webnovel

stuck with yours love

Hi perkenalkan, aku Arnita perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana tapi penuh kebahagian. Sampai pada suatu hari, ayah ibu ku meninggal dalam kecelakaan, dan adik tiri ibuku yang mengatakan akan mengurusku, tiba-tiba menjual semua aset keluargaku termasuk rumah yang aku tinggalkan. Dengan berbekal uang yang tidak seberapa aku dititipkan pada rumah yatim piatu, yang tidak jauh dari tempat tinggalku. aku beruntung karena Tuhan masih sayang padaku, pemilik yayasan yatim piatu itu tidak memiliki anak hingga aku di urus nya sampai dewasa. Keberuntungan aku tidak hanya sampai disitu, aku sekarang sudah menikah dengan anak bos yang kebetulan donatur tetap yayasan yatim piatu tempat aku dibesarkan. Bukan tanpa sengaja aku menikah dengannya tapi atas dasar cinta yang akhirnya tumbuh dihati kami. Bryan pria berwajah cantik karena wajahnya lebih mirip ibunya dari pada ayahnya.

rachma_akbari · Urbain
Pas assez d’évaluations
282 Chs

part 12 Pulangnya si bengal

"Kapan Randi pulang bu?" tanyaku penasaran Randi adalah adik panti, umur ku dengan nya terpaut 5 tahun namun dia selalu menganggap bahwa sebagai laki-laki dia merasa wajib melindungiku karena aku adalah kakaknya dan perempuan.

"Kamu sudah rindu ya sama adikmu yang tukang berantem itu?" aku hanya tertawa mendengar celotehan ibu panti.

hampir 5 tahun kami tidak bertemu sejak Randi lulus SMA dia mendapatkan beasiswa di Jerman setelah lulus S1 dia melanjutkan S2

sebagai ahli Komputer, sejak SMA kemampuannya meretas komputer membuat akhirnya dia memilih menjadi ahli komputer sesungguhnya dan malahan saat ini perusahan besar komputer di Amerika memintanya untuk bekerja disana, akan tetapi sepertinya dia memilih pulang dengan alasan merindukan Keluarga pantinya.

aku pikir dia sudah sampai baru saja aku berniat menjewernya ternyata rencana pulang memang minggu ini tapi baru besok, sampai ke Indonesia.

"Rencananya dia sampai dari Jerman besok karena dari sana Sore kemungkinan sampai siang di Jakarta," Ibu berkata sambil membereskan meja bekas makan malam ku, aku sendiri masih menunggu dijemput Bryan yang selesai melihat proyek di cikampek. aku malas kalau harus menunggu di apartemen sendiri.

"Bryan sudah sampai mana Nit?" ibu duduk di bangku sofa sebelahku, lalu memberikan buah Jeruk yang sudah dia kupas padaku.

"Tadi sih sudah masuk tol cawang bu mungkin sebentar lagi sampai, oh ya bu besok kalau ibu mau jemput Randy aku antar ya bu?" aku menatap ibu dengan penuh harap bagaimanapun juga aku sangat merindukan adik pantiku yang bandel.

"memang tidak merepotkan?" belum aku menjawab ibu sudah meneruskan perkataanya, "Asalkan Bryan mengizinkan," ibu mengelus kepalaku, aku paham benar setiap apa yang kulakukan, ibu selalu mengingatkanku untuk selalu meminta izin pada Bryan terlebih dahulu.

"Iya bu nanti aku pasti minta izin Bryan dulu" ibu tersenyum padaku. lalu kembali menatap kedepan kemudian dia menghela nafas panjang seperti mulai merasa ringan dengan beban yang dipikulnya.

"Sejak kamu bekerja dan akhirnya menikah ibu merasa bahagia, akhir beban yang ibu panggul mulai terlepas bukan berarti ibu merasa disusahkan tidak sama sekali tapi janji ibu pada bapak ibu paling tidak, sudah terpenuhi melepasmu sampai menikah dan menjadikan Randy anak yang baik tidak terlibat pergaulan yang tidak benar apalagi dulu ibu selalu khawatir jika dia terlibat pergaulan yang tidak benar seperti narkoba ehh dia malah menjadi anak yang membanggakan seperti kamu," ibu kembali menatapku dan tersenyum. aku menyenderkan badanku kepundak ibu lalu menggenggam tangannya.

"Bu sejak ayah menerimaku disini dan medidik aku dengan benar aku sudah berjanji akan berbakti untuk keluarga panti kita bu," Ibu menepuk-nepuk tanganku.

"Assalamualikum," aku memalingkan wajah pada si pemilik salam dan tersenyum.

"Waalaikun salam,"Jawabku dan ibu berbarengan.

"Nah itu yang kamu tunggu sudah datang," ibu menyuruh Bryan untuk masuk kedalam. Aku melihat wajah lelah di raut muka Bryan walaupun dia akan tersenyum dihadapanku.

"cape ya?" aku bergelayut manja ditangan Bryan, Bryan hanya tersenyum.

"Langsung pulang yu," aku tidak tega melihat wajahnya yang lelah. Sebenarnya tadi pagi aku sudah bilang tidak usah menjemputku di panti karena aku bisa pulang diantar Pa Maman namun alasan Bryan agar aku bisa berlama-lama dipanti dan bermain sebentar dengan anak panti dan melepas rindu pada ibu dan bapak panti disana.

"Ya sudah kalau begitu kalian pulang, ibu bukannya ngusir cuma kasian melihat Bryan yang tampak kelelahan," aku berdiri lalu mengambil tas ku.

"Bapak dimana bu," tanya Bryan yang menyadari bapak tidak ada diantara aku dan ibu.

"Ke Bogor, temannya ada yang syukuran pembukaan pesantren baru, besok pagi rencananya pulang, karena besok kan anak bandelnya pulang dari Jerman," Aku lihat Bryan menganggu-anggukan kepalanya. Lalu kami berpamitan setelah sebelumnya mencium tangan ibu panti.

aku berjalan disamping Bryan menuju mobilnya aku masuk terlebih dahulu disusul Bryan yang menghempaskan tubuhnya disampingku," aku melambaikan tangan kearah ibu berdiri lalu keluar melewati gerbang panti.

Aku menatap Bryan yang sedang memejamkan matanya sadar aku sedang memperhatikan dirinya tiba-tiba dia menggodaku.

"Kangen ya, aku dipandangi terus," godanya sambil tersenyum dan tetap memejamkan mata, sejak menikah ini kali pertama aku berpisah cukup lama dengannya, hampir seharian.

"Sotoy, gimana bisa tau aku lagi mandangin kamu sementara kamu mata ketutup begitu," elakku kesal lalu membetulkan dudukku agar mengarah kedepan. Bryan tersenyum lalu menggenggam tanganku.

"Berarti aku sendiri donk yang dari tadi kangen kamu," Bryan menyenderkan kepalanya dibahuku sambil mencium-cium tanganku.

"Sayang aku boleh minta izin gak besok," pintaku sambil menatap wajahnya yang terkulai dibahuku. Bryan lalu mengangkat kepalanya dari bahuku.

"Izin kemana sayang?" Bryan kembali menatapku dengan wajah penasaran.

"Kamu masih ingat tidak waktu itu aku pernah bercerita tentang adik pantiku yang sedang belajar di Jerman," aku mengingatkan cerita yang sudah lama aku pernah ceritakan padanya.

"Iya, yang tidak bisa datang kepernikahan kita karena berbenturan dengan wisudanya kan?" Bryan mempertegas ingatannya.

"Iya betul," jawabku senang karena Bryan mengingatnya. lalu aku menjelaskan keinginanku untuk menjemputnya bersama ibu dan bapak dibandara besok. Bryan menyetujui permintaanku aku mencium kedua belah pipinya.

"Tengahnya nggak nih?" Bryan memonyongkan mulutnya agar aku mencium, sementara Pa Pardi hanya tersenyum melihat kelakuan Kami berdua.

"Ihh apaan sih" aku mendorong wajah Bryan dengan tanganku sambil tertawa.

"Ya sudah kalau begitu," Bryan mendekati wajahnya ketelingaku.

"Tapi tar jatahnya double ya," Katanya menatapku sambil tersenyum mesum , aku paling tidak suka ditatapnya seperti itu sementara aku hanya tersenyum malu dengan kekonyolannya.

***.

aku Berdiri dipintu kedatangan luar negeri sambil mendengarkan apakah pesawat yang Randy naiki sudah mendarat atau belum. Setelah menunggu 10 menit akhirnya pesawat Randy baru mendarat dengan selamat. namun masih menunggu cukup lama untuk menunggu Randy keluar dari bandara karena mengurus segala sesuatunya. Setelah menunggu hampir 30 menit yang ditunggu akhirnya keluar juga setelah hampir 5 tahun kami hanya bertemu lewat online ataupum telepon sepertinya Randy banyak berubah postur tubuhnya yang dulu tinggi menjulang seperti tiang listrik, sekarang jauh lebih berisi wajahnya lebih dewasa sepertinya sudah cocok untuk menjadi seorang Daddy. Dia mendorong troly bawaannya kearah kami setelah dekat dia setengah berlari kearah ibu dan memeluknya, aku melihat ada senyum bahagia diwajah ibu walaupun disudut matanya ada sebutir air mata karena akhirnya bertemu dengan anak asuhnya yang dulu lumayan bengal.

"Apakabar bu, Randy kangen banget sama ibu," Rendy berkata disela-sela pelukannya pada ibu lalu dia melepaskan pelukannya dan tersenyum kearah Bapak dan kemudian memeluknya bapak menepuk-nepuk punggu Randy dia terlihat sangat bangga dengan Randy, setelah itu Randy memandangku dan memeluk ku

"Apa kabar kakakku yang cantik dan galak," Baru saja bertemu dia sudah mulai membullyku aku tersenyum tapi sambil memanyunkan bibirku bagaimana tidak dia baru bertemu dengan ku sudah mengatakan galak untung tidak menambahkan Kata-kata bawel karena biasanya dulu akulah yang banyak melarangnya melakukan hal-hal bodoh yang tidak menguntungkan diri.

"Wahhhh kakak tambah gembil aja," dia menangkupkan kedua tangannya dipipiku sehingga mulut ku terhimpit oleh kedua tangannya dan tidak bisa berkata apa-apa.

"Apaan sih, sakit tau," kataku tidak jelas sambil berusaha melepaskan tangannya dia hanya tertawa lalu melepaskan tangannya dari wajahku.

"Sudah-sudah baru bertemu sudah berantem aja, ayo kita pulang," Ibu melerai kami berdua lalu kami berjalan menuju parkiran mobil untuk kembali kerumah, kerumah panti yang memiliki banyak kenangan suka dan duka bagi kami penghuninya.

hai maaf ya baru up kembali buat yang maunkasih masukan atai coment monggo

rachma_akbaricreators' thoughts