"Ilham kenapa, ya? Dia mau ngomong apa? Kok nada bicaranya kayak sedikit panik gitu?"
Sheila memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Ia kembali ke dalam kelas, setelah izin pergi ke toilet hanya untuk mengangkat telepon dari Ilham.
"Lho, dosennya mana, Feb?"
"Udah keluar satu menit yang lalu" jawab Febi tanpa menoleh ke arah Sheila.
"Lo lagi ngapain, sih? Keliatannya fokus banget?"
"Lo liat deh, gue lagi ikutan aplikasi pencari jodoh."
Sheila membelalakkan bola matanya. "Aplikasi pencari jodoh? Emangnya lo udah kekurangan stok cowok atau nggak percaya sama takdir, sih? Kok bisa-bisanya ikut aplikasi beginian?"
"Gue cuma iseng-iseng aja. Tapi kalau keisengan gue ini ternyata membuahkan hasil, nggak ada salahnya gue coba."
Sheila tak mampu berkata apa-apa selain menggelengkan kepala. Semenjak berpisah dengan Maxim, Febi memang terlihat jauh lebih aneh.
Sheila sempat berpikir kalau Febi kesepian dan membutuhkan pendamping untuk menuangkan segala beban hidupnya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com