webnovel

Skizofrenia Paranoid • Lee Mark

"Kamu bukan sakit, kamu itu hanya berbeda dari orang awam. Kamu cantik, kamu unik, kamu keren" - Lee Mark. "Kamu terlalu fokus dengan kekurangan kamu, sampai kamu tak mempedulikan banyaknya kelebihan pada dirimu itu yang mungkin tidak ada pada orang awam" - Lee Mark.

AngellicaAnastasya · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
13 Chs

Haneul baru saja memikirkan ini, bukankah kegiatan tadi terlalu berlebihan? Ketika ia bercanda dengan Mark, ketika Mark memegang kepalanya dan menjahilinya, ketika Mark membelikan dia eskrim padahal dia sudah memiliki kekasih.

Dia sengaja, apa memang begitu sifatnya, apa bagaimana?

Pemikiran bosan di jam setengah 1 malam, Haneul tidak bisa tidur dari tadi entah kenapa walau ia sudah mencobanya.

"Eh bentar, baru berasa. Kenapa gak ada rasa penyakit itu pas gw sama Mark, gw udah kayak manusia normal aja gitu bahkan ga sempet mikirin penyakit tadi. Padahal Mark orang asing, belum lama bertemu, teman dekat dan saling kenal juga tidak" Haneul membatin, kemudian ia kembali ke posisi tiduran menatap langit-langit kamar.

Itu aneh si, dengan perjalanan di mobil yang cukup panjang tapi Haneul tidak merasakan penyakit itu lagi bahkan melupakannya tadi.

Apa karena ia fokus dengan rasa hati dan jantungnya ya makanya tidak berasa, dari awal Haneul tidak bisa mengontrol detak jantungnya karena ya jelas Haneul memang menyukai lelaki itu sejak awal pertemuan.

Kemudian matanya terbuka lebar,

"Karena dia anak pak Minkyung, berarti dia tau ya penyakit gw? Ya gak si? Harusnya si, ya gak si? Kalo pacarnya gak tau bisa dimaklumi tapi kalo anaknya sendiri gak mungkin kan? Tadi dia juga ada kan pas papanya ngasih obat?" batin Haneul.

Kepalanya menoleh ke laci yang ada disamping tempat tidurnya, diatas laci itu ada ponselnya.

Iapun segera mengambilnya beruntung terjangkau dengan tangannya lalu segera chat Mark.

Mork

: Mork, karena u anak pak Minkyung berarti u tau penyakit gw dong ya?

24.35

Mork: iya tau gw, knp?

24.35

: lu bisa jaga rahasia kan? Nah jaga rahasia tentang itu ya tolong, jangan sampe anak-anak sekolah tau

24.35

Mork: yailah santai kali lu ga bilang juga gw jaga wkwkwk

24.35

: ya kan siapa tau aja gitu ga sengaja kebocor karena gaada kabar dari gw yg ngebolehin apa kgk

24.35

Mark: kagak santai gw ngerti kok. Btw lu ga tidur? Ini udah malem please

24.35

: tadi udah nyoba juga tapi akhirnya ga tidur-tidur

24.35

: heh ngaca, lu sendiri juga belom ya wkwkkw

24.35

Mark: masi sibuk gw nugas, osis. Bentar lagi kan sekolah ultah jadi harus ngurus ini itu. Udah sono tidur

24.35

:iye

24.35

Chattingpun berakhir.

Baru saja Haneul ingin mengembalikan ponselnya tapi kemudian notif chat berdering.

Mark: lu gak bisa tidur kenapa? Overthinking, kambuh, apa kenapa?

24.36

: hmm, gak kenapa-napa sih tapi gtw juga kenapa tapi gw emang sering kayak gini.

24.36

Mark: ketauan jarang doa, doa makanya

24.36

: bukannya jarang, tapi kadang lupa kalo ga udah keburu tidur

24.36

Mark: ya jangan kayak gitu, dibiasain doa yang bener. Dah sono doa minta tolong supaya lu bisa tidur nyenyak pulas juga

24.36

: iye Morkk tau guee, yaudah lah ya mau naro hp gw

24.36

Mark: yaudah sana

24.36

Kali ini Haneul benar-benar menaruh ponselnya diatas laci, mengambil posisi tidur yang nyaman berdoa kemudian tidur.

Secara tak sadar Haneul mempunyai teman sekarang, kemajuan yang sangat baik walau temannya anak dokternya sendiri sekalipun tapi kemajuan yang bagus.

~~~

"Wih jablaynya udah masuk, lebih pagi dari kemaren ya. Biasanya anak tertindas sukanya telat tapi ini malah lebih pagi, minta dibully lagi ga sih?"

"Hahaha nanti kan juga dibully lagi, santai aje"

"Hah? Gw tadi becanda doang beneran loh?"

"Liat aja nanti"

"Si suram ini bakal sering dibully atau setiap hari mungkin, gak usah kaget lagi jadinya kedepannya"

"Woah gila ya emang geng Yuna, pantes sampe ditakutin juga sama kakak kelas"

Haneul hanya menatap keadaan dengan dingin, cuek, tidak peduli apapun kata-katanya itu.

Walau ia sendiri mendengarnya, sengaja ia kecilkan suara lagu di earphonenya karena ia cukup penasaran.

Kemudian Mark datang ke kelas, Haechan yang ada disebelah Haneul langsung berseru heboh pada Mark.

"EH JURAGAN SEMANGKA! BAGI PR MATEMATIKA DONG! Gw ga sengaja lupa jujur asli beneran serius suer demi apapun, gw ga sengaja bukannya sengaja! Bagi dongggg" hebohnya sendiri.

Mark hanya menatapnya dingin, "Iyalah karena itu matematika makanya lu lupain. Pr bahasa ga pernah lupa pr matematika selalu lupa" lalu Mark mengorek tasnya dan melemparkan bukunya pada Haechan.

"Hehe namanya musuh bebuyutan, makasih" kata Haechan dan langsung cepat menyalin.

Haneul yang penasaran menatap buku Mark, karena ia merasa tidak ada pr matematika.

Kemudian ia melebarkan matanya, ini bukan sengaja seperti Haechan. Haneul benar-benar lupa.

Haneul langsung menyiapkan buku dan alat tulisnya lalu mengambil buku Mark agar lebih ke tengah dan bisa menyalin bersama.

"Eh eh apaan lo, ijin dulu lah sama dia" seru Haechan dan kembali menarik buku itu.

"Udah pasti boleh sama gw, cepet ah gw lupa beneran ini" balas Haneul apa adanya.

"Hah? Ga salah denger gw? Idih pede banget lo suram" pernyataan itu cukup membuat Haneul sakit hati.

Bukan cukup, tapi sakit sekali.

Selama ini Haneul mengumpat, jujur sebenarnya semua kata-kata itu tidak ada level bagi Haneul. Semua kata negatif itu sangat sakit untuk Haneul.

Lagu-lagu lah yang membantu dia tegar dan kuat.

"Haechan, mulut lu" kata Mark dengan dingin dan tegas, Haneul langsung menoleh kepada Mark yang sedang menatap Haechan dengan serius.

Kemudian kepala Mark mengode pada Haechan, "Kasih"

Haechan segera langsung meletakkan buku itu ditengah antara mereka, Haneul sempat menaikan alis kanannya pada Haechan dan tersenyum lalu langsung mencatat secepat dia bisa.

~~~

Waktu sudah menunjukan untuk istirahat ketiga, istirahat terakhir. Lagi-lagi Haneul hanya dikelasnya ditemani dengan musik dan sedikit membersihkan kelasnya karena kebetulan hari ini hari piketnya.

Hari ini dia sedikit lebih bahagia dari sebelumnya, jelas karena obat-obat itu.

Sehabis ini ia berniat untuk meminum obat pengurang cemas atau panic attack itu.

Setelah ia beres melakukan itu semua, ia pergi ke toilet pertama kalinya.

Hanya karena haid itu saja makanya anak itu pergi ke toilet, kalau tidak juga sebisa mungkin Haneul menahannya sampai di rumah.

Tapi sepertinya masuk ke toilet adalah pilihan yang salah, disana ia bertemu dengan geng Yuna yang sedang berdandan.

Jujur saja, sebenarnya Haneul sedikit takut. Takut kalau emosinya tak terkontrol lalu melukai semua anak-anak ini.

Karena dokter bilang, Haneul juga punya pemicu 'kejam' ketika sudah emosi kepada orang lain apalagi musuhnya sendiri, bisa-bisa kebunuh juga kalau sangat tidak terkontrol.

Makanya selama ini Haneul hanya diam, kalau bertindak sekalipun bisa bahaya. Ya rasanya seperti kemasukan setan kalau sudah membalas dan membiarkan bisikan-bisikan setan menuntunnya.

Seperti ketika ia meninju wajah Yuna, banyak sekali bisikan yang menyuruhnya menarik rambutnya, menendang perutnya, menginjaknya.

Baru tinjuan saja wajah Yuna sampai saat ini masih berbekas dan ditutupi oleh plester anak-anak dengan Yuna.

Haneul memang tak pernah dan bukan anak peninju, taekwondo dan semacamnya. Tapi dengan keberanian dan bisikan-bisikan itu ia akan bisa melakukan hal itu.

"Wih? Belom juga kita panggil udah kesini duluan aja. Beneran minta dibully banget ga sih hahahaha"

Yuna menoleh dan menghadap Haneul, kemudian tersenyum.

"Welcome to the party"