webnovel

Sex With You [21+] END

MaharaniAlexandra · Histoire
Pas assez d’évaluations
17 Chs

Chapter 11

Jangan lupa vote di part sebelumnya yaa ( ˘ ³˘)♥

"Kalau begitu jadilah istriku, menikahlah denganku."

*

Monalisa duduk termenung disofa besar empuk yang berada di dalam kamarnya. Sudah pukul 02.40 subuh dini hari, dan ia belum juga bisa tertidur karena memikirkan ucapan Morgan tadi yang terlontar begitu saja.

Mulutnya tak sanggup berucap, harusnya ia bisa saja dengan mudahnya menolak pria itu. Tapi entah mengapa lidahnya sama sekali tak bisa berkutik, pita suaranya seakan mati begitu saja. Terlebih saat Morgan menatapnya begitu dalam dan seperti ingin menunjukan sesuatu padanya yang tidak ia pahami.

"Dia pasti sudah gila." Monalisa bangkit dari sofa dan langsung menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang.

"Ya, dia sudah gila. Laki-laki itu pasti sudah gila" ucapnya seorang diri sambil menatap langit-langit kamarnya, dan tak terasa ia pun tertidur.

*

08.00 pagi

Monalisa yang sudah keluar dari halaman mansion mewah Morgan dengan hanya membawa satu koper berisikan baju-baju pun telah memberhentikan sebuah taksi.

Ia berniat untuk langsung pergi ketempatnya melamar pekerjaan.

"Biar paman bantu." Sopir taksi itu pun membantu Monalisa untuk memasukan kopernya, dan disaat ia yang akan masuk kedalam taksi tersebut...

"Tidak akan ku biarkan kau pergi dariku." Tangan besar Morgan telah menahan pergelangan Monalisa dan menariknya keluar dari dalam mobil.

"Morgan? Lepaskan, aku harus pergi sekarang." Minta Monalisa dengan sedikit menarik paksa tangannya.

"Tidak. Hei kau? Turunkan kembali kopernya dan segera pergi." suruh Morgan pada sang sopir yang langsung dilaksanakan.

"Kau ini kenapa? Sibuk sekali mengurusiku" Omel Monalisa saat taksi tadi telah tiada.

Morgan melipatkan kedua tangannya di dada. "Apa yang kau pikirkan? Kau pikir diluar sana aman? Kau saja ku beli dari hasil penjualan manusia, kau mau di culik dan dijual lagi pada orang lain? Hm?"

Benar. Monalisa lupa akan itu, bahkan ia sendiripun belum begitu tahu dan mengenal tempat di kota itu.

Namun gengsinya yang tinggi itu tidak mau kalah, ia menarik kopernya dan berjalan menjauhi Morgan.

"Terserah aku, lagi pula kau pun orang lain bagiku." Ucapnya jutek dan langsung melangkah cepat.

"Pergilah. Jangan berharap aku akan mengejarmu seperti di drama-drama" teriak Morgan yang masih bisa didengar oleh Monalisa.

"Dasar penjahat kelamin." Maki Monalisa untuk Morgan. Semakin jauh ia berjalan, Morgan semakin menyipitkan matanya.

"Apa dia serius? Dasar wanita keras kepala." Walau sudah mengatakan keras kepala, Morgan pun berlari untuk mengejar Monalisa yang sudah cukup jauh.

"Melawan sekali kau ini." Dan tanpa aba-aba ia mengangkat dan membawa Monalisa kedalam gendongannya.

"Ko-koperku... Turunkan aku, kenapa sih kau ini? Turunkan aku, aku tidak mau.." Berontak Monalisa yang tidak mau berada didalam gendongan Morgan. Sebenarnya ia malu, karna sekarang ia bisa melihat wajah Morgan dari jarak yang begitu dekat. Dan itu membuat matanya tak tahan untuk memandangi, oh rahang kokohnya. Tidak tidak, Monalisa bergeleng kepala secepat mungkin.

Morgan terus berjalan memasuki pekarangan rumahnya dan langsung mendapatkan begitu banyak hormat dari puluhan anak buahnya yang menunduk dan tak berani mengangkat kepala mereka.

Sedikit heran. Jadi ini yang Morgan dapatkan setiap harinya? Pantas saja Morgan begitu tak suka saat Monalisa tidak sopan padanya dulu, pikir Monalisa.

Baru saja akan memasuki pintu utama, Bruno dengan mobil mewahnya sudah muncul dan parkir dipekarangan.

"Monalisa? Dia kenapa?" Tanya Bruno yang mengira bahwa telah terjadi sesuatu pada Monalisa.

"Tanyakan saja padanya." Morgan sesegera mungkin menurunkan Monalisa yang sudah mempoutkan bibirnya kesal.

"Hei..kau kenapa?" Tanya Bruno begitu halus sambil mengusapi pucuk kepala Monalisa. "Dia menahanku, aku ingin pergi dari sini." Adunya pada Bruno.

