Rosa melangkah menemui Kenan tanpa memperdulikan teriakan Zanna yang menggelegar. Dengan santainya Rosa menemui bos besarnya berniat untuk bisa foto bersama karena rasa kagum kepada Kenan yang sangat besar.
"Kiran?" Guman Kenan lirih saat matanya menangkap sosok yang dari tadi dicarinya.
"Pak Kenan? Ma'af. Boleh saya minta foto bersama anda dan kekasih anda?" Tanya Rosa saat berada didepan Kenan.
"Oh, boleh." Bukan suara Kenan yang menjawab melainkan suara wanita di samping Kenan yang menjawabnya. Wanita itu menggandeng tangan Kenan dan memaksa Kenan untuk menghadap kamera Rosa saat Kenan menatap Zanna. Pandangan mata Kenan kearah Zanna seakan meminta ma'af tetapi Zanna mengabaikannya dan memilih melangkah pergi.
Zanna memilih berdiam diri di toilet untuk menenangkan dadanya yang terasa nyeri. Sakit yang tidak terlihat tetapi begitu terasa. Hampir satu jam Zanna berada didalam toilet wanita, ponselnya tidak berhenti bergetar, puluhan panggilan baik itu dari Rosa maupun dari Kenan tidak dia hiraukan. Zanna yakin saat dia tidak berada di sana mereka berdua kebingungan. Mungkin hanya Rosa yang menampakkan kebingungannya sedangkan Kenan pasti menampilkan wajah yang sok cool-nya itu. Zanna sudah sangat malas berhadapan dengan Kenan, Zanna juga marah kepada Rosa, perempuan itu tadi yang membuat Kenan tahu dimana keberadaannya. Seharian ini dia sudah merasa sedikit bebas karena tidak bertemu dengan Kenan.
Dengan langkah gontai Zanna kembali kedalam gedung bioskop setelah dirasa sudah lama di dalam toilet, hatinya sebenarnya menginginkan untuk pulang tetapi kasihan Rosa jika harus sendirian. Dengan malas Zanna menghubungi Rosa, yang pertama dia dengar adalah teriakan Rosa yang menyebut namanya.
"Ya Tuhan Zanna!!! Kamu kemana saja? Dari tadi dihubungi tidak bisa! Sekarang kamu dimana?" Rentetan pertanyaan dari bibir Rosa membuat Zanna menjauhkan ponsel dari telinganya. Telinganya sontak berdengung mendengar Rosa berbicara.
"Aku baru dari kamar mandi. Kebanyakan makan jadi perutku sakit."
"Sekarang tidak apa-apa? Apa kita pulang saja?"
"Sekarang sudah oke, nggak apa-apa kita lanjutin nontonnya. Oke aku ke sana sekarang." Ucap Zanna lalu menutup panggilan teleponnya dengan Rosa sebelum Rosa menjawab.
Ponsel Zanna bergetar ada pesan masuk, dilihatnya dari Rosa yang mengatakan dia sudah berada didalam karena gedung teater sudah dibuka. Tanpa membalas, Zanna melangkahkan kakinya untuk masuk dan mencari tempat duduknya. Zanna melihat Rosa melambaikan tangannya, memberitahu dimana tempat duduknya. Zanna duduk dengan tenang sambil melihat layar didepan yang belum menampilkan apapun. Masih kurang lima menit lagi film diputar.
"Darimana saja sih?" Bisik Rosa.
"Kan tadi sudah bilang, perutku sakit. Kebanyakan makan tadi."
"Bukannya kamu gak begitu banyak makan tadi? Hanya melihat ponsel yang terus bergetar?"
"Kata siapa? Aku makan banyak, mungkin karena tadi siang belum makan jadi perutku sedikit memberontak." Balas Zanna juga berbisik. "Sudah. Mau dimulai tuh!" Ucap Zanna saat lampu didalam teater sudah dimatikan. Film pun diputar, Rosa begitu menghayati film itu sampai wajahnya terlihat sedih saat adegan didalam film sedih. Zanna yang tidak begitu menyukai film romantis dan melow berkali-kali menguap dan akhirnya tertidur.
***
Seseorang berjalan dan duduk di bangku kosong sebelah Zanna sambil tersenyum. Senyuman yang jarang ditampilkan kepada orang lain selain wanita yang berada dihadapannya. Kenan memegang tangan Zanna dengan lembut dan menggeser kepala Zanna untuk bersandar dipundaknya sambil mengecup bibir Zanna singkat, hati Kenan terasa damai saat Zanna bersandar di bahu atau dadanya. Wanita keras kepala yang sangat dia cintai. Zanna Kirania.
Film berlangsung selama dua jam dan akhirnya lampu teater dihidupkan pertanda jika film sudah berakhir. Rosa menoleh kearah Zanna saat akan mengajaknya pulang.
"Pak Kenan? Kenapa anda bisa?" Rosa terkejut saat melihat Kenan merangkul Zanna yang sedang tertidur di dadanya.
"Ssttt, biarkan saja dia. Anda bisa pulang sendiri? Zanna biar saya yang mengantar." Rosa mengangguk tanpa menjawab, kaget yang dirasa untuk pertama kali. Zanna bersandar di dada sang bos, sedangkan sang bos mempunyai kekasih yang tadi mereka cek-cok dan akhirnya pergi. Dan sekarang Big Bos Rosa ada didepannya sedang memeluk temannya.
"Jangan berpikiran macam-macam. Semua yang terjadi tidak seperti yang ada di kepala anda dan wanita yang sedang tidur ini." Ucap Kenan saat melihat Rosa yang terdiam sambil melihat kearahnya. Rosa yang kaget mendengar teguran Kenan hanya menganggukkan kepalanya mencoba mengerti.
"Baiklah, karena kamu teman Zanna, aku tidak akan bersikap formal lagi. Kamu bisa pulang sendiri? Dan satu lagi, kamu bisa memanggilku Kenan jika diluar kantor." Rosa mengangguk menjawab pertanyaan Kenan, tapi saat Kenan akan membopong tubuh Zanna, Rosa seakan teringat sesuatu.
"Ma'af. Dia teman saya, saya tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada teman saya. Jika Zanna bersama anda, hubungan apa yang sebenarnya terjadi antara anda dengan teman saya?"
"Tunangan."
"Hah! Tunangan? Bagaimana bisa? Bukannya anda bersama dengan pacar anda tadi? Kenapa sekarang malah Zanna yang menjadi tunangan anda?" Rosa kaget saat mendengar pengakuan Kenan. Pria itu dengan santai mengatakan Zanna sebagai tunangannya, sedangkan baru beberapaa menit yang lalu pria itu bergandengan tangan dengan wanita yang Rosa tau adalah kekasihnya.
"Ceritanya panjang. Saya tidak punya kewajiban untuk menjawab pertanyaan anda." Ucap Kenan kembali formal saat Rosa sudah mencampuri hidupnya. Rosa hanya orang lain yang tidak perlu tahu apa yang telah terjadi. Tanpa menunggu persetujuan Rosa, Kenan membopong tubuh Zanna dengan mudah.
"Tolong ambilkan tas Kiran, oh ma'af. Tas Zanna." Perintah Kenan kepada Rosa, dia merasa kesusahan mengambil tas Zanna saat tangannya sudah dipenuhi tubuh Zanna. Rosa mengambil tas itu dengan pelan. Hatinya masih bertanya-tanya apa yang sedang terjadi antara bos dan temannya itu. Meskipun Rosa masih bingung, wanita itu mengikuti Kenan yang sedang menggendong Zanna dari belakang. Kaki Rosa terus melangkah mengikuti Kenan tanpa perduli pria itu akan marah atau memecatnya nanti.
"Bukankah anda akan pulang? Kenapa anda masih berada disini?" Tanya Kenan saat melihat Rosa terus mengikutinya.
"Apakah akan aman jika Zanna bersama dengan anda?"
"Ya Tuhan.... Saya tunangannya. Jadi dia, akan selalu aman dengan saya." Ucap Kenan sambil melihat kearah Zanna yang semakin mengeratkan pelukannya.
Rosa meringis, Kenan terlihat serius dengan ucapannya. Tidak mau membuat Kenan semakin marah, Rosa memutuskan untuk segera pulang dan meninggalkan Zanna bersama bos mereka dengan perasaan was-was. Rosa bisa bertanya kepada Zanna besok jika mereka bertemu tentang apa yang sesungguhnya terjadi, untuk saat ini Rosa hanya perlu pulang dan pergi dari singa yang sedang menahan amarahnya karena buruannya diganggu.
***
Memasuki apartemennya, Zanna masih berada di dalam gendongan Kynan dan terlelap.
"Ternyata tubuhmu memang berat, Sayang." Ucap Kenan sambil meletakkan tubuh Zanna di atas ranjang.
Kenan melepas semua pakaiannya dan menuju kamar mandi, dia ingin membersihkan tubuhnya sebelum menyusul Zanna ke alam mimpi.
Air dingin mengguyur tubuh kekar Kenan membuat tubuhnya terasa lebih segar. Kenan merentangkan tangannya memegang dinding dan menundukkan kepalanya.
"Apapun yang terjadi kamu harus percaya kepadaku, Sayang."