Bencana gempa yang terjadi di Kota Konoha menghancurkan kota itu dan menjatuhkannya ke dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Setengah bangunan yang berdiri di Konoha telah hancur. Sekolah tempat Naruto runtuh menjadi puing, sementara panti asuhan tempat Iruka tinggal mengalami kerusakan parah hingga anak-anak panti harus tinggal di tenda darurat. Bahkan gedung kantor pusat perusahaan milik Naruto pun mengalami kerusakan parah hingga Kakashi menyarankan Naruto untuk memindahkan kantor pusat ke ibukota. Namun Naruto menolak dan memilih untuk menyewa gedung yang masih relatif utuh yang selamat di Kota Konoha dan menjadikannya sebagai kantor pusat perusahaannya.
" Konoha adalah tempat di mana aku dibesarkan, tempat Paman Iruka dan seluruh saudaraku berada. Konoha adalah rumahku. Aku tidak akan meninggalkan Konoha yang sedang membutuhkan bantuanku. " ucap Naruto saat menolak usulan Kakashi.
Naruto memutuskan untuk kembali dan tinggal di Konoha beberapa bulan setelah gempa, sejak pemerintah menyatakan bahwa gempa telah benar-benar berakhir untuk memimpin perusahaan yang sedang dalam masa krisis dan sekaligus mengawasi pembangunan kembali gedung pusat perusahaannya. Meskipun gempa susulan berskala kecil sesekali masih terjadi, tapi keadaan sudah benar-benar aman untuk memulai pembangunan kembali. Tentu saja Naruto akan membantu pembangunan kembali panti asuhan tempat tinggalnya dulu.
" Haah.. Terserah kau saja. " jawab Kakashi, menyerah pada keputusan rekan kerjanya itu.
" Oya. Apa Sasuke akan ikut kembali ke Konoha? Mansionmu masih belum akan rampung pembangunannya. Mungkin baru akan selesai sebulan lagi. " tanya Kakashi.
" Tidak. Aku memintanya untuk tetap tinggal di ibukota bersama Boruto dan Sarada. Lagipula suasana Kota Konoha yang masih dalam tahap pembangunan dengan debu dan kotoran dimana-mana akan membahayakan kesehatan Boruto. Lebih baik mereka tetap tinggal di ibukota. " jawab Naruto.
" Oya. Rumah sakit milikmu itu benar-benar rusak parah. Pembangunannya kembali pasti akan memakan waktu dan biaya. " ucap Kakashi sambil mendesah.
" Gedung rumah sakit itu sudah diasuransikan jadi pembangunannya tidak akan menemui banyak masalah. Yang aku sayangkan adalah Nona Shizune Kato mengalami cedera parah dalam bencana gempa itu. Aku rasa aku harus menemukan orang lain untuk memimpin rumah sakit itu dan mengawasi pembangunannya. " keluh Naruto.
" Bukankah ada Nona Haruno? Suruh saja dia yang memimpin sementara. Lagi pula dia adalah rekan kerja Nona Shizune. Dia pasti lebih tahu apa yang harus dilakukan untuk rumah sakit itu. "
" Aku rasa kau benar. Aku akan meminta Nona Haruto menangani masalah rumah sakit. " Naruto menyetujui.
....
" Papa Naruto bilang dia tidak bisa menjemput kita hari ini. Mansion di Konoha masih perlu beberapa hari untuk finishing akhir. Papa bilang akan menjemput kita minggu depan. " ucap Sarada sambil menutup telepon.
" Aku dengar Naruto sedang mengawasi pembangunan rumah sakit. Karena pemerintah memberikan bantuan dana renovasi, maka pembangunan rumah sakit dipercepat. " Itachi menambahkan.
Sasuke menggeretakkan giginya menahan amarah.
" Kenapa Naruto tidak mau membawaku kembali ke Konoha? Dia malah sibuk sendiri dengan rumah sakit bodohnya dan menyuruhku tinggal di sini. Apa dia berencana untuk mencari perempuan Haruno itu di belakangku? "
" Mama Sasuke.. " Sarada beringsut menjauh melihat wajah marah Sasuke. Meskipun Sasuke masih terlihat sangat cantik, tapi hawa membunuh mengerikan yang menguar darinya membuat Sarada merasa ngeri.
" Mamama.. Mama.. " Boruto berceloteh dengan suara lucunya di pangkuan Sasuke, tidak peduli akan hawa mengerikan yang dikeluarkan Sasuke. Sepasang mata biru bulatnya yang jernih memandang wajah Sasuke dengan ekspresi polos. Kemarahan Sasuke langsung lenyap melihat wajah lucu dan imut Boruto yang begitu mirip dengan Naruto itu.
