webnovel

Penyamaran Ulung

Esok paginya Satria, Nekora, Lixia dan Miria sarapan bersama dengan makanan yang dimasak oleh Miria. Karena Satria merasa tidak enak akhirnya dia memberikan uang 40 koin emas untuk makan mereka selama sebulan. Sebenarnya Miria menolaknya, tapi Satria tetap membujuknya hingga dia mau menerimanya.

Sesuai rencananya, setelah Satria sarapan dia meminta Nekora untuk membantu Lixia dan Miria di toko ataupun di rumahnya. Satria juga memberikan Nekora uang sebagai imbalannya bekerja, setelah itu Satria langsung buru-buru keluar dari kediaman Lixia untuk memulai rencananya.

Satria berjalan menuju ke tempat yang sepi dan menggunakan job class ranger agar bisa mendeteksi keberadaan orang di sekitarnya. Setelah dirasa tidak ada orang yang melihatnya dia langsung mengganti pakaiannya dengan perlengkapan yang ada di slot tas miliknya. Dia memakai armor swordman yang menutupi seluruh tubuhnya, kualitasnya juga sengaja dia pilih yang SR agar lebih meyakinkan.

Satria juga menggunakan penutup kepala yang menutupi wajahnya agar tidak dikenali siapapun. Sebilah pedang dia sarungkan di pinggangnya, semua kualitas perlengkapan yang dia pakai memiliki kategori SR. Rencananya dia akan menjual beberapa barang langka yang cukup mahal, jika kualitas penampilannya sudah semeyakinkan itu pasti tidak ada lagi toko yang meragukan kualitas barang yang dijual olehnya.

"Menjalin hubungan kerja sama dengan Rubx memang akan menguntungkan, tapi jika aku terus menerus menjual barang berharga dan langka kepadanya lama-lama dia ataupun toko yang dia suplai pasti akan curiga, terlebih perjalanan ke ibukota terlalu memakan waktu," batin Satria sambil terus berjalan di jalanan Kota Lunar, tujuannya adalah untuk menjual barang-barang ke toko.

"Kelihatannya aku harus memulainya dari toko terbesar di Kota Lunar," ujar Satria sambil berjalan mengikuti map di menu akses miliknya. Sepanjang jalan terlihat banyak orang memperhatikannya baik dari kalangan petualang, pedagang atau hanya rakyat biasa.

"Apa ada yang aneh dengan pakaianku ini ya?" gumam Satria, tapi rasanya tadi dia sudah memeriksanya dan tidak ada yang aneh.

Satria terus berjalan hingga akhirnya sampai di toko perlengkapan terbesar di Kota Lunar. Bangunan yang luas dan pengunjung yang bejibun menunjukan seberapa populernya toko tersebut. Satria perlahan berjalan menembus barisan orang-orang yang berkumpul di luar toko. Kemungkinan mereka adalah orang-orang yang kurang mampu namun menginginkan perlengkapan bagus yang ada di dalam toko.

"Selamat datang tuan, apakah ada yang tuan cari di sini?" tanya wanita pelayan toko yang buru-buru datang menghampirinya. Semua orang yang ada di dalam toko langsung memperhatikannya dengan tajam.

"Seperti biasa, mereka terlihat sangat hormat kepada orang yang berpakaian mahal seperti ini. Dunia ini memang kejam, pepatah jangan lihat buku dari covernya hanyalah penenang semu bagi orang-orang tidak mampu sepertiku," batin Satria.

"Aku lihat toko ini sangat besar, aku rasa semua barang di toko ini memiliki kualitas yang sangat bagus," puji Satria dengan mengubah suaranya.

"Tuan memang datang ke tempat yang tepat. Toko ini memiliki semua perlengkapan yang tuan butuhkan, semuanya memiliki kualitas terbaik," jawab wanita itu dengan bangga.

"Kalau begitu tepat sekali, aku datang kemari karena membawa banyak barang yang berkualitas. Kalau berminat aku ingin menawarkannya kepada kalian," kata Satria. Wanita itu agak terdiam sejenak lalu melihat seorang pria yang berdiri di belakang meja pembayaran, mungkin mereka saling berkomunikasi dengan isyarat tertentu.

"Ah, tuan memang tidak salah menawarkannya kemari. Mari saya antarkan ke bagian penaksiran barang," tutur wanita itu sambil berjalan, Satria langsung mengikutinya dari belakang.

Toko tersebut ternyata memiliki ruangan yang sangat luas layaknya supermarket di dunia nyata. Tapi mereka berdua menuju ke ruangan lain yang ada di lantai dua, di sana terlihat beberapa perlengkapan dipajang dengan rapi. Terlihat hanya ada beberapa orang yang sedang bertransaksi di sana dan salah satunya adalah Gven, jujur saja Satria agak terkejut sebab dia tidak menyangka akan bertemu Gven di sana.

