webnovel

Di balik wajah yang polos

Ponsel berbunyi untuk yang ke sekian kalinya. Dini pun masih merasa enggan untuk menerima telepon dari siapa pun, terutama Bara.

"Kenapa tidak kau angkat?" tanya Riki.

"Aku tidak ingin bertengkar, Riki. Saat ini aku hanya ingin istirahat. Kenapa kau malah bawa aku ke sini lagi?" sahut Dini.

"Rumah sakit adalah tempat terbaik untuk istirahat. Lagi pula, kau mengalami gejala dehidrasi, kurang cairan, kata Dokter. Kondisi seperti itu sangat bahaya buat kesehatan ibu hamil dan juga perkembangan janin. Kau harus ingat itu!"

"Iya," sahut Dini, tidak ingin membantah lagi.

Ponsel kembali berdering dan kali ini Riki beranjak bangun, lalu mengambil tas milik Dini. Tanpa merasa canggung, ia segera meraih benda pipih berwarna ungu itu dan menyerahkannya pada perempuan yang tengah diinfus kembali tersebut.

"Angkatlah! Sudah beberapa hari ini kau menghilang tanpa memberi tahu teman-temanmu. Takutnya mereka khawatir," ucapnya.

"Makasih," sahut Dini.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com