webnovel

Stielkruger: Re-Mission

Setahun berlalu semenjak Wijaya, seorang penembak runduk dari Nusa Antara, bergabung dengan regu khusus stielkruger bernama Vrka. Mereka kini ditugaskan untuk memerika sebuah daerah di Siberia Tenggara yang rawan dan mendadak kehilangan kontak dengan dunia luar. Kejanggalan informasi yang mereka dapatkan menumbuhkan kecurigaaan anggota regu akan seluruh situasi di sana. Namun, demi mencari tahu kebenaran dan menegakkan cita-cita LUNA, mereka terjun ke area yang menjadi perangkap untuk anjing-anjing kepala Dewan Pimpinan LUNA macam mereka.

Mananko · Romance
Pas assez d’évaluations
17 Chs

Briefing

"Karena Lev sudah tahu kita akan ke mana, aku rasa kalian semua pasti sudah tahu target lokasi kita berikutnya," Boris memulai pengarahan hari ini dengan sedikit sindiran. Matanya menatap tablet separuh tembus pandang.

Pada layar di belakang Boris, terpampang peta yang menunjukkan area LUNA. Kepulauan Nusa Antara berada di wilayah paling selatan. Sementara itu Uni Republik Petersburg-Siberia membentang di sebelah utara dari bagian timur Benua Galatea sampai Selat Bering.

Tidak ada yang menjawab Boris dengan kata-kata, beberapa dari mereka justru menggeleng. Termasuk Win - seorang laki-laki berambut hitam acak-acakan, berkulit kuning cerah, dan tampak seperti selalu tersenyum - dan Lakhsman yang berkulit coklat gelap dan nyaris gundul.

Sementara itu, Yon hanya menatap kosong pada peta. Dia adalah seorang perempuan berambut hitam panjang, berkulit pucat, dan sedikit lebih tinggi daripada Lev. Berbeda dengan anggota regu Vrka lainnya, dia tidak berasal dari LUNA melainkan dari Semenanjung Daehan. Semenanjung di sisi timur Benua Ayuria dan di dekat kepulauan dari Kekaisaran Nichi itu kini sudah hancur akibat perang besar serta ledakan nuklir.

Yon juga anggota teranyar regu Vrka, sebelumnya dia adalah musuh yang mereka hadapi saat mengerjakan misi di Semenanjung Daehan.

"Ck, ck, ck," Sawamura berdecak. Ujung rambutnya yang dicat agak coklat sedikit menutupi dahi. Walau ruangan ini hanya disinari cahaya dari layar di belakang Boris, terlihat paras tampannya tersenyum sinis ketika dia melirik tajam pada Lev di sudut belakang ruangan, "Luar biasa. Beruang kerdil ini bisa menutup mulutnya, kita harus merayakan ini."

"Tentu," Lev mendesis, "akan kurayakan dengan mengumpankan jantungmu ke harimau siberia."

"Hebat, hebat," Sawamura bertepuk tangan, "andai saja akurasi tembakanmu sehebat ketajaman lidahmu."

"Kau mau berkelahi, banci? Ayo sini!"

"Kalian berdua keluar dan push up 200 kali, sekarang, atau kupastikan raksasa besi kalian mengalami malfungsi di tengah misi," Boris mendengus.

"Cih," tidak seperti biasanya, Lev langsung menurut. Dia keluar sambil membanting pintu.

Boris lalu menatap datar pada Sawamura sampai akhirnya kakak dari Saki itu menghela nafas dan ikut keluar ruangan.

"Kalau ada yang mau menemani mereka, keluar sekarang juga," kata Boris mengakhiri.

Win hanya menaikkan bahu dan menggeleng sok tahu sementara yang lain diam saja. Lakshman tidak sepenuhnya diam, karena dia menahan diri dari cekikikan. Tidak ada kata yang terucap sampai Lev mendadak membuka pintu dengan keras dan kembali membanting daun pintu.

Pintu membuka lagi, kali ini Sawamura memprotes, "Bisa tidak, kau jangan membanting pintu tepat saat orang lain mau masuk ruangan?"

"Aku kira kau belum selesai," Lev mengangkat bahu. Dia bergerak cepat, lalu duduk di samping Wijaya.

"Ada apa kau tiba-tiba pindah?" tanya Wijaya pelan.

"Puh, tinju bahuku kalau ada bedebah yang cari gara-gara lagi atau aku terpancing," jawabnya. Wajah Lev tampak tenang, tetapi napasnya agak menderu.

"Ahem, pengarahan kita mulai," Boris berdeham lagi. Peta di belakang Boris membesar, menunjukkan area Siberia Tenggara yang menjadi bagian dari Uni Republik Petersburg Siberia.

Wilayah itu berbatasan langsung dengan Semenanjung Daehan. Berbeda dengan wilayah Qing yang juga berbatasan langsung dengan semenanjung Daehan, Siberia Tenggara jauh lebih bermasalah karena preman dan milisi bersenjata kadang menyusup ke sana.

Wijaya menduga kemungkinan besar mereka ditugaskan untuk mengejar milisi bersenjata yang masuk daerah itu. Mungkin sekitar area Vladivostok.

Boris melanjutkan, "Berdasarkan permintaan dari Divisi Kelima Siberia, kita akan diterjunkan untuk memeriksa area ini, pegunungan di sebelah timur laut Danau Bolon."

Aura di ruangan ini berubah seketika. Selain Kwang dan Yon, yang masih menatap ke layar dengan kosong, anggota regu mendadak lebih serius. Mereka menatap tajam pada peta yang kini menunjukkan area yang dimaksud Boris.

Sama seperti Wijaya, sepertinya mereka semua menduga operasi ini dilaksanakan dekat Vladivostok.

"Itu terlalu jauh ke dalam, Pak Tua," Lev berkomentar.

"Aku tahu, tapi ini adalah lokasi yang diminta oleh Dmitriyev."

Win bersiul. Dia bersedekap sembari bersandar pada kursinya, "Tempat yang sempurna untuk menjebak."

Boris mengangguk, "Mungkin, tapi jangan kalian lupa kalau area itu juga dilewati Cherepaka. Kalau ada apa-apa, kita bisa lari ke sana. Benteng itu juga sedang dekat area itu."

Cherepaka yang disebut Boris adalah sebuah benteng berjalan yang berpatroli sepanjang area perbatasan selatan Petersburg-Siberia.

"Area itu…," Lakshman menyipitkan matanya. "Area yang belakangan ini mengalami masalah komunikasi dengan satelit bahkan sampai putus kontak. Apa misi kita ada hubungannya dengan itu, Pak?"

"Benar, kita akan memeriksa daerah itu dan mencari penyebabnya. Selama ini, jarang sekali terdengar informasi mengenai daerah itu. Gubernur setempat dan Divisi Kelima Siberia juga tidak banyak berkomentar."

"Tapi, Pak," Win berkomentar, "Divisi lokal seharusnya bisa melakukannya. Tempat itu tidak terlalu jauh dari markas Divisi Kelima Siberia. Tidak perlu kita yang repot-repot ke sana."

Boris menggeleng, "Aku mendengar kabar bahwa setiap unit pengintai yang mereka kirim tidak pernah kembali. Mereka juga sepertinya agak hati-hati dalam mengerahkan seluruh personel agar tidak membuat kepanikan."

"Dan kau percaya dengan kata-kata Dmitriyev, Pak Tua?"

"Itu alasan kita menyanggupi ini, Lev, karena aku tidak percaya."

"Memangnya ada apa dengan Dmitriyev ini?" Sawamura berkomentar. "Dia menolak cintamu, beruang kerdil?"

Wijaya langsung meninju bahu Lev. Perempuan yang sempat tampak berang itu kini hanya mendengus, "Hnngh... bukan urusanmu, orang Nichi."

"Cih."

"Bagaimanapun juga," Boris tidak mengacuhkan perseteruan Lev dan Sawamura. "Kita tidak boleh menutup kemungkinan bahwa ada kelompok militan yang berhasil menyusup ke sana dan melakukan sabotase."

Wijaya masih merasa ada yang janggal dengan kondisi ini. Untuk apa sekelompok militan masuk sampai sejauh itu ke wilayah Petersburg-Siberia? "Apa daerah itu punya hasil bumi atau semacamnya yang membuat militan sampai nekat masuk sejauh itu?" tanya Wijaya.

"Aku dengar isu, kawan," sahut Win. "Orang-orang di area timur laut Qing membicarakan bahwa ditemukan tambang berlian baru di dekat Danau Bolon. Mungkin mereka mencari itu."

"Tapi menurutku terlalu aneh jika mereka bisa masuk sampai sejauh itu, Win. Lalu bagian terputusnya komunikasi itu, apa benar mereka sehebat itu melakukan infiltrasi? Kalaupun mereka menghancurkan menara pemancar atau menguasainya, bukannya itu akan mudah sekali ketahuan."

Kali ini Lakshman yang menjawab Wijaya, "Aku punya dugaan. Kalau para milisi itu menggunakan purwarupa pemblokir sinyal, maka ada kemungkinan mereka bisa melakukan ini."

Dia menghela napas, "Kelompok militan itu bisa jadi kelinci percobaan yang mumpuni. Apalagi mereka bisa menambah kekacauan di tempat kita."

"Secara tidak langsung kau menuduh keterlibatan persekutuan-persekutuan lain, kalau sampai ada yang mendengar kata-katamu media akan heboh dan persekutuan lain akan jadi berang," Kwang akhirnya angkat bicara.

Kwang memandang Lakshman dan melanjutkan, "Walau aku juga tidak bisa bilang kalau aku tidak sepenuhnya setuju hipotesamu."

"Kalau memang iya atau bukan... bilang saja, mata-mata, jangan berbicara dengan ambigu seperti itu. Apa mungkin kau..."

Mendengar komentar Lev, Wijaya langsung bersiap meninju bahu rekannya itu sekali lagi. Lev menghentikan komentarnya dengan mendesis pada Wijaya, "Sakit tahu. Sadar diri sedikit, badanmu itu besar."

"Kau yang meminta."

"Ck, ck, ck," Win berdecak, "Jadi intinya para ketua Dewan Pimpinan menerima permintaan Divisi Kelima Siberia karena kita ingin membuktikan semua hipotesa ini?"

Boris memandang mereka satu per satu. Dia menghela napas walau sebuah senyum kecil terbentuk di bibirnya, "Aku rasa memang aku tidak perlu berbicara banyak maksud dan tujuan misi kita. Kalian sudah cukup dewasa untuk menebaknya sendiri."

"Jadi, Pak Tua, kita berangkat dengan menumpang cherepaka?"

"Tidak, Lev, kita berangkat dari Vladivostok."

"Kenapa harus Vladivostok? Aku benc… turunkan tanganmu Wijaya!"

Wijaya mengurungkan niat untuk meninju bahu Lev, "Sudah jelas Lev, kita periksa dan bersihkan lokasi sebelum Cherepaka melakukan 'pembersihan' area."

"Cih, lalu mereka yang jadi pahlawan?"

Wijaya mengangkat bahu acuh tak acuh, "Sejak kapan kau peduli dengan penghargaan? Kau macam belum terbiasa dengan kondisi regu ini."

"Jangan sok mengajari mentormu, Wijaya!"

"Ahem," Boris Berdeham. "Kita berangkat dari sini dalam 60 jam. Kalian punya waktu 8 jam untuk beristirahat di Vladivostok sebelum kita bergerak menuju Markas Divisi Kelima. Tapi di tengah jalan kita akan berpisah. Lima dari kalian langsung mengintai daerah itu sementara aku dan dua lainnya bertemu dengan Dmitriyev."

"Aku tidak mau bertemu Dmitriyev, Pak Tua"

"Kecuali kalau aku mau Dmitriyev mati di tempat saat itu juga, aku juga tidak akan mengijinkan kamu bertemu dia."

"Tumben kita sepaham."

Boris menghela napasnya, "Dia juga tidak sebaiknya bertemu Yon ataupun Kwang. Karena itu Lakshman dan Sawamura akan ikut denganku. Lev, kau yang memimpin pengintaian."

"Tidak mau, merepotkan. Si mata-mata itu saja."

Kwang menatap datar pada Lev, "Kalau begitu sebaiknya kau jangan mempertanyakan perintahku dalam pertempuran."

"Puh."