webnovel

148. Ingin Rujuk

"Sayang, jangan dengarkan apa kata dia. Aku tidak peduli dengan tanah itu lagi." Ucap Erlangga pada Gendhis yang memasang wajah sungut.

"Iya," Gendhis sebenarnya merasa kalau dia sedikit keterlaluan pada pria itu. Enah mengapa wajah pria tinggi besar itu mudah membuatnya emosi.

Erlangga dan Gendhis pun melanjutkan makan pagi mereka. Abi yang masih menyusui, hanya menunggu kedua orangtuanya makan dari stroller yang menjadi rumah berjalannya di Batam. Sejak awal pertemuannya dengan pria bernama Daniel, Gendhis tidak suka dengan cara bicaranya yang terkesan meremehkan. Dan, sejak saat itu, Gendhis selalu menjauhi pria itu dengan alasan apapun. Ditambah lagi, Erlangga mendukungnya untuk tidak bermuka manis pada pria itu walau dia adalah pemilik tanah yang jauh-jauh diincar Erlangga.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com