Mentari pagi bersinar menyinari sebuah pondok kayu yang berada pada lereng suatu bukit tertentu, tak lupa juga paduan suara dari beberapa ekor ayam jantan yang berkumandang membangun-kan seluruh penduduk pulau melayang tersebut.
Tak berselang lama sesosok pria yang mengenakan setelan baju berwarna agak kusam keluar dari pondok kayu tersebut, meskipun pakaian sang pria terkesan kusam dan membuat kita beranggapan dia hanyalah sesosok rakyat biasa saja....
Akan tetapi, "Selamat pagi tuan pulau, saya harap tuan pulau menikmati tidur yang nyenyak kemarin malam" Sesosok pria lainnya muncul, pria tersebut berbadan sangat kekar dibandingkan pria pertama tadi.
"Pftt, hahahaha" Mengundang gelak tawa kecil dari sesosok wanita tertentu sebab perbedaan yang sangat signifikan antara kedua pria tersebut, layaknya perbedaan seekor gajah beserta jerapah.
"Pagi Vina, tidurmu nyenyak??" Pria yang dipanggil sebagai tuan rumah itu-pun bertanya dengan tatapan penuh kelegaan menyaksikan penampilan bugar dari sosok wanita dihadapannya tersebut??
Wanita yang bernama Vina itu mengangguk pelan sambil memberikan senyuman manisnya untuk menenangkan pria tersebut"Daku baik-baik saja, Gandu.. Daku hanya kehabisan energy jiwa saja, daripada itu bagaimana keadaan pulau apakah baik-baik saja??" Vina menjawab sekaligus bertanya dengan pandangan penuh kecemasan yang terlihat jelas pada kedua netra berwarna hitam kecoklatan miliknya itu.
Pria tersebut yang bernama Gandu memberikan sebuah senyuman atas pertanyaan Vina "Semuanya baik-baik, tidak ada tentara yang kehilangan nyawanya sama sekali... Hanya saja hampir separuh dari pasukan kita mengalami luka berat serta 20 orang mengalami luka ringan" Meskipun Gandu merasa bersyukur karena tidak ada satu-pun tentara yang meninggal dunia dalam serangan menghadapi gelombang binatang buas semalam akan tetapi membayangkan kalau dari 2.000 pasukan, setengahnya berada dalam keadaan tidak aktif sekarang.
Vina tertegun mendengar pernyataan pahit yang dia terima dari sang pemilik pulau atau dalam kasus ini bisa dikatakan suami dari wanita tersebut, "Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang, Gandu??" Dengan nada sendu serta lesu Vina-pun mengajukan sebuah pertanyaan yang paling tidak ingin di dengar oleh sang suami untuk sekarang.
Gandu mengigit bibir bawahnya hingga menciptakan jalur kecil darah, dia cukup tahu kalau pulau jiwa miliknya tersebut bisa dikatakan berada dalam keadaan yang cukup sulit untuk sekarang.
Meskipun Gandu yakin dia bisa saja menggunakan seluruh sumber daya beserta harta simpanan-nya untuk menghidupkan kembali vitalitas dari [Soul Island] tersebut akan tetapi dia juga perlu menyimpan banyak kekayaan untuk anak-anaknya di masa mendatang, hal ini jelas membuat Gandu merasa tertekan sehingga dia tidak bisa tidur dengan nyenyak semalaman.
"D-daku juga tidak tahu harus bagaimana lagi Vina....." Dengan lirih Gandu menjawab pertanyaan sang istri, ia benar-benar tidak bisa membuat pilihan sama sekali sekarang??Apakah dia harus mengorbankan tabungan yang sengaja ia simpan untuk anak-anaknya tersebut atau justru harus mengikhlaskan nasib [Soul Island] miliknya kepada takdir yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa saja??
Keadaan menjadi hening bahkan pria dengan badan kekar tersebutpun hanya bisa tertunduk dalam keheningan, ia yang merupakan ketua keamanan dari pulau ini jelas merasa bertanggung jawab sekaligus sangat bersalah karena tidak berhasil menahan invasi [Beast Wave] semalam.
