"Tidak apa-apa. Ayolah, aku juga haus." Erlangga berdiri di samping sang perempuan dan mendekap bahu Gendhis tiba-tiba seolah ingin menunjukkan kepemilikannya pada semua pria. Sepasang mata Gendhis melotot tajam pada pria yang berbuat seenaknya. Erlangga sengaja tidak melihat Gendhis karena dia tahu perempuan itu sedang mengutuknya dalam hati.
"Sejak kapan kamu sudah bertunagan, Ndis? Kok aku tidak dikabari?" Ekspresi Ali terlihat jelas. Sebenarnya Ali sudah jatuh hati pada Gendhis sejak awal mereka bertemu. Namun, dia tidak diberi kesempatan untuk mendekati Gendhis karena perempuan itu tidak memberinya nomer ponsel yang bisa dihubungi. Mereka hanya bisa bertemu mendadak setiap di Monas untuk lari pagi ataupun sore.
"Belum lama. Aku dan Erl juga belum lama bertemu tapi dia langsung mengajakku bertunangan." Jawab Gendhis polos.
"Dan sebentar lagi kita akan menikah. Bukan begitu, sayang?" Ujar Erlangga sambil mengedipkan satu mata pada Gendhis.
Gendhis merasa heran dan bingung.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com