"Silahkan tuan menunjukan barang tuan kepada penaksir barang. Mohon maaf saya tidak bisa menemani tuan di sini, saya permisi," tutur wanita itu dengan ramah. Satria hanya mengangguk saja. Saat melihat kedatangan Satria itu tampak Gven meliriknya sesaat seakan penasaran dengannya.

"Selamat datang tuan. Barang apa yang ingin tuan tawarkan?" tanya pria yang berdiri di belakang meja. Satria sengaja menghampiri penaksir barang yang sedang tidak melayani pelanggan.

"Biar aku mengeceknya terlebih dahulu," kata Satria sambil membuka slot tasnya, sebenarnya dia sedang berpikir barang apa yang sebaiknya dia jual di sana.

"Tuan kelihatannya seorang prajurit tangguh. Kalau boleh tahu, darimana gerangan tuan berasal?" tanya penaksir barang.

"Aku datang dari tempat yang jauh. Aku sengaja berkelana ke berbagai tempat untuk menemukan toko yang menarik," jawab Satria.

"Kalau begitu tuan memang tidak salah datang kemari, kami di sini selalu menerima barang dengan kualitas terbaik dan tentunya harganya juga lebih tinggi dibandingkan yang lainnya," kata penaksir barang.

"Kalau begitu aku ingin melihat seberapa tinggi kau bisa menilai pedang ini," ucap Satria seraya mengeluarkan sebuah pedang dengan kepala naga di gagangnya serta Kristal berwarna merah di tengahnya.

Pedang itu memiliki kualitas SR dan sudah di enchant dengan elemen api, itu adalah pedang yang dia dapatkan secara acak setelah mengalahkan bos lantai 30 di beberapa dungeon. Jumlahnya di slot tasnya sendiri ada sekitar tiga belas. Penaksir itu terlihat terdiam sejenak lalu memegang pedang yang Satria letakan di meja.

"Ini.. darimana anda mendapatkannya?" tanya penaksir barang.

"Apakah senjata kualitas SR sudah cukup mahal di dunia ini?" batin Satria.

"Senjata itu hanya didapatkan secara acak oleh orang yang pernah mengalahkan bos lantai 30 dungeon Luxurie," celetuk Gven yang tiba-tiba datang menghampiri.

"Sebenarnya di dungeon manapun juga sama, tapi namanya juga acak jadi tidak selalu setelah mengalahkannya bisa dapat hal yang sama," batin Satria sedikit mengoreksi pernyataan Gven.

"Saya Gven dari Guild Golden Wings di kerajaan ini. Boleh saya melihatnya?" tanya Gven.

"Silahkan," jawab Satria. Gven terlihat memeriksa pedang itu dan mengayunkannya beberapa kali.

"Ini benar-benar asli," tutur Gven.

"Bagaimana kalau anda menjualnya langsung kepada saya?" tanya Gven sambil menatap Satria yang langsung terkejut.

"Saya tidak masalah dengan siapapun juga, asalkan harganya sesuai," jawab Satria.

"Aku akan membelinya lima ribu koin emas," tawar Gven.

"Sepuluh ribu," sela Satria dengan cepat.

"Sepakat!" tukas Gven dengan cepat.

"Sial, dia sudah menjebak diriku. Ternyata dia jauh lebih cerdik dari dugaanku," batin Satria karena kesal. Dia yakin Gven sudah menebak kalau baru pertama kali ini dia menjual barang seperti itu, karena itulah dia menawar dengan harga sangat rendah dan menunggunya menawar setengah lebih tinggi. Itu adalah permainan pikiran yang sangat efektif.

"Aku berniat menaikannya lagi menjadi lima belas ribu," ucap Satria sedikit berharap.

"Apa tuan adalah tipe orang yang tidak bisa memegang perkataan tuan sendiri?" balas Gven dengan tatapan merendahkan.

"Aku hanya berharap. Tidak masalah jika terjual sepuluh ribu juga," tutur Satria. Dia pikir banyak juga uang milik Gven karena mau membayar pedangnya setinggi itu.

Gven langsung menghitung koin yang dia keluarkan dari kantung yang disimpan di dalam pakaiannya. Koin uang di dunia ini memang jauh lebih kecil dan tipis jika dibandingkan dengan dunia nyata, jadi tidak heran jika Gven bisa menyimpan begitu banyak uang di dalam kantung di balik bajunya.

"Kenapa kau terlihat ingin sekali memiliki pedang ini?" tanya Satria sambil membantu Gven menghitung uang miliknya.

"Satu-satunya orang yang aku tahu memiliki pedang ini di Kerajaan Luxurie adalah ketua Guild Golden Wings. Bukankah itu wajar bagiku yang merupakan anggotanya jika ingin memiliki pedang yang sama dengannya?" jawab Gven.

Setelah selesai menghitung uangnya Gven langsung menyerahkannya kepada Satria. Setelah itu dia langsung berlalu pergi membawa pedang yang dibelinya dari Satria. Sementara Satria sendiri mulai paham, meskipun kualitas SR tapi jika ditawarkan kepada orang yang tepat mungkin bisa lebih mahal.

"Sayang sekali, padahal pedang itu sangat bagus tuan. Sudah di enchant lagi, kalau tuan menjualnya kepada saya, pasti saya akan membelinya lima belas ribu koin emas," tutur penaksir barang.

"Kalau begitu aku akan menjualnya lagi kepadamu," kata Satria sambil menatap penaksir barang.

"Eh?" ujar penaksir barang itu dengan wajah pucat. Dia pasti mengira kalau Satria tidak mungkin memiliki barang selangka itu lebih dari satu buah.

"Tenanglah, kalau aku menjualnya kepada anggota Guild Golden Wings pasti bisa mencapai dua puluh ribu atau lebih. Ya, pedang selangka itu pasti akan sangat berharga," batin penaksir barang mencoba menenangkan dirinya.

Saat itu juga Satria langsung mengeluarkan satu pedang lagi yang sama persis. Mau tidak mau akhirnya penaksir toko itu membelinya dengan harga 15000 koin emas. Setelah mendapatkan uangnya Satria langsung pergi, penaksir barang terlihat begitu ramah kepadanya. Satria bilang mungkin kapan-kapan dia akan datang lagi membawa barang berharga lainnya.

Satria kembali ke lantai satu dan mulai mengulik informasi tentang harga barang sesungguhnya di sana. Dari sanalah Satria tahu kalau harga perlengkapan kualitas N adalah 10 emas, kualitas R 100 koin emas, SR 1.000 koin emas dan SSR 10.000 koin emas. Itu adalah perlengkapan polos sebelum di enchant. Jika barang yang didapatkan agak langka atau dari material langka tertentu maka harganya bisa lebih tinggi lagi, jadi harga pedang yang Satria jual tadi sebenarnya masih cukup wajar.

Setelah keluar dari toko itu Satria langsung menuju toko lainnya dan melakukan hal yang sama dengan menjual barang-barang yang dia miliki. Satria terus melakukannya hingga siang hari dan berhasil mengumpulkan uang sebanyak 170.000 koin emas. Jumlah yang sangat banyak untuk seorang petualang seperti dirinya. Satria sengaja melakukannya sebanyak mungkin sebab dia tidak berniat menjual barang lagi di Kota Lunar sebagai antisipasi jikalau ada orang yang mengincarnya.

Di perjalanan pulang Satria juga membeli brankas dari baja untuk menyimpan uangnya di kediaman Lixia. Satria juga meminta brankas itu disamarkan dan disatukan dengan lemari kayu yang juga sekalian dia beli untuk tempat bajunya, dia malah membeli lemari kayu kecil untuk Nekora. Dia pikir mungkin uang sebanyak itu sudah pasti cukup untuk merenovasi rumah dan toko.

"Jika saja aku menjual banyak barang mungkin akan menjadi orang kaya mendadak lebih dari ini. Tapi menghasilkan uang dari penjualan barang seperti itu lama kelamaan pasti akan habis, berbeda jika aku memproduksinya sendiri," batin Satria sambil berjalan ke tempat sepi.

Dia kembali mengubah penampilannya di tempat yang tidak ada orangnya. Dia memikul dua lemari kayu itu sendirian menuju kediaman Lixia. Sekarang dia hanya perlu mencari rumah dan mencari tukang yang akan merenovasi tempat tinggalnya. Sesampainya di kediaman Lixia, Satria menaruh lemari miliknya yang berisi brankas di toko sementara lemari Nekora di rumah Lixia.

Sore harinya sore harinya Trixi dan Alexa sepulang dari pekerjaannya mampir ke rumah Lixia. Mereka mengatakan kalau mereka sudah mendapatkan rumah yang akan dijual, letaknya ada di Desa Whis yang juga merupakan tempat tinggal Trixi. Rumahnya juga letaknya berdampingan dengan lahan rumah milik Trixi.

"Kalau begitu aku akan bertemu pemiliknya hari ini juga," ucap Satria setelah mendengar penjelasan Trixi.

"Kamu terlihat sangat terburu-buru," tukas Alexa sambil tersenyum.

"Aku tidak ingin membuang waktuku hanya untuk menunggu esok hari, rencanaku masih panjang. Aku tidak mau menyia-nyiakan waktu yang ada," jawab Satria.

"Aku sih tidak masalah, lagipula keluargaku juga ingin bertemu denganmu," tutur Trixi.

"Eh?" ujar Satria dengan sangat terkejut.

Bersambung…