" Boru kecil.. Bagaimana bisa kau begitu mirip dengan Naruto? Gyaa.. Aku gemes sekali.. " Sasuke langsung meraih dan memeluk tubuh mungil Boruto di dadanya lalu menciumi wajah kecilnya. Selanjutnya Sasuke mengangkat tubuh Boruto tinggi.
" Mama.. Hahaha.. " Boruto tergelak dengan suara lucu saat Sasuke menciumi perut bulatnya dengan brutal.
" Berlebihan. " Itachi memutar bola matanya bosan melihat kelakuan Sasuke itu.
" Heh. Aku heran. Apa bagusnya Si Pirang itu hingga kau begitu tergila-gila padanya. Bahkan sampai sekarang kau masih saja menjadi budak cintanya. " gumam Itachi kesal.
" Kau bisa bicara seperti itu hanya karena belum merasakannya. Saat kau bertemu seseorang yang membuatmu jatuh cinta, kau akan mengenal dan merasakan sendiri! Aku akan tertawa atas kesialanmu saat hari itu tiba! " Sasuke menyumpahi Itachi.
" Cih! Aku bukan seseorang semacam itu. " balas Itachi dingin.
" Cukup bicaranya! Sarada cepat berkemas. Perawat! Kemasi barang-barang Boruto. " teriak Sasuke.
Tanpa membuang waktu Sarada dan perawat pengasuh segera berlari ke kamar untuk berkemas. Memangnya siapa yang berani melawan perintah Sasuke saat sosok cantik itu dalam mode iblisnya?
" Kak Itachi! Cepat bersiap dan antarkan aku ke Konoha! " perintah Sasuke. Sasuke menggendong Boruto lalu berjalan cepat ke kamar.
...
Sasuke mengawasi dari kejauhan saat dia akhirnya bisa melihat Naruto keluar dari ruang kantornya menuju ke bagian rumah sakit yang sedang direnovasi. Ada wanita berambut pink mengenakan jubah dokter berjalan di samping Naruto. Wanita yang dikenal Sasuke dengan nama Sakura Haruno.
" Perempuan itu! "
Sasuke menatap Sakura yang sedang berjalan mengiringi langkah Naruto. Wanita itu sengaja membuka dua kancingnya hingga dadanya terlihat dari blusnya yang sedikit terbuka di depan Naruto. Dia juga menggunakan kedok menjelaskan hal-hal di dalam kertas-kertas dokumen di tangan Naruto untuk selalu bisa berjalan sedekat mungkin dengan Naruto. Mata Sasuke berkilat marah saat melihat dengan jelas bahwa Sakura benar-benar berusaha mendekati Naruto.
" Si Pinky itu benar-benar cari mati! " Kuku-kuku Sasuke menancap di telapak tangannya saat dia mengepalkan tinjunya terlalu kencang, melampiaskan kemarahannya.
Tapi tiba-tiba senyum licik dan jahat terbit di bibir merah Sasuke. Matanya memancarkan kilatan jahat.
" Tidak! Bahkan mati adalah hukuman yang terlalu ringan untuk Pinky sialan itu! "
....
Hari masih sangat pagi saat Naruto baru saja masuk ke ruangan kerjanya di salah satu ruangan di rumah sakit yang sedang direnovasi itu. Mata birunya berkedip saat melihat buket bunga mawar merah di meja kerjanya.
" Siapa yang mengirimkan bunga padaku? "
Naruto memandang buket besar bunga mawar merah hati yang kini berada di atas meja kerjanya dengan perasaan heran. Naruto semakin heran karena tidak menemukan kartu atau apa pun yang bisa memberi petunjuk tentang orang yang mengirim buket mawar itu atau dari mana asal buket mawar itu berasal.
" Buket bunga seperti ini sangat mahal. Siapa orang yang menyia-nyiakan uang dan membeli bunga ini padaku tanpa membiarkanku mengetahuinya? " Naruto bergumam dengan dahi berkerut.
" Sudahlah. Orang itu mungkin sudah terlalu banyak uang. " Akhirnya Naruto menyerah untuk mencari tahu asal-muasal buket mawar merah itu.
" Atau orang itu sangat mencintaiku. Hehehe.. " Naruto tersenyum sambil mencium aroma bunga mawar merah itu. Wangi bunga semerbak mawar menyerbu penciuman Naruto dan mengisi paru-paru Naruto. Naruto sedikit mengernyit saat dia juga mencium aroma lain dari bunga itu saat dia menghirupnya, tapi dia segera mengabaikannya.
