webnovel

Pohon

Tae mematikan lampu di ruang makan . Hari sudah menjelang sore, matahari juga sudah mulai memancarkan cahaya jingga. Ruangan cukup gelap. Tae duduk di sudut ruangan menunggu Emma. Kalau tebakannya kali benar, Emma pasti akan keluar dari persembunyiannya tanpa ia cari. Ia cukup menunggu, Emma pasti kembali karena ia takut hari sudah gelap.

Tak lama setelah lampu mati...

“Grosakkk!Gusraak!! Bruugh! Awww...!!” ada bunyi sebuah benda jatuh ke tanah dengan keras

“Awww... ssshhh.. aahh... aaawww... booty akuuh cakiit... aahh... Uhuuk.. kok gelap.. aku takuut..” Emma masuk ke dalam ruang makan karena pintunya terbuka tapi ia melihat ke dalam itu gelap. “Noona G...?" bisiknya

“Cetak!” suara saklar lampu dan sekejap ruangan menjadi terang benderang.

“Ngumpet di mana!!??” bentak Tae. “Sudah berani ya berbuat nakal lagi? Kabur lagi! Menghilang lagi! Kangen dengan rotan ini?” Tae mengacungkan rotan yang dulu pernah dibuang.

“Uhuuk..huuks... a..aku taaakuuut.. uhuuuk.. aku takuut...” badan Emma bergetar hebat. Ia memang takut sekali dengan jarum suntik. Respon untuk berlari dan ngumpet didorong oleh trauma masa lalunya.

“Tuan... ampuni Emmaaa...” Emma berlutut di hadapan Tae sambil terus menangis. Tae iba melihat Emma sangat takut. Ia mendekat dan melihat banyak daun di dalam rambut Emma dan bajunya kotor dengan getah dan daun kering. Juga beberapa semut.

“Emma ngumpet di atas pohon?” tanya Tae lembut.. dan Emma mengangguk. “Emma takut disuntik?”

“Iyy.. iyaaa.. uhuuk.. uuwwuu.. uuuwww... huwaaaa... ampuuun... jangan pukul sekarang.. booty Emma sakit tadi jatuh ke tanah.. huuuwww.. besok saja kalo udah sembuh...”

Tae menahan tawa, gadis liar dan lugunya ini jadi sangat menggemaskan.

“Ayo sini berdiri... ada semut di bajumu... Lihat banyak daun dan ranting menyangkut di rambut.”

“Emma pegal menunggu dokter cantik itu pulang.”

“Siapa suruh ngumpet di pohon?”

“Kalo ngumpet lagi di kolong meja kan bakal ketahuan, di balik gorden juga...” kata Emma menyindir Tae. Karena Emma melihat semua yang Tae lakukan ketika mencarinya sebelum lampu dipadamkan.

“Eeehhh... bisa nyindir ya anak nakal! G! Bersihkan Emma saya tunggu di kamar, jangan lama-lama!”

“Baik Tuan..”

G membawa Emma ke kamar untuk mandi dan ganti baju tidur.

“Emma cari apa di lemari?”

“Noona G tolongin aku... Emma mau pakai 10 lapis celana agar booty Emma aman dari rotan hantu itu!”

“Rotan hantu?”

“Iya rotan itu sudah hilang kenapa datang lagi? Hantu kan namanya...?”

“Bukan hantu... rotan itu diambil Park dan di kembalikan pada tuan Tae atas permintaan tuan Tae.”

“Noonaaaa... G... tadi aku jatuh dari pohon, booty aku mencium tanah.. cakiiieeet...”

“Aku kasih balsem yaaa?” Emma menurut karena ternyata booty Emma memar dan membiru.

“Aww.. aaahh... aww.. cakit nooonaaaa...” teriak Emma

“Yuuk sudah. Gak usah pake celana lapis nanti malah sakit karena tertekan. Nanti nona akan bilang hukumannya yang lain saja. Ayo, nanti tuan Tae marah.”

Dengan berjalan gontai Emma menghampiri Tae yang sedang duduk di sofa.

“Mengapa jalannya lama sekaliii? Seperti siput?!”

“A.. aku gak bisa jalan.. booty aku sakiiit... uhuuk.. uhuukk..” kali ini Emma sungguhan sakit jika ia berjalan dengan cepat.

“Beneran? G apa benar begitu? Kenapa?” tanya Tae bingung

“Tadi nona Emma jatuh dari pohon, bootynya dulu.. tadi saya lihat memar dan membiru...”

“Nanti diperiksa sekalian. Masuklah Stacey!”

Team medis ternyata belum pulang ambulans hanya bergerak ke garasi pintu belakang untuk menipu Emma. Begitu melihat rombongan dokter Stacey Emma panik dan berusaha kabur, tapi karena jalannya susah akhirnya Emma jatuh ke depan, untung di tangkap oleh Tae dengan cepat.

“Aaahh..aahh..aaaaa...”

“Gadis bodoh, kakimu kan lagi sakit tak bisa berjalan, malah mau lari. Kalau tak kutangkap wajahmu akan menabrak kursi!”

“Aku takut Tuan... uhuuuuhhhuuu...”

“Tidak sakit kok Emma,” bujuk dr. Stacey

“Kalau aku peluk pasti berkurang sakitnya.... ayo...”

“No.. nooo.. uhukk... nooooo!” Emma meronta tapi tenaganya tak sebanding dengan Tae. Dengan sekali angkat Tae bisa mengangkat Emma ke pangkuannya dan memeluknya erat.

“Berikan tangannya.. ayo Emma...” bujuk Tae. “Kalau Emma pintar nanti kita makan Ice cream dan coklat..”

“Nooo... huwwaaa....”

“Lakukan dengan cepat Stacey...!”

Dan drama suntik vaksin ini berakhir dengan lancar walau sedikit tragedi, bahu Tae digigit oleh Emma karena menahan sakit.

“Aaaawww.... ah lepas Emmaa...!!!”

“Hahhaha... gadis kecilmu punya pertahanan yang luar biasa... hahahha... aku suka dengannya. Lihatlah kau kalah!” ledek dr.Stacey dengan puas

“Hmmm...”

Emma masih terisak dan tak mau bergerak sama sekali, ia mematung dan menatap Tae sadis.

“Kenapa? Kenapa menatapku begitu?”

“Tuan Tae nakal... aku mogok gerak!” ancam Emma sambil menatap marah. Tapi justru Tae merasa lucu dengan muka itu.

“Mogok gerak? Jadi kau tak mau bergerak lagi sekarang? Tetap di pangkuanku?”

“Hmmm...” masih bermuka galak

“Oh baiklah.. tak masalah...”

“Oh... baiklah jika kalian masih mau saling menatap, aku pulang dulu yaa... untuk memar di sana berikan salep ini ya G. Sehari 3x setelah mandi. Dan ini penghilang rasa sakit jika dibutuhkan. Bye Emma... Dan kau Tae, belajar untuk lembut!” dr. Stacey mengingatkan

“Oukey G, anak ini tak mau turun dari pangkuanku dan sekarang sambil melotot ke arah aku.”

“Nona Emma.. jangan marah lagi yaaa.. Yuuk kita ke kamar, tuan Tae capek seharian bekerja.”

“No... aku.. aku ngantuk,” lalu Emma memeluk Tae dan memejamkan mata.

Tak sampai 5 menit Emma tertidur dan Tae tetap memeluknya.

“Biar saya bawa tuan ke kamar,” bisik G

“Biarkan... sepertinya dia ngantuk karena pengaruh obat. Apa benar tadi Emma jatuh?”

“Benar tuan..”

“Panggilkan paman Wong...”

Sekejap Paman Wong datang membawa susu strawberry hangat dan teh camomile untuk Tae.

“Ada apa tuan Tae..?”

“Besok perintahkan tukang kebun untuk meletakkan kawat berduri di setiap batang pohon besar sekitar manssion yang sekiranya bisa dipanjat oleh Emma!”

“Baik tuan, besok kami kerjakan.”

“Dan siapkan kursi yang empuk buat Emma duduk sarapan besok!”

“Baik... Sudah seharian nona Emma baru minum 1 kota susu tuan. Ini susu ke-2nya.”

“Letakkan saja di meja.”

“G... mengapa Emma memeluk sangat erat? Apa ia tak tidur? Coba lihat matanya?”

“Nona Emma tidur, matanya terpejam tuan. Memang nona Emma harus memeluk sesuatu agar mudah tidur. Kemarin saya belikan teddy bear besar untuk ia peluk. Sebelumnya ia memeluk saya untuk bisa cepat tidur.”

“Oh begitu...” G mengambil susu strawberry dan menusukkan sedotannya.

“Untuk apa G? Emma masih tidur?”

“Letakan saja sedotan ini ke dalam mulutnya nanti tetap dihisap abis kok, seperti bayi.. hihihihi...”

“Apa benar begitu? Kok kamu tahu?”

“Saya pernah mencobanya. Sebab seharian Emma menangis dan tertidur tanpa makan dan minum. Saya khawatir nona Emma sakit, lalu saya coba seperti itu, dan berhasil.”

“Oh yaa.. akan aku coba, sini susunya...” Tae mencoba memasukkan sedotan dari ujung bibir Emma dan setelah masuk Emma menghisap habis susu itu hingga habis tanpa bangun dari tidurnya. “Hihihihihi.. lucu sekali gadis ini.. seperti bayi.

Tae membawanya ke atas kasur dan meletakannya perlahan dan meletakan boneka beruang untuk menggantikannya.

“Aku mau mandi, biarkan ia tidur di sini. Jaga sampai aku selesai mandi.”

“Baik tuan Tae.”

Tertumben sekali Tae mengizinkan seseorang tidur di atas ranjangnya. Dan orang itu adalah Emma.