"Urang ge moal cicing wae. Tapi, urang nunggu momen yang tepat buat kasih dia pelajaran. Bukan apa-apa, urang juga pengen liat, dia serius ga kaya gini sama urang. Seberani apa dia sama urang," jelas Rizky.
Rizky masih diam tak menghiraukan owekataan Kania. Ia sibuk dengan buku-buku yang siapkan untuk belajar nanti. Kania pun mendekati Rizky dan menggebrak mejanya.
Brakk …
"Jadi gini? Berarti bener dong kalau kamu itu kacang lupa kulitnya!" racau Kania.
"Apa sih, Kan? Apa? Aku tuh capek. Capek karena sikap kamu yang nggak jelas gini. Mau tau kenapa aku nggak balas sms atau angkat telepon kamu? Karena aku malas sama kamu. Jujur aja aku tuh nggak ngerti kamu maunya apa. Apalagi setelah kamu memfitnah Kak Dinda di depan kakaknya sendiri, aku itu jadi nggak enak sama dia!" pungkas Rizky.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com