"Kenapa? Disini kau aman dan terjamin, coba pikirkan kembali." Monalisa bergeleng-geleng kecil dan tertunduk.

"Dia mengajak ku untuk menikah, dan aku menjadi semakin tidak nyaman disini."

Bruno melotot kaget. "Menikah? Kau serius?" Tanyanya memastikan dan mendapatkan anggukan kecil sebagai jawaban.

"Ini gila. Seorang iblis ingin menikah? HAHAHA, DIA GILA" Monalisa sampai terlonjak kaget saat Bruno memecahkan tawanya.

"Ssst.. Diamlah, kita bisa mati jika ketahuan sedang membicarakannya disini. Secepat mungkin Bruno menutup mulutnya. Ia benar-benar merasa geli, bagaimana bisa sahabat anehnya yang sangat amat kejam bagai dewa kematian itu ingin mengajak seorang wanita untuk menikah? Dunia akan berakhir.

Namun, sepertinya ini bisa membuktikan satu hal. Apa Morgan benar mencintai Monalisa atau tidak. Batin Bruno berbicara, ia pun mulai terpikir akan ide-ide manis.

"Sudahlah, kau tinggal saja bersamaku. Kau mengurus rumahku dan sebagai gantinya aku akan menggajimu. Lagi pula aku sangat jarang dirumah. Bagaimana, kau setuju?"

Monalisa begitu senang dan bersemangat. Ia berlompat-lompat dan langsung memeluki Bruno. Bruno terasa seperti kakak laki-laki bagi Monalisa, saudara laki-laki yang baik hati dan terus menjaganya.

"Ayo pulang kerumah, kita sarapan dirumah saja." Dan Bruno pun membawa Monalisa pergi dari sana tanpa persetujuan Morgan. Jangan kira Morgan tak melihatnya, ia sedari tadi melihat dari kejauhan interaksi antara Bruno dan Monalisa yang begitu akrab dan manis.

"Ternyata ada yang saling mencintai disini." Tutur Morgan sinis tanpa sebuah senyuman. Ia mengira kedekatan antara Bruno dan Monalisa adalah sebagai sepasang kekasih.

*

09.00 malam

Karena mengira Bruno hanya membawa Monalisa pergi jalan-jalan sebentar, Morgan pun sampai tidak makan seharian ini karena menunggu kepulangan Monalisa. Berjam-jam lamanya ia duduk dimeja makan seorang diri sampai sudah mengganti 5 kali menu makanan hari ini yang sama sekali tak tersentuh.

Pria itu benar-benar sedang menahan amarahnya. Hari ini ia seperti orang gila yang duduk dan tak berpaling dari meja makan hanya karena menunggu kepulangan Monalisa hingga larut malam seperti ini.

Merasa kesal dan bodoh dengan apa yang ia lakukan, Morgan pun berdiri dan berniat untuk pergi bersenang-senang malam ini. Tapi baru saja ia melangkah untuk menaiki anak tangga yang menuju ke kamarnya, pintu utama rumahnya itu terbuka dan menunjukan sosok Monalisa yang sudah mengganti pakaiannya dengan sebuah gaun indah berwarna putih, juga sepatu yang berwarna senada.

Tak bisa Morgan pungkiri, Monalisa nampak sangat cantik malam ini.

"Dari mana saja kau seharian ini?" Tanya Morgan dengan suara khasnya yang berat sambil berjalan menuju Monalisa.

"Aku berada dirumah Bruno, aku kemari hanya untuk mengambil tas ku saja dan segera kembali kesana." Jawab Monalisa begitu mantap tanpa melihat bagaimana mimik wajah Morgan saat ini.

"Kau akan tinggal bersama Bruno?" Tanya Morgan kembali saat Monalisa berjalan melewatinya.

"Ya!" Sungguh singkat.

"Pakaian mu itu dia yang membelikannya?" Morgan mengikuti Monalisa yang sedang berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Ya!"

"Kalian sarapan dan makan malam bersama tadi?" Morgan terus mengikuti Monalisa dari belakang sambil terus bertanya.

"Ya!"

"Kau menyukai Bruno sahabatku itu?"

"Ya!" Astaga Monalisa, ia sungguh membuat Morgan merasa ada gejolak aneh di hatinya. Seperti perasaan tak suka dan sedikit panas.

Monalisa membuka pintu kamarnya dan segera masuk untuk mengambil tas yang ia maksud tadi. Namun,

BRAK!

Pintu kamarnya tertutup begitu kasar hingga membuat wanita itu terlonjak kaget sampai memegangi dadanya.

"Kenapa kau ini? Seperti kemasukan setan saja." Monalisa begitu santai mengucapkannya sambil mencari-cari dimana tas yang ia maksud. Dan saat ia berbalik, Morgan dengan tubuh tinggi besarnya itu telah berdiri tepat dibelakangnya hingga ia menabrak dada kekar Morgan yang keras terasa seperti papan cuci itu.