" Seandainya orang yang mengirim buket mawar merah ini adalah Sasuke.. Aku akan sangat bahagia.. " gumam Naruto sambil membayangkan wajah cantik Sasuke. Haah.. Tiba-tiba Naruto sangat merindukan pasangan hidupnya itu.
" Itu memang dariku. Aku senang kau menerimanya. "
" Sasuke? " Naruto kaget melihat Sasuke muncul dari ruang istirahatnya.
Ruang istirahat itu memang sengaja dibangun atas permintaan Naruto yang terpaksa menghabiskan waktunya di rumah sakit itu untuk memimpin renovasi rumah sakit. Hal itu karena pemerintah mengutamakan pembangunan kembali seluruh rumah sakit untuk menolong korban gempa dengan memberi bantuan dana renovasi. Naruto terpaksa menangani renovasi itu secara pribadi karena Shizune yang merupakan pemimpin rumah sakit cedera parah karena tertimbun di apartemennya yang roboh saat gempa. Sementara itu seluruh petinggi staf perusahaan Naruto yang lain sudah terlalu sibuk mengatasi masalah yang timbul sebagai dampak bencana gempa bagi perusahaan cabang yang dipegangnya masing-masing.
" Ini aku. Kenapa? Kau tidak senang melihatku? " tanya Sasuke.
Naruto memandangi sosok Sasuke yang berdiri di tengah ruangan dengan sikap arogannya dengan mata melotot. Tubuh Sasuke yang seksi tampak semakin menggoda dalam balutan gaun sutra merah darah yang dikenakannya. Gaun itu tanpa lengan dan hanya menggantung di pundak putih Sasuke dengan tali tipis merah yang terlihat seakan bisa putus kapan saja, memperlihatkan bahu dan kedua lengan kecil nan halus Sasuke. Potongan kerahnya yang sangat rendah memperlihatkan belahan dalam kedua gundukan payudara kembar Sasuke yang putih. Gaun itu begitu pendek hingga memperlihatkan hampir seluruh kaki Sasuke yang jenjang dan putih mulus. Gaun merah itu benar-benar menonjolkan keindahan semua bagian tubuh Sasuke.
" Sasuke.. " Bagikan tertarik medan magnet yang maha kuat, Naruto langsung berjalan cepat menghampiri Sasuke dan memeluknya.
" Aku sangat merindukanmu.. " Naruto mendekap tubuh seksi Sasuke ke dalam dekapannya.
Aroma harum yang menggoda menguar dari tubuh Sasuke saat Naruto memeluk tubuh Sasuke. Tanpa sadar Naruto menghirup aroma itu dalam-dalam, hingga paru-parunya penuh dengan aroma menggoda Sasuke itu.
Saat itu Naruto merasakan keinginan tak tertahankan pada Sasuke. Dia ingin mendorong lalu menindih Sasuke di bawahnya dan melampiaskan hasratnya. Jantung Naruto berdegup semakin cepat. Nafas Naruto menjadi terasa berat. Suhu tubuhnya pun dengan cepat meningkat.
Saat Naruto melihat wajah cantik Sasuke, melihat sepasang mata hitam jernih Sasuke menatapnya, dengan senyum menggoda yang tersemat di bibir merahnya, Naruto merasa akal sehatnya buyar. Hanya nafsu yang kini sepenuhnya telah mengambil alih dirinya.
" Sasuke.. " Suara Naruto terdengar serak.
Sesaat kemuadian Naruto meraih wajah cantik Sasuke lalu mencium bibir Sasuke dengan rakus. Sasuke membalas ciuman itu tidak kalah ganas.
" Mmhh.. Enghhh.. " Erangan nikmat terdengar di antara kecipak basah saat kedua insan itu saling memagut. Hisapan dan jilatan mewarnai pergulatan keduanya. Sesaat kemudian keduanya sudah tenggelam dalam nafsu dan gairah mereka.
Semua peralatan tulis dan dokumen di atas meja terlempar saat tangan Naruto menyapunya dengan tangannya. Setelah itu Naruto meraih tubuh Sasuke lalu membantingnya ke atas meja kerjanya yang besar.
" Mphh.. Mmmhh.. Na.. Mphh.. "
Sasuke tidak bisa berucap banyak saat Naruto kembali menginvasi mulut kecilnya dengan ciuman ganasnya. Dia hanya bisa membalas ciuman Naruto sebisanya. Selanjutnya ciuman Naruto menjalar ke leher Sasuke. Segera jejak merah mewarnai leher Sasuke.
