Sudah dua puluh menit sejak kejadian tadi. Namun Sheila masih enggan untuk buka suara. Gadis itu masih terdiam, bahkan tidak menoleh ke arah Ilham sedikit pun.
"Sayang, kamu masih marah, ya?" tanya Ilham, untuk kesekian kalinya.
"Maafin aku, Sayang. Aku juga nggak tahu, kalau cewek yang hampir kita tabrak itu adalah Sisil."
"Tapi pas kamu tahu, kenapa kelihatan akrab, banget? Kamu masih sayang sama, dia?"
Ilham menggeleng cepat dengan ekspresi wajah cemas. "Aku udah nggak ada perasaan apa-apa lagi sama dia, Sayang. Yang aku sayang sekarang itu, ya cuma kamu. Nggak ada yang lain."
"Bohong! Kamu keliatan akrab banget sama dia. Terus yang aku liat, kamu kayak kangen gitu."
"Ya ampun... aku sama sekali nggak gitu, Sayang. Aku udah lupain, semua mantan-mantan aku. Lagian kita juga udah, tunangan."
"Jadi, kalau kita belum tunangan, kamu mau balikan lagi sama Sisil?"
"Nggak, Sayang. Bukan gitu maksud, aku."
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com