"Ka-kau.. Minggir, kau menghalangi jalanku." Monalisa kembali berjalan melewati Morgan untuk mencari-cari tasnya. Morgan hanya diam dengan mimik wajahnya yang datar juga tatapan matanya yang semakin menajam.

"Biar ku tanya sekali lagi. Kau menyukai Bruno sahabatku itu?"

"Ya, tentu saja aku menyukainya. Wanita mana yang tidak menyukai pria seperti dia yang baik hati juga lembut. Sungguh berbeda denganmu yang kasar dan kejam, juga penjahat kelamin. Bahkan aku bisa kembali melihat berkat dirinya." Puji Monalisa untuk Bruno dan ejeknya untuk Morgan membuat Morgan merasa sangat tak adil. Bahkan wanita itu masih tidak mengakui semua kebaikan yang sudah Morgan lakukan padanya.

Mulai dari membebaskannya dari perdagangan manusia, memberikannya tempat tinggal yang layak bagai istana, makanan yang begitu lezat dan nikmat, pakaian mahal, juga biaya besar untuk matanya itu.

Morgan kembali berjalan dan menahan pergelangan kecil milik Monalisa.

"Kau keterlaluan, Monalisa."

"Kau yang keterlaluan. Kau pria keji jahat yang pernah ku temui, kau begitu kotor dan tidak memiliki urat malu. Bajingan, keparat, brengsek." Maki Monalisa begitu lantang dan cepat, wanita itu sampai harus menutup mulutnya karena ucapan yang barusan ia keluarkan.

Morgan terkekeh, terulang kembali dirinya dimaki seperti ini oleh seorang wanita yang sekarang sudah tidak lagi buta.

"Aku memang kotor, bajingan, keparat, brengsek, dan semua yang buruk ada padaku. Lalu kenapa, huh?" Morgan mengeratkan cengkramannya dan maju semakin mendekati Monalisa yang sudah melotot menggeleng-gelengkan kepalanya merasa takut.

"Ma-maafkan aku. Morgan maafkan aku, mulutku terlalu lan-" Monalisa semakin melotot seakan matanya akan keluar dari tempatnya berada. Bagaimana tidak, ia mengira Morgan akan memukul atau mengasarinya lagi seperti dulu. Tapi yang terjadi?

Pria itu justru membungkam mulut lancang Monalisa dengan bibirnya. Direngkuhnya pinggang ramping Monalisa dan sedikit mengangkatnya.

Lumatan lembut manis yang Morgan berikan membuat Monalisa seakan ingin ikut membalas ciuman tersebut.

Semakin kuat Monalisa mendorong dada Morgan, semakin erat pula rengkuhan yang Morgan lakukan. Bahkan dengan satu tangannya yang tersisa, Morgan menekan tengkuk leher Monalisa untuk memperdalam ciuman juga lumatannya.

Benar-benar berbeda. Morgan merasakan sensasi yang berbeda. Monalisa pun merasakan hal yang sama, ia merasakan jantungnya yang akan meledak dan dirinya yang seperti ingin melayang-layang. Aroma tubuh Morgan pun semakin membuatnya seakan-akan mabuk didalam ciuman tersebut.

Morgan menghentikan sejenak lumatannya. "Keluarkan lidahmu" Pintanya pada Monalisa dan melanjutkan kembali ciuman yang lembut itu.

Tidak bisa, Monalisa berusaha agar tidak larut dalam permainan bibir Morgan yang lihai. Namun apalah daya, dirinya terlena, berdusta, dan langsung memberikan lidahnya pada pria yang baru saja ia maki tadi.

Ciuman itu semakin menjadi-jadi saat kedua tangan Monalisa merambat pada rahang tegas dan kokoh milik Morgan dengan gerakan perlahan yang amat halus, hingga membuat sang empunya merasakan gairahnya yang semakin menuntut.

Morgan mengelusi paha mulus Monalisa. Ia memasukan satu tangannya kedalam gaun putih wanita itu dan meremasi sensual bokong montok Monalisa dengan nikmat.

Monalisa tahu ini memalukan. Dimana tubuhnya benar-benar berdusta dan menikmati semua sentuhan yang Morgan berikan. Aduan bibir mereka pun masih belum selesai, ciuman itu semakin memanas, dan sekarang Monalisa dapat merasakan sesuatu dibawah sana yang sudah sangat mengeras.

"Maafkan aku!" Ujar Monalisa yang melepaskan tiba-tiba pagutan bibir mereka yang sedang benar-benar nikmat dan membuat Morgan menelan ludahnya tersiksa.

"Permisi!" Monalisa pergi dari dalam kamar tersebut dengan pipi yang memerah begitu malu. Dan meninggalkan Morgan yang sