Kini keduanya pun telah sampai diruang makan. Ega dan lena pun segera menempatkan diri untuk duduk dikursi makan. Ega duduk dihadapan Lena begitupun sebaliknya.
Lena mengambil sebuah mangkuk kecil yang sudah berisikan nasi dan mengambil kimchi jeon, serta dalggangjeong dan diletakan kedalam mangkuk yang sudah berisikan nasi menggunakan sebuah sumpit untuk menemani makan siangnya hari ini. sedangkan sop daging yang diberikan oleh anggara, tak lena makan karena pasti anak sulungnya yang akan menghabiskannya.
Sementara itu Ega, ia langsung mengambil semangkuk bubur abalone kesukaannya yang berada dihadapannya, tanpa basa - basi. membuat lena yang berada dihadapan anak itu sempat tertawa pelan, karena melihat anaknya yang sepertinya tak sabaran untuk melahap bubur abalone buatannya. dan kini keduanya pun tengah makan dengan tentram tak ada yang berbicara ataupun memulai pembicaraan, semuanya benar - benar diam bahkan di ruangan ini hanya terdengar suara dentingan sendok yang beradu dengan mangkuk bubur yang tengah dimakan oleh Ega.
Sesaat keduanya telah menyelesaikan makan siangnya, kini Lena pun beralih menaruh piring dan mangkuk yang kotor kedalam wastafel tempat mencuci piring dan membereskan meja makannya, serta menutup kembali makanan yang masih tersisa. walaupun mereka kaya, tapi tetap saja membuang makanan itu tak dibetulkan oleh keluarganya sebab lena tahu masih banyak orang diluar sana yang kesusahan untuk mencari makan. oleh sebab itu lena selalu menyimpannya dan jika makanan itu tak habis ia akan memberikannya pada kucing peliharaan milik Ega. jika pun ia mau memberikan kepada orang lain, lena tak akan memberikan makanan yang sudah sisa apalagi hampir basi. itu sangat memalukan, begitu pikirnya.
Ketika lena masih sibuk membereskan sisa - sisa makanan yang berada di meja makan, tiba - tiba saja seruan dari Ega mampu membuat atensi obsidian milik sang bunda teralihkan.
"mah, tadi.... kak angga kesini kan?" tanya Ega dengan suara pelan diakhir kalimat pada lena sembari memakan buah apelnya.
"iya, emangnya kenapa sayang?" sahut lena yang mendengar seruan dari Ega masih dengan pekerjaannya yang membersihkan meja makan.
"dia ngomong apa?" tanya ega lagi
"ah itu, katanya nanti malam kita disuruh kerumahnya, buat makan malam bersama, tante Irene yang ngundang" sahut Lena yang kini telah selesai mengelap meja makan dan beralih mencuci piring yang tadi hanya menumpuk diwastafel tempat pencucian piring.
"oh, kirain ada apa" ujar Ega yang sudah menghabiskan apelnya sembari berjalan menuju tempat sampah untuk membuang bagian atas dan bawah dari buah apel. karena ega tak suka bagian itu, jadi dia membuangnya.
"kamu mau dateng, sayang?" tanya lena yang masih tengah mencuci piring
"tergantung" sahut Ega yang sangat singkat dan ambigu membuat lena mengerutkan dahinya tanda tak mengerti atas ucapan anak itu.
"tergantung, gimana maksudnya?" tanya lena memastikan masih dengan dahi yang berkerut namun kini dengan satu alis yang terangkat.
"ya tergantung nanti, kalo aku lagi mau ya ikut tapi kalo nggak ya nggak" sahutnya lagi dan kali ini Ega mendapatkan dengusan kecil dari sang bunda membuat ega seketika terkekeh kecil.
"Ck anak ini" decak lena tak habis pikir dengan putrinya yang satu itu.
"nggak kok cuma becanda, aku ikut mah" ujarnya lagi, sebenarnya ia terpaksa untuk mengatakan iya karena Ega pun sebenarnya malas untuk datang. hanya saja Ega tak enak jika harus menolak undangan makan malam dari keluarga Kim itu. jadilah, dengan Ega yang menjawab iya.
"nah gitu dong" sahut lena senang karena akhirnya ega pun ingin ikut dengannya, untuk memenuhi undangan makan malam bersama keluarga Kim tersebut.
"yaudah deh kalo gitu, aku ke kamar dulu yah, mah" ujar Ega seraya beranjak pergi dari ruang makan menuju kamarnya begitu saja tanpa menunggu persetujuan dari sang bunda, membuat Lena sempat tercenung ditempatnya. masih tak habis pikir dengan anak gadisnya ini.
Sementara itu diwaktu yang bersamaan namun ditempat dan suasana yang berbeda tepatnya di sekolahan 'Serim High School' Aghatta dan Irgi telah selesai menjalani hukuman dari pak chanjun berupa membersihkan lapangan dari sampah - sampah yang berserakan dimana - mana. kini keduanya tengah berada dikantin sekolahan.
mereka tak memesan makanan ataupun camilan ringan melainkan membeli minuman isotonik untuk menghilangkan rasa dahaga yang sejak tadi tak kunjung hilang saat tengah menjalani hukuman yang diberikan oleh pak chanjun.
tenang, mereka berdua tak satu tempat duduk dikursi kantin melainkan ditempat yang berbeda namun dikantin yang sama, kini keduanya masih tengah mengistirahatkan tubuhnya, agar tenaganya terkumpul kembali. jam pun sudah menunjukan pukul 12.30 KST yang artinya jam istirahat sebentar lagi dibunyikan dan benar saja bel istirahat berbunyi menandakan bahwa jam pelajaran sudah berakhir dan kini waktunya bagi murid yang telah lelah sehabis bertempur dengan pelajaran yang membuat isi kepala seketika menjadi kacau, dan di jam inilah semua murid bisa mengekspresikan rasa lelah yang melanda mereka sejak tadi.
Kini kantin yang semula sepi mendadak ramai oleh pengunjung, dikarenakan semua siswa - siswi dari kelas 10 hingga 12 datang ke kantin entah untuk membeli makan dan minum ataupun hanya sekedar duduk - duduk santai sembari bercengkrama dengan teman satu kelas ataupun dengan teman yang lain. dan istirahan kedua ini sangat panjang membuat semua siswa - siswi merasa senang karena mereka bisa mengistirahatkan pikirannya sejenak, setelah tadi habis - habisan bertempur dengan materi - materi yang mencoba untuk menorobos ke otak mereka, membuat semuanya merasa stres seketika. apalagi jika guru killer yang mengajar makin - makin saja semua murid itu stres.
Kantin yang tadinya riuh seperti pasar dimalam hari tiba - tiba saja sunyi seperti tengah berada dipemakaman benar - benar sepi membuat semuanya terasa horor. bisa kita tebak, siapa dalang yang mengakibatkan semuanya seperti ini.
Dan ya, kantin yang tadinya riuh seperti di pasar mendadak sepi hanya karena kedatangan si Ratu pembuat onar bak malaikat pencabut nyawa bisa kita simpulkan seperti grim reaper. ya, siapa lagi jika bukan Silfi dan kacuk - kacuknya. Silfi datang bersama si blings atau si kembar Dikta dan Dita.
Semua orang yang berada disana sangat takut dan merasa terintimidasi ketika mereka datang bahkan udara disekitarnya mendadak terasa sangat mencekam bak mereka tengah berada di situasi antara hidup dan mati saat ini.
Kedatangan dari ketiga wanita yang datang entah dari mana itu, mencuri perhatian semua siswa - siswi yang tengah melakukan aktifitasnya masing - masing. bahkan aura yang kini menguar ditubuh ketiga gadis remaja itu membuat semuanya sempat menahan napas untuk seperkian detik.
Sebab, jujur saja mereka sangat tak suka akan kedatangan dari mereka tapi juga takut jika harus melawan dan yang hanya bisa mereka lakukan adalah diam, dan tak melakukan kesalahan yang dapat membuat ketiga gadis itu marah atau semuanya akan kacau.
Tapi berbeda halnya dengan gadis blasteran keturunan Jerman - Korea ini, ya siapa lagi jika bukan aghatta charolatte. dia menatap ketiganya dengan tajam secara terang - terangan. ya, iyalah terang - terangan kalo gelap - gelapan berarti yah lampunya mati xixixi. oke, kembali ke topik cerita.
Gadis remaja blasteran itu kini tengah menatap tak suka dengan tatapan tajam khas miliknya kearah ketiga gadis yang masih berdiri di depan pintu masuk kantin sekolahan ini.
Namun tatapan nyalang aghatta terus menuju ke Silfi. awalnya Silfi tak menghiraukan tatapan itu tapi lama kelamaan dia merasa risih karena sepertinya gadis yang duduk jauh disebrang sana terus menatap nyalang kearahnya. seperti menantangnya, membuat Silfi menghampiri gadis itu dengan langkah kesal. sedangkan yang lainnya sudah merasa was- was ketika Silfi dan antek - anteknya tengah menghampiri gadis blasteran jerman - korea ini. katakan lah bahwa aghatta terlalu berani menatap Silfi dengan tatapan tajamnya.