" Arghhh.. Sakit.. Hahhh.. " Sasuke mengerang saat Naruto menggigit pangkal bahunya dengan kuat. Namun selanjutnya dia mengerang nikmat saat Naruto menjilati bekas gigitan itu, mencium dan menghisapnya, berlanjut ke leher, bahu dan dadanya.
Wreck! Suara robekan terdengar dan selanjutnya gaun merah itu menjadi dua sobekan kain yang segera terpuruk di lantai. Naruto menjilat bibirnya lalu menyeringai melihat tubuh seksi yang kini terekspose seluruhnya. Ternyata Sasuke hanya mengenakan gaun merah itu sebagai satu-satunya penutup tubuhnya. Setelah gaun itu terkoyak oleh Naruto, Sasuke kini telanjang bulat seperti bayi baru lahir. Hanya saja Sasuke terlihat tidak seperti bayi, tapi terlihat seperti seorang wanita dengan kecantikan bagaikan iblis dengan aura seksi yang luar biasa.
Mata Naruto menatap tubuh seksi Sasuke dengan penuh nafsu. Segera sepasang gundukan payudara besar dengan puncak kemerahannya langsung menarik minatnya. Tanpa menunggu, kedua tangan Naruto meremas gundukan kenyal itu lalu meraup salah satu puncak kemerahan itu ke dalam mulutnya.
" Ahhh.. Naru.. Enghhh.. " Erangan dan lenguhan nikmat lolos dari mulut Sasuke. Hisapan kuat Naruto di nipplenya membuat Sasuke merasakan nikmat luar biasa. Tanpa sadar dia memeluk kepala Naruto erat, membenamkannya ke payudaranya, mengharap sensasi lebih dari semua yang dilakukan Naruto pada kedua payudaranya. Narto merespon dengan remasan, jilatan dan hisapan di kedua payudara kenyal itu yang membuat merasa Sasuke dimanjakan dalam kenikmatan.
" Ahh.. Naru.. " Sasuke tersentak saat merasakan sentuhan di lubangnya, menambah sensasi nikmat yang dirasakannya. Tarian jemari Naruto di lubang intimnya membuat Sasuke gila. Kenikmatan dari tiga titik tubuhnya sekaligus membuat tubuh Sasuke mengelinjang. Ini terlalu.. nikmat.
" Aahhh! " Sasuke berteriak. Sasuke mencapai puncaknya. Segera cairan mengalir dari lubang intim Sasuke, membasahi tangan Naruto.
Naruto menyeringai melihat Sasuke yang kini terkapar lemas. Sepasang mata hitamnya terlihat tidak fokus, masih tenggelam dalam eforia klimaksnya. Dadanya naik turun dengan cepas sementara nafasnya terdengar menderu. Tubuh Sasuke yang normalnya berkulis seputih salju, kini terlihat merona kemerahan, bagaikan buah matang yang lezat. Naruto menjilat bibirnya. Matanya melihat tubuh Sasuke dengan tatapan lapar.
" Aaarghh! " Sasuke kembali berteriak saat Naruto langsung memasukinya meskipun lubang intimnya masih sangat sensitif akibat klimksnya barusan.
" Mmmhhh... " Tubuh Sasuke gemetar saat benda besar dan panjang Naruto menerobos masuk dengan sekali hentakan kuat, membuka tubuhnya dengan paksa, menyentuh semua titik nikmat di dalamnya dengan sekali jalan. Perasaan nikmat luar biasa itu membuat Sasuke membeku, tanpa sadar Sasuke mengepalkan kedua tangannya, dan menggigit bibirnya hingga berdarah. Namun Naruto tidak mempredulikan semua itu. Lubang hangat dan ketat Sasuke tempat penisnya bersarang serasa meremasnya dan menghisapnya, membuatnya sangat nikmat namun belum memuaskannya. Naruto merasakan nafsunya menggelegak tak terkendali untuk merasakan lebih dan lebih lagi. Dan seiring dengan itu Naruto pun mulai menggerakkan pinggangnya, menggali kenikmatan dari gesekan kulit sensitifnya dengan dinding lubang Sasuke yang ketat dan hangat.
" Ack! Tunggu.. Naru.. Ahhh.. " Sasuke berteriak saat Naruto mulai bergerak dengan sangat brutal dan kasar. Benda besar dan panjang itu menghujaminya dengan kejam. Ada rasa sakit yang mendera setiap kali Naruto menabraknya dengan keras. Namun rasa nikmat pun dirasakannya saat penis besar itu menggesek semua titik nikmat dalam lubangnya.