Menyebabkan mereka harus mengorbankan beberapa bangunan pertahanan dan tentara untuk mengusir [Beast Wave] yang sangat dahsyat tersebut, "Maafkan diriku ini tuan Gandu karena tidak berhasil menahan [Beast Wave] secara maksimal" Tak tanggung-tanggung pria bertubuh kekar itupun langsung mengambil posisi bersimpuh memohon pengampunan kepada Gandu sang pemilik pulau.
Gandu serta Vina hanya bisa menghela nafas pelan menyaksikan tindakan dari teman baiknya tersebut (teman baik sang suami).
"Sudahlah Joe, yang terjadi biarkanlah terjadi lagipula kita bahkan tidak mengetahui perihal kedatangan [Beast Wave] tersebut... Ini semua hanyalah cara alam melakukan seleksinya"Timpal Gandu yang sama sekali tidak memiliki niatan untuk menaruh kesalahan tempo hari di atas pundak teman baiknya itu.
.
.
.
.
[BIP.. BIP..]
Mendadak dalam keadaan hening tersebut, smart-watch yang berada di lengan kiri Vina-pun berbunyi sekilas kita dapat melihat kalau smart-watch tersebut tampak cukup familiar untuk kita semua kan??
"Hallo sayang ada apa??" Tidak menunggu waktu lama Vina-pun langsung mengangkat panggilan masuk dari smart-watch tersebut karena ia melihat sebuah nama yang notabene merupakan keturunan terakhir dirinya serta Gandu itu sendiri...
"Hallo Mama, bagaimana kabarmu?? Ella merasa sangat khawatir karena Mama tidak menelpon Ella kemarin malam" Kali ini kita dapat melihat dengan jelas siapa sosok yang tengah menelpon Vina, siapa lagi jika bukan Ella Erlangga adik bungsu dari protagonis cerita ini. Hal ini hanya berarti kalau kedua pasangan tersebut merupakan Orang Tua dari ketiga saudara Erlangga.
Vina-pun tertegun sekaligus merasa senang karena sang putri bungsu berinsiatif menelpon dirinya, yang dimana hal tersebut cukup langka untuk Vina karena sang putri bungsu bukanlah individu dengan kepribadian hangat yang akan selalu menempeli dirinya.
Bahkan bisa dibilang hampir semua anak-anaknya mewarisi kepribadian dingin milik Ayah Vina, atau dalam kasusnya kepribadian sang Kakek-lah yang mendarah daging pada ketiga cucu-cucunya...
Belum lagi Sang Putra Sulung yang berkali-kali lipat menjadi sosok individu dengan kepribadian paling introvet membuat Vina merasa sangat khawatir, "Uhmm, Mama baik-baik saja bagaimana dengan kamu?? Kedua kakakmu itu tidak menyiksamu kan??" Sebagai seorang Ibu, Vina jelas merasa kurang lega sekaligus ikhlas untuk menitipkan anak gadis satu-satunya dibawah perawatan kedua kakak laki-laki introvet.
Ella menggelengkan kepalanya sambil tersenyum manis kepada sang Ibu, "Hehe itu mustahil mama, mama seperti tidak tahu saja seperti apa sifat Kak Seto dan Kak Leo".
"By the way, Mama dimana Papa?? Kak Leo ingin berjumpa dengannya" Secara mendadak Ella melepaskan smart-watchnya dan di lemparkan ke arah Sang Kakak Sulung yang tengah menikmati sarapan pagi mereka.
Nasib baik Sang Kakak Sulung punya reflek yang cukup bagus untuk menangkap smart-watch milik sang adik, "Ella?? Berapa kali harus-ku bilang jangan melempar smart-watchmu lagi, apa kau pikir harga benda kecil murah ya??!!" Merasa agak kesal dengan tingkah laku dari Sang Adik Bungsu, Leo-pun memasuki mode terlarangnya yakni mode 'Ibu-Ibu cerewet'....
Yang dimana hal ini juga disaksikan oleh kedua orang tuanya yakni Vina serta Gandu, kedua pasangan tersebut hanya bisa tersenyum kaku menyaksikan tingkah laku Sang Putra Sulung yang sangat menyerupai Vina ketika sedang kesal.
"Ehem Leoo, Ella bilang kamu mencari Ayah??"Gandu yang merasa agak kasihan terhadap Putri semata wayangnya tersebut berdehem menarik perhatian Sang Putra Sulung dari Sang Adik, Leo-pun tersadar kalau smart-watch Sang Adik nyatanya tengah terhubung langsung dengan sang ayah.
"Owh ya itu benar, bagaimana keadaan [Soul Island] Ayah??? Jika Ayah perlu melakukan perbaikan terhadap pulau, gunakan saja jatah simpanan yang Ayah sisihkan untukku" Dengan tatapan yang penuh ketenangan serta keyakinan, Leo-pun mengatakan hal yang teruntuk Sang Ayah merupakan berita terindah seumur hidupnya.
"Tu-tunggu sebentar tuan muda!!!! Apa tuan muda yakin, jika tuan besar menggunakan uang tersebut maka tuan muda tidak akan bisa bertahan dari gelombang pertama nantinya!!" Mendadak Joe yang sebelumnya berniat untuk bersimpuh selama seharian penuh-pun langsung bangkit dan menentang usulan ter-absurd dari sang tuan muda.
Leo mengeriyit tidak senang mendapati salah seorang bawahan Ayah-nya menentang usulan yang menurut Leo merupakan hal paling brilian untuk sekarang, tapi bukan Leo namanya jika menunjukkan rasa kekesalan di hadapan orang-orang.
"Tidak juga, justru ini adalah ide terbaik.. Lagipula keluarga Erlangga tidak bisa kehilangan keuntungannya untuk sekarang dan keuntungan keluarga Erlangga adalah pulau milik Ayah!!!" Dengan penuh ketegasan Leo membalas perkataan Joe, membuat sang Ayah serta Ibu yang sedari tadi hanya menyaksikan perdebatan kecil mereka tersenyum bangga.
Jelas sebagai Orang Tua mereka merasa bangga terhadap Sang Putra yang tidak memiliki sifat egois serta rela berkorban untuk kedua Orang Tuanya, tapi Gandu sebagai seorang Ayah dari ketiga anak sekaligus jelas tidak akan langsung meng-iyakan usulan tersebut karena akan sangat berbahaya teruntuk anak Sulung-nya.
"Leo.. Ayah senang jika kamu mau menggunakan tabungan tersebut untuk renovasi pulau Ayah, tapi Ayah tidak bisa mengambil semua tabungan tersebut sama sekali... Ayah tidak ingin kehilangan seorang anak seperti paman-pamanmu itu" Gandu merasa senang tapi tak lupa ia juga sedikit menceramahi Sang anak Sulung dengan nada lembutnya, "Baik-baik saja, kalau begitu Ayah bisa menggunakan tabunganku itu hanya saja sisahkan seperempat dari jumlahnya saja.." Leo mengangguk setuju tapi kembali mengajukan usul lainnya.
Terhadap usulan dari Leo, Gandu-pun terdiam nampak sedang menimbang-nimbang rugi-untung dari usulan Sang Putra tersebut...
"Itu mustahil, karena kau juga perlu membeli bibit serta hewan ternak buat warga-wargamu Leo" Gandu menggeleng kepalanya tidak menyetujui usulan kedua sang putra tersebut.
"Lalu bagaimana jika menggunakan tiga sekaligus, Ayah bisa menggunakan setengah tabunganku dan seperempat tabungan milik Seto serta Ella.... Dengan ini ayah bisa melakukan renovasi terhadap pulau bukan??" Usulan ketiga di layangkan oleh Leo, kali ini Leo cukup yakin kalau usulannya tersebut dapat membuat Gandu meng-iyakan.
.
.
.
.
Tatapan-tatapan pun terjadi antara kedua Ayah-Anak tersebut, kedua netra berbeda warna yakni hijau kecoklatan untuk Leo serta netra berwarna hijau milik Gandu tersebut-pun saling beradu....
Sebelum akhirnya pemilik netra hijau tersebut menghembuskan nafas pelan menyetujui dengan enggan usulan ketiga pemilik netra hijau kecoklatan, "Baiklah mari kita lakukan sesuai rencanamu".
"Baik Ayah" Dengan rasa senang serta kepuasan tersendiri, Leo-pun mematikan panggilan tersebut dan menyerahkan perangkat smart-watch kepada Sang Adik
"Sekarang mari kita mulai bersiap-siap" Gumaman pelan Leo cukup pelan sehingga para adiknya tidak dapat mendengar hal tersebut.
.
.
.
TBC