webnovel

Sincerenly, Rain

Pesawat melambung tinggi di atas awan. Aku hanya bisa menahan rasa sedih di dadaku. Aku meninggalkan orang yang aku pikir miliku selamanya, kita seharusnya berjanji untuk membuatnya hubungan ini bekerja, untuk membuat jarak jauh bisa kami atasi, tetapi ketika aku melihat ke luar jendela ke kota yang memudar di bawah, aku tidak dapat menghilangkan perasaan bahwa ini adalah akhir. Aku tidak tahu apa yang menungguku di belahan dunia lain tetapi sedikit yang aku tahu, perjalananku baru saja dimulai. Ketika aku memasuki kehidupan baruku di luar negeri, aku mendapati diriku terlempar ke dalam angin puyuh pengalaman baru dan orang-orang baru. Aku mencoba membenamkan diri dalam budaya dan memanfaatkan waktuku di sana. Namun di tengah semua hiruk pikuk, pada suatu malam yang sangat hujan, aku bertemu dengannya. Dia tidak seperti siapa pun yang pernah aku temui sebelumnya, dengan semangat berapi-api dan jiwa petualangnya. Mau tidak mau aku tertarik padanya, dan sebelum aku menyadarinya, aku jatuh cinta padanya dengan cara yang tidak pernah kubayangkan. Tapi bagaimana aku bisa move on dan mencintai seseorang yang baru, ketika hatiku masih milik orang lain? Rasa bersalah membebaniku saat aku berjuang untuk mendamaikan masa lalu dan masa kiniku, tetapi ketika aku menjelajahi jalan-jalan asing di negeri asing ini dengannya, aku merasa bahwa inilah tempat yang seharusnya aku tuju, bahwa cinta baru ini sepadan dengan risikonya. Ini adalah awal dari perjalanan yang tak terduga, perjalanan cinta, patah hati, dan penemuan diri. Itu adalah perjalanan yang akan membawa aku lebih jauh dari yang pernah aku bayangkan, dan yang akan mengubah aku selamanya…

deLluvia · Urbain
Pas assez d’évaluations
14 Chs

The Trouble Maker

<p>"What are you doing all day without me?" Tanya Jeffyin. Aku menghabiskan waktu di perpustakaan hingga sore, menyelesaikan semua materi untuk ujian besok, dan Jeffyin sudah mencariku kemana-mana. Sayangnya ponselku dalam mode silent karena ujian, jadi tidak melihat jutaan panggilan masuk dari Jeffyin. <br/>"I study at the library, Jeffyin." Jelasku padanya.<br/>Aku sedang berada di kamar Jeffyin, setelah melihat panggilan masuk dari Jeffyin aku segera mencarinya ke kamarnya, untung saja dia ada. <br/>"Why didn't you tell me?" Jeffyin benar-benar tidak menatapku, dia sibuk dengan PlayStationnya. <br/>"I don't have my cell phone." <br/>Aku mencoba untuk tidak terlalu memperdulikan gelagat marahnya itu, aku masuk ke ruang khusus pakaian Jeffyin, mencari kaos basketnya dan segera mengganti pakaianku. "Is there anything to eat? I haven't eaten anything but candy this morning." Ucapku sambil berpura-pura mengacak isi lemari pendinginnya. <br/>Dapat dengan jelas aku mendengar suara playstation berhenti. Aku menang. Aku mengambil kaleng bir lalu menutup kembali lemari pendingin ini, Jeffyin sedang melakukan sesuatu di ponselnya. Aku berjalan menuju stick PlayStationnya lalu melanjutkan permainannya, tidak terlalu paham, Jeffyin sedang bermain sesuatu seperti tembak-tembakkan tapi aku tidak melihat musuhnya, gelap sekali. <br/>"Can you tell me how to play this." Tanyaku pada Jeffyin yang sedang bersandar di dinding. <br/>"You don't drink beer." ucapnya.<br/>"No, I drank it, you just don't know." Jawabku sambil terus saja bermain game. <br/>Jeffyin benar, aku tidak meminum bir, tapi sejak El mengajaku ke club, aku sudah bisa sedikit membiasakan lidahku dengannya. "How long do you plan on standing there?" aku bertanya,<br/>Aku bisa melihat wajah kesal Jeffyin, "You know, I really don't like this attitude of yours." ungkapnya.<br/>"Precisely in which part?" tanyaku tidak terlalu peduli.<br/>Dia menghembuskan nafasnya berat, "On the part I spoke but you didn't pay attention."<br/>Aku menghentikan game di hadapanku, "I don't like it either, if you talk to me but your eyes are on this stupid game." <br/>Jeffyin menghela nafasnya, "Sorry," <br/>"I need proof if you're really sorry." ungkapku.<br/>"How?" <br/>Aku kembali melanjutkan game, "A hug." Ucapku. <br/>Aku melihat Jeffyin mengalah dan berjalan menghampiriku, aku merasakan sebuah pelukan yang begitu erat di tubuhku. "Is this enough?"<br/>"Enough, now continue the game, I don't understand." Jeffyin mengambil alih stick di tanganku dan melanjutkan permainannya. <br/>Aku duduk diam dalam pelukan Jeffyin, memperhatikannya membunuh satu persatu zombie. "I'm hungry, Jeffyin."<br/>"Wait a minute, I ordered a steak for you." <br/>Kami berdua larut terlalu dalam dengan permainan bunuh membunuh ini.<br/><br/>Sincerely, Rain<br/><br/> "How long are you going to sleep, Jeffyin." <br/>Aku dan Jeffyin sedang sarapan di cafetaria sebelum ujian di mulai. "Don't blame me, you're the one who invited me to play until midnight."<br/>"I need refreshing, so please understand."<br/>"Yes, I see, so let me just sleep for a bit before the exam starts" Aku mengelus pelan puncak kepalanya, seakan itu bisa mempercepatnya tertidur. <br/>"HEY TRAYNOR!" Teriak seseorang entah dari mana. <br/>Sontak Jeffyin segera bangun dari tidurnya, aku mencari si pengganggu tidur itu, dan demi Stella mccartney pria perpustakaan itu muncul dan berjalan ke arah kami. Aku tahu Jeffyin berteman dengan semua orang, tapi tidak yang bentuknya macam ini juga. <br/>Mereka berdua saling menyapa, mataku dan si pria perpustakaan bertemu sebentar, lalu aku segera mengalihkan wajahku. "A quelle heure es-tu rentré hier soir ?" Tanya Jeffyin pada pria yang duduk di sebelahnya, dia kembali menutup matanya karena mengantuk. <br/>"Je viens d'arriver." Jawab pria itu, matanya tertuju padaku, demi Tuhan buka matamu Jeffyin dan lihat apa yang dilihat temanmu. <br/>"Vous êtes fou." Ungakp Jeffyin dengan sedikit tawa.<br/>"Qu'est-ce que tu as fait toute la nuit pour avoir encore envie de dormir cet après-midi ?" <br/>Aku memainkan ponselku, mencoba tidak terlihat ingin tahu dengan obrolan mereka. <br/>"J'étais avec Rain toute la nuit."<br/>"Rain?" <br/>"ma petite amie" Jeffyin mengangkat jari telunjuknya ke arahku. <br/>"I'm not your girlfriend, Jeffyin." Jawabku singkat, Jeffyin hanya bergumam tidak tahu apa.<br/>"Then how about being my girlfriend?" Tanya orang gila ini. <br/>Segera Jeffyin membuka matanya dan menyadari temannya dan aku saling menatap. "Es-tu fou, il est à moi." <br/>"is it true?" Pertanyaannya di tujukan padaku. <br/>"I don't belong to anyone." Jawabku masih tetap fokus pada layar ponsel yang sedang tidak melakukan aktifitas apapun.<br/>"That's it." <br/>"Oh, Rain." Wajah Jeffyin memelas. <br/>"How did you get home that morning?" Pertanyaan yang benar-benar tidak aku mengerti. Jeffyin pun menatapku bingung. "I think you're drunk enough to go home alone." Mabuk? Kapan? Oh Tuhan, apa dia? "You were no longer beside me when I woke up." Detik itu juga petir menyambar begitu kecang di telingaku. <br/>Terima kasih pada dewi Fortuna yang telah menyelamatkanku dengan bell masuk. "I'll be late," ucapku lalu segera bersiap pergi, <br/>Jeffyin menggenggam tanganku meminta penjelasan. Aku mengecup singkat pipi Jeffyin lalu melepaskan tangannya dariku. Lebih baik kabur dulu sekarang. <br/><br/>Sincerely, Rain<br/><br/> "We must hurry to the library, Aubrey, lest we get another seat." Saran Arielle padaku saat ujian kami telah berakhir. <br/>"Yes, I agree." <br/>Kami berdua segera berlari secepat yang kami bisa, walaupun tujuanku bukan untuk mendapatkan tempat duduk. Sesampainya di perpustakaan, Arielle segera duduk di bangku yang kebetulan saja kosong, sial, aku berharap tidak ada bangku sampai kami harus berkeliling. <br/>"I want to find a book, my notes are incomplete." Pamitku pada Arielle, well, ini hanya sebuah alasan. <br/>Aku segera menuju tempat duduk kami kemarin, sangat yakin jika orang itu pasti ada disitu. Namun ketika sampai, aku mendapati orang lain yang sedang duduk di tempat itu. Harus kemana aku mencari orang itu? <br/>"So what book are you looking for?" Tanya Arielle saat aku kembali dengan tangan kosong.<br/>Aku melihat sekitar mencari jawaban, "Biography, but it doesn't exist." Aku berbohong.<br/>"Just browse, Aubrey. Don't trouble yourself." Arielle menyarankan lalu kembali membaca buku di hadapannya.<br/>"You are right." <br/>Aku sedari tadi sudah berfikir dan memutar otak untuk menemukan orang itu, tapi tak kunjung mendapatkan solusi. <br/>"Aubrey, looks like someone's looking for you." Ucap Arielle tiba-tiba.<br/>"Who?" tanyaku, aku melihat Arielle yang menatap seseorang di luar jendela perpustakaan. Saat mataku menangkap apa yang Arielle lihat, aku segera berlari keluar membawa semua barangku, "I'm going first, don't tell anyone I'm going with that person." ucapku pada Arielle. Entah mengapa aku memintanya untuk merahasiakan ini. <br/>"Hai, sweetie."<br/>"Follow me." perintahku pada orang itu sambil terus berjalan acuh melewatinya. <br/>Aku membawanya ke taman sebelah perpustakaan tempat aku dan Jeffyin bertemu. Tempat rahasiaku. "Please explain how I got there!" tanyaku menuntut penuh emosi. <br/>"I'll explain, but I need to know which part you want to hear." ucap orang itu begitu santai, mendudukkan dirinya di bangku taman ini. <br/>"Of course on the part how you take me." nada bicaraku tetap pada ketinggian yang sama. <br/>"I'll bet there are more interesting parts for you to hear and I can explain them in detail." mata orang itu menatap ku dengan cara yang tidak bisa aku jelaskan. <br/>Sebuah tamparan akhirnya mendarat di wajah orang itu. Aku segera meninggalkan tempat ini dan kembali ke kamarku. Dia berbohong, aku bangun dengan keadaan utuh, tidak mungkin.<br/><br/>Sincerely, Rain<br/><br/>Aku membuka mataku mendengar suara pintu kamarku di ketuk dengan begitu kencang, jam menunjukan pukul 11 malam. Aku tidak sadar tertidur saat bergulat dengan pikiranku sendiri. Suara itu makin kencang terdengar diluar sana, orang gila macam apa yang melakukan itu. <br/>Aku berjalan membuka pintu kamarku dan betapa terkejutnya aku melihat Jeffyin berdiri di sana dengan bau alkohol yang begitu menyengat, "Jeffyin." jeritku. <br/>Jeffyin berjalan gontai dan terjatuh tepat di atas tubuhku, aku mencoba menyadarkannya lagi. Mengguncang bahunya begitu kuat. "Jeffyin." ucapku yang akhirnya membuat Jeffyin terbangun. <br/>"Rain," ucapnya mengigau. <br/>"Stand up straight and walk to my bed now." ucapku memerintah. <br/>Jeffyin mencoba berjalan dengan benar ke arah ranjangku, aku menutup pintu kamar lalu menguncinya kembali. Jeffyin sudah terbaring tak karuan di atas ranjang. Aku membenarkan posisi tidurnya dan melepaskan sepatunya, ku coba merogoh kantung celananya mencari barang-barang yang bisa melukainya jika di bawa tidur. Aku menemukan kunci mobil, dompet dan ponselnya lalu meletakannya di atas lemari pendingin. <br/>Aku menatap wajah Jeffyin yang begitu tenang tertidur, sesekali masih mengucapkan sesuatu yang tidak aku pahami. <br/>"Explain why you are drunk."<br/>"I'm sorry, Rain."<br/>"An explanation, Jeffyin, I need an explanation."<br/>Jeffyin mengeluarkan nafasnya berat, "I just want to be with you, why is it so hard." ucap Jeffyin pelan sebelum benar-benar tertidur. <br/>Aku terdiam, tidak menemukan jawaban untuk pertanyaan itu.</p>