assez d’évaluations
169 Chs

Teman Sekolah

Laras masih duduk santai, sambil memainkan hp jadulnya main game ular tangga.

"Ada yang aneh," ujar Zaki curiga, tidak biasanya adiknya betah di rumahnya, maklum rumah Zaki tidak sebersih dengan rumah pada umumnya.

"Aku sengaja kabur karna Ibu, mengundang pemuda, aku masih belum mau menikah," jelasnya, asik main game.

"Tuh ... lihat wanita berdaster berjalan semboyongan mencari putrinya, kamu tidak kasihan sama Ibu," jelas Zaki, Laras menghela napas lalu berdiri dan pulang tanpa salam.

"Ras, darimana saja ... Ibukan tadi sudah bilang, akan ada yang datang. Apa salahnya sih ngobrol saja," ujar Ibunya, Laras menuntun Ibunya.

"Maaf," ujarnya menyesal.

"Laras, Ibu akan bahagia jika putrinya sudah mendapatkan jodoh, sisa umur Ibu, ya ibu sendiri tidak tau lama atau sebentarnya, tapi ... kalau kamu sudah nikah Ibukan tenang," jelasnya.

Mereka sampai di rumah, orang tua berkumis tebal.

"MasyaAllah Pak RT, kuburan istri anda tanahnya belum kering ..." tegur Laras, mendengar ucapan Laras, Ibunya mencubit.

"Bukan dia, tapi tuh," tunjuk Ibunya kepada pemuda berkemeja putih dengan garis biru. Pemuda yang jelas sangat, tampan yang mirip dengan artis Rizki Billar, mirip tujuh puluh persen.

Dia mengembangkan senyum menatap penuh pesona, dia menghampiri wanita itu, kemudian bersalaman.

"Dia Adik iparku," jelas Pak RT, mereka duduk. Ratih membawakan minuman dan suguhan.

'Ganteng sih, tapi ganteng Pak Ustadz, tapi rasanya tidak bisa bersanding dengan Pak Ustadz aku urakan, minder juga, apa salahnya mencoba, demi Ibu,' batinnya.

"Aku Aldo," dia menatap wanita itu, mengamati detailnya termasuk melihat ke arah dua gundukan yang tertutup hijab, Laras merasa risih.

"Aku Larassati,"

"O, aku hanya menuruti Abangku ini, untuk melihatmu, ya ... lumayanlah kamu, pas, ideal dan tidak memalukan jika diajak kondongan," ujarnya sangat mengejutkan.

"Astagfirullah ... Mas kita baru kenal. Jika kita menjadi pasangan apa memang sekedar untuk itu, heh ...." Laras benar-benar muak.

"Belagu banget sih, kamu, maaf Bu tidak jadi banyak yang lebih cantik dari dia," ujar Aldo melangkah Ibunya Laras berdiri, Laras meraih pergelangan tangan Ibunya sambil menggelengkan kepala. Mereka pergi.

"Maaf Bu," ujar Pak RT pergi.

"Bu ... pernikahan tidak akan abadi kalau menandang dari kecantikan, fisik, masa aku hanya akan dijadikan teman kondangan, apalagi tadi dia lama menatap ini, sudah jelas dia bukan pria baik. Bu ... pasti akan ada nanti jodohku, tenang aku akan meminta agar Allah segera menghadirkan pria baik dan dapat menerima aku apa adanya. Sudah jangan dipikirkan, aku harus ke Swalayan," jelasnya lalu mengambil kunci motornya,memeluk an sungkem ke Ibunya yang masih mematung.

Laras menarik gas motornya, melaju sedang, melewati rumah Ustadz muda yang sedang banyak orang, seperti ada lamaran. Laras berusaha tidak peduli.

Wanita ini sampai di Swalayan dia bergegas menemui bos.

Brug