webnovel

stuck with yours love

Hi perkenalkan, aku Arnita perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana tapi penuh kebahagian. Sampai pada suatu hari, ayah ibu ku meninggal dalam kecelakaan, dan adik tiri ibuku yang mengatakan akan mengurusku, tiba-tiba menjual semua aset keluargaku termasuk rumah yang aku tinggalkan. Dengan berbekal uang yang tidak seberapa aku dititipkan pada rumah yatim piatu, yang tidak jauh dari tempat tinggalku. aku beruntung karena Tuhan masih sayang padaku, pemilik yayasan yatim piatu itu tidak memiliki anak hingga aku di urus nya sampai dewasa. Keberuntungan aku tidak hanya sampai disitu, aku sekarang sudah menikah dengan anak bos yang kebetulan donatur tetap yayasan yatim piatu tempat aku dibesarkan. Bukan tanpa sengaja aku menikah dengannya tapi atas dasar cinta yang akhirnya tumbuh dihati kami. Bryan pria berwajah cantik karena wajahnya lebih mirip ibunya dari pada ayahnya.

rachma_akbari · Urbain
Pas assez d’évaluations
282 Chs

Part 16. Kemampuan yang diuji.

Sambil menunggu orang yang kutunggu aku menikmati teh hangat untuk menyegarkan pikiranku sementara Bryan dan Adi juga sama meminta minuman yang sama denganku paling tidak dengan yang manis otak kami bisa mulai sedikit ringan apalagi teh hangat dan gula batu.

aku memandang jam ditanganku Randy belum juga sampai, tadi waktu aku minta tolong dia mengiyakan tapi hampir 30 menit dia belum sampai juga padahal apartemenku yang ditempati Randy saat inu hanya 20 menit sampai kekantor.

tak lama sebuah pesan masuk keponselku,

Rendy : "lantai berapa dan kalau aku ditanya mau ketemu siapa ka?"

aku : "lantai 8 bilang saja ketemu bu Arnita sudah buat janji.l."

Randy : "okey bos!"

tak lama Indri membawa Randy keruang Bryan.

"Jadi Randy yang kamu telepon tadi?, aku pikir siapa. aku lupa kalau aku punya adik ipar mantan hackers," Randy hanya tertawa lalu masuk ke dalam ruang dan menyalami orang-orang yang ada diruangan itu, Bryan juga tak lupa memperkenalkan siapa Randy pada Adi dan Indra.

"So jadi apa yang bisa aku bantu ka?" tanyanya sambil duduk disofa sebelahku.

kemudian Bryan meminta Adi menceritakan kronologis kejadiannya dan juga permasalahannya pada Randy.

"Jaringan komputer CCTV tersambung kelantai 8 lewat PC yang mana?" tanya Randy yanh juga kemudian mulai menanyakan beberapa hal pada Indra, aku benar-benar tidak paham dengan istilah-istilah mereka selaku orang IT, Indra lalu keluar ruangan untuk mengambil Laptop tak lama dia sudah membawa laptop yang diminta oleh Randy.

"Lets see," tak lama jari Randy menari-nari diatas keybord laptop tak mebutuhkan waktu lama 15 menit kemudia dia menghentikan kegiatannya lalu memandang kearah Bryan dan menunjukan dari mana asal sabotoase CCTV berasal, luar biasanya nya orang yang mensabotase ternyata dari dalam gedung ini sendiri dan lebih luar biasanya dia mensabotase melalui komputer yang berada diruangan parkir kendaraan.

"Di cek dulu bisa saja ini hanya pengalihan," lalu Adi memerintahkan beberapa anak buahnys dan Indra untuk mengecek lokasi yang Randy maksud. Tak lama Randy kembali mengutak atik laptop yang ada dihadapannya.

"Matikan komputer nya ka," Randy menyuruh Bryan untuk memantikan komputernya.

"Semua komputer inti di matikan Sekarang juga," pinta Randy lagi, Adi langsung menyuruh Taufan dan Indri untuk memerintahkan Seluruh jajaran Direksi dan manager mematikan Komputernya dan tidak hanya cukup mematikan nya saja tapi juga mencabut listrik pada aliran yang tersambung pada komputer.

"Ini membantu memperlambat pengambilan data yang dilakukan, wahh gila 5 menit saja terlambat perusahaan ini bisa diambang kehancuran, dia mencoba mengambil semua data penting sepertinya," dengan cepat jari jemari Randy kembali menari nari diatas keyboard laptop, sepertinya dia sedang berlomba mengalahkan sesuati dengan cepat. Aku baru melihat bagaimana Randy bekerja dengan mata yang terfocus pada laptop sementara jari yang begerak kesana kemari pada keyboard laptop.

"Done," aku menatapnya, dengan waktu yang bersamaan Indra menyeretnya seseorang bertubuh kecil dan berkaca mata tebal , dibantu oleh beberapa sekuriti lalu mendudukannya dikursi yang ditarik Indra dari depan mejaku.

"Siapa Dia?" Bryan mentap pria tersebut dengan mata yang tajam.

"Dian mengaku bernama Diki dan dia bilang dia bukan pegawai sini melainkan petugas parkir yang disewa oleh perusahaan Parkir pa," Indra menjelaskan.

"Dan kabel itu?" tanya Bryan lagi.

"Dia menyambungkan kabel itu dikomputer parkiran dengan laptop yang ia sembunyikan didalam tas ransel dibawah meja parkiran," Indra kembali menjelaskan.

"Coba aku lihat laptopnya," Indra memberikan laptop tersebut pada Randy, Indra lalu menyalakan laptop ada pasword untuk membuka laptop tersebut.

"Apa paswordnya?" Indra bertanya dan pemuda itu langsung menjawab pertanya dengan menyebutkan berapa huruf dan angka Randy hanya tersenyum.

"Lihat KTP nya," Randy meminta Indra mengambil KTP yang ada didompet, disaku celana laki-laki yang bernama Diki tersebut dia membongkar isi dompet ada KTP, SIM, KTM serta beberapa ATM Dan sebuah kartu berobat.

Randy terdiam kemudian mengambil ponsel laki-laki tersebut dan mengambil jari Diki untuk membuka posel milik Diki. dia mulai membuka mesia sosial yang ada di ponsel dari Diki.

"Tidak ada pesan mencurigakan baik dari pesan biasa maupin WA," Randy kembali membika isi ponsel Diki dan mulai menjelajah pada Aplikasi lainnya. Dia membuka media sosial lainnya.

"Wah kamu cerdik juga menggunakan media mesenger untuk berkomunikasi, mari kita lihat isinya," aku yang penasaran duduk mendekati Randy, ia menyerahkan ponsel Diki padaku.

"Ternyata ibumu sedang sakit, Indri kirim orang untuk menjenguknya dan jangan lupa kirimkan bunga dan buah-buahan untuk menjenguknya dan aku mau semua berada dibawah pengawasan kita? " Aku menatap Diki sinis lalu Indri keluar ruangan untuk menjalankan perintahku, dia sudah tau apa yang harus dilakukan.

Sementara kulihat Diki seperti ketakutan akan terjadi hal buruk pada ibunya. Walaupun aku tidak cukup gila untuk menyusahkan orang tua seperti itu tapi aku memerintahkan untuk memindahkan orang tuanya dari rumah sakit tersebut tanpa sepengetahuan Diki, selain untuk berjaga-jaga akupun tidak ingin keberadaan orang tua yang sedang sakit menjadi bahan bulan-bulan untuk menekan Anaknya dan membantu melancarkan keinginan orang yang menjadi musuh untuk perusahaan Hans and co ini..

"Jadi jelaskan siapa yang menyuruhmu?" Adi menyeret kursi rapat yang ada diruangan itu.

"Siapa yang menyuruhmu untuk melakukan pekerjaan ini?" Adi masih berusaha sabar.

"Saya benar-benar tidak tau pastinya pa, mereka awalnya menemui saya dikampus dan menawarkan sejumlah uang untuk pengobatan ibu saya yang sakit tadinya saya tidak tertarik tapi dia mengacam ibu dan adik saya sehingga saya terpaksa melakukan ya," Dia tertunduk ketakutan. Randy berjalan kemeja printer yang berada di belakang bangku kerja Bryan.

"Sepertinya apa yang dikatakan dia sebagian benar," Randy menyerahkan bio data Diki kepada Bryan.

"Laptop yang kamu pakai berharga 45 juta laptop paling canggih dan isi dalamnya sudah sangat munpuni untuk kamu meng hack data dengar perusahan besar seperti ini, kalau kamu bekerja di Amerika sana pastilah sangat dicari orang tapi dalam dua posisi Dibunuh atau dipelihara dengan gaji yang sangat luar biasa," Randy tersenyum sinis.

"kalau tadi aku menggunakan sandi yang dia sebutkan otomatis , bom, datanya akan hilang hanya dalam hitungan detik,dan kamu sepertinya lumayan cerdik, tapi sebagai sesama hacker tipu-tipu kamu tidak akan pernah berhasil" Randy menatap Diki seolah menemukan saingan.

"Jadi selama ini kamu mengadakan transaksi melalui orang suruhnya. kamu terima uang secara cash atau tranfer?" Adi mulai mengintrograsi orang tersebut.

"Ibu dan adikmu sudah ditangan kami, mereka aman sejauh kamu mau berkerja sama dengan kami?" Adi menarik kursinya untuk lebih dekat pada Diki.

"Dimana ibu dan Adik saya, saya akan bekerja sama selama mereka baik-baik saja?" Diki menatap Adi memohon iba, dia seperti benar-benar tidak tau harus berbuat apa.

"Okey, kamu tidak perlu khawatir besok ibu sudah bisa operasi pengangkatan batu ginjal," Adi menjelaskan mengenai pengobatan setelah dia menerima laporan dari anak buahnya, wajah Adi memang tidak selembut Bryan tapi dia termasuk pria yang bertutur kata lembut namun jika ada yang mengusiknya dia akan berubah menjadi singa yang mematikan.

"Kamu besok akan bekerja dengan kami namun kamu harus tetap seolah-olah bekerja dengam mereka, Oya Dra tadi kamu membawa dia keatas rapikan?" Indra paham apa yang dimaksud dengan rapi, Indra menganggukan kepala dengan pasti.

"Okey kamu bisa turun kebawah kembali, dan ini laptopnya kamu bisa menggunakan kembali," Adi menatap Randy yang memberikan Laptop tersebut pada Diki yang hanya dibalas anggukan oleh Randy.

"Tapi bagaimana dengan Ibu dan Adik saya, saya harus yakin mereka baik-baik saja," pintanya memohon.

"Besok sebelum operasi aku akan mengirimkan Video Adik dan Ibumu, begitu juga setelah

"Lakukan pekerjaan kamu baru 10% data yang tertarik kamu bisa menarik ulang data yang tadi kamu tarik," Randy tersenyum menatap padaku yang tampak bingung.

"Jika samlai bocor pembicaraan kita ini maka seumur hidup kamu tidak bisa menemui adik dan ibu kamu lagi," ancam Adi dengan nada dingin namun menusuk. Diki lalu keluar dari ruangan Bryan ditemanani oleh Indra dan sekuriti yang menggunakan lift khusus menuju ruangan basement tempat parkir.

"Aku tidak paham, kenapa kamu membolehkan dia untuk menyadap data kembali dan membiarkan dia menggunakan laptopnya lagi?" tanyaku bingung.

"Kadang-kadang kamu suka gak cerdas ya sayang," Bryan mencolek hidungku.

"Semua sudan aman terkendali ka, Biarkan dia memberikan data yang audah aku kamuplase dan backup sehingga kita tau siapa bos besar dibelakangya," Randy tersenyum sambil mengedipkan sebelah mata kearahku. Bryan kembali duduk di kursi kerjanya sementara Adi sudah balik ke ruangannya.

"Ran kamu sudah dapat kerjaan belum?" aku menatap Bryan yang menanyakan perihal pekerjaan pada Randy

"Sudah dan ya... lumayan tinggi gaji yang ditawarkan," Randy menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal lalu mengambil segelas tea yang sudah mulai agak dingin.

"Berapa gajinya?" sepertinya Bryan mulai kepo. Randy menyerahkan ponselnya pada Bryan dan ada email penerima kerja dengan gaji yang lumayan besar.

"Bagaimana kalau kamu kerja dengan kita, aku akan bayar 3 kali lipat dari haji yang mereka tawarkan," Bryan berkata dengan nada pasti.

"Deal," Randy berdiri dan memberikan tangannya pada Brya tanda dia bersedia bekerja sama.

"Ini kompensasi tadi kamu membantu pekerjaanku," Bryan memberikan amplop coklat panjang pada Randy.

"Wahhh jangan repot-repotkan, tapi lumayan lah tolong kasihkan ibu Ka," katanya sambil mengambil amplop yang diberikan Bryan padanya dan menyerahkan padaku.

"Emangnya kamu punya uang?" tanyaku menyelidik.

"selama otakku masih jalan Adikmu ini gak akan pernah kesusahan ka," jawabnya sambil memperlihatkan senyuman nya yang menyebalkan.

"Jadi mulai kapan aku kerja Ka?" tanyanyapada Bryan

"Mulai besok juga bisa nanti Tahfan yang mengurus kontrak kerjanya juga dia akan menunjukan ruangan dan meja kerjamu," Bryan menepuk pundak Randy, dia hanya tersenyum senang dari dulu tidak berubah Dia tetap saja mata duitan.

***

jangan lupa tinggalkan jejak ya teman-teman. kalau ada yang mau tinggalkan pesan atau saran dipersilahkan thx reader

rachma_akbaricreators' thoughts