" Sasuke.. Kau sangat nikmat.. " Naruto sambil terus bergerak. Dia menyeringai puas melihat Sasuke yang terlihat kewalahan dengan semua yang dirasakannya. Mata Naruto tergoda saat melihat kedua payudara besar Sasuke yang bergerak dan berayun cepat seiring sodokan yang dilakukannya. Dia tidak menahan keinginannya untuk meremas kedua payudara Sasuke itu dengan kedua tangannya.
" Ahh! Tidak! Lepass! Ahhh! "
" Argh! Naru! Kau.. Sialan! Arghhh! " Lubang intimnya yang terasa sakit dan nikmat dalam waktu bersamaan sudah membuat Sasuke kewalahan. Kini kedua payudaranya pun terasa nikmat luar biasa saat Naruto meremasnya hingga nipplenya tegang hingga berereksi. Sasuke menjadi gila dengan semua sensasi yang dirasakannya.
" Itu sangat mengundang.. " Naruto menyeringai melihat kedua nipple Sasuke yang terlihat tegak dan mengeras, bagaikan dua buah anggur merah ranum yang siap dimakan. Dan Naruto pun meraup salah satunya ke dalam mulutnya.
" Aaaarghhhh! " Sasuke menjerit mencapai puncaknya begitu merasakan nikmatnya hisapan Naruto di nipplenya.
" Ack! Sasuke! " Naruto pun menyusul mencapai klimaksnya saat merasakan lubang Sasuke yang meremasnya kuat saat Sasuke mengalami klimaksnya. Naruto mencurahkan semuanya ke dalam lubang Sasuke tanpa menahan diri sambil memeluk tubuh Sasuke dengan erat. Untuk beberapa lama, Naruto berpelukan erat, menikmati sensasi nikmat penyatuan mereka.
BRUAK! Brugh!
Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka paksa lalu disusul dengan suara benda jatuh. Naruto menoleh ke arah sumber suara. Naruto heran menemukan sebuah lemari pakaian yang belum pernah dilihatnya berada di salah satu sudut kantornya tanpa dia sadari sebelumnya. Namun yang lebih mengejutkan, dia melihat Sakura tergeletak pingsan dengan darah mengucur dari hidungnya. Sementara kedua tangannya terikat di belakang tubuhnya. Kakinya juga terikat. Dan yang lebih mengejutkan lagi Sakura dalam keadaan telanjang bulat.
" Nona Haruno? " Naruto kaget melihat Sakura.
" Itu memang dia. " sahut Sasuke dengan suara malas.
Pikiran Naruto bergerak cepat. Matanya membola saat sebuah pikiran melintas di otaknya.
" Apakah sejak tadi Nona Haruno ada di dalam lemari dan melihat kita? " tanya Naruto dengan perasan gugup dan malu.
" Tepatnya sejak semalam. Aku yang mengikat dan mengurungnya di lemari itu. Aku telah membakar semua pakaiannya hingga dia tidak berani keluar untuk melarikan diri. " ucap Sasuke tanpa beban.
" A-Apa? Tapi kenapa? " tanya Naruto.
" Agar dia bisa melihat dengan kepalanya sendiri bahwa kau adalah milikku! Dan semua usahanya untuk mendekatimu adalah perbuatan yang sia-sia. " jawab Sasuke.
Naruto menatap Sasuke dengan perasaan ngeri. Sakura telanjang bulat di dalam kantor miliknya, atasannya semalaman. Naruto bisa membayangkan perasaan malu dan ketakutan yang dirasakan Sakura hingga membuat wanita itu betah berada di dalam lemari pakaian untuk bersembunyi. Sasuke benar-benar kejam saat berurusan dengan orang yang dianggapnya sebagai musuh. Naruto berjanji akan menjauhkan dirinya dari wanita mana pun, agar tidak ada wanita lainnya yang akan menjadi korban keganasan dan kekejaman Sasuke.
Sasuke meraih leher Naruto dan menariknya hingga Naruto membungkuk, hidung mereka bahkan bersentuhan. Sasuke mencium Naruto dengan penuh gairah dan Naruto pun membalasnya tanpa ragu.
" Aku akan menyingkirkan semua orang yang berani mendekatimu atau punya niat untuk memilikimu! Karena kau adalah milikku, Naruto! Selamanya kau adalah milikku! " putus Sasuke mutlak dan tidak dapat digugat.
Naruto tersenyum mendengar ucapan Sasuke itu.
" Tentu saja. Aku adalah milikmu. Selamanya. " ucapnya sambil kembali mencium Sasuke lalu memeluk tubuh Sasuke.
Sasuke tersenyum puas mendengar jawaban Naruto.
" Kau milikku, Naruto... Selamanya adalah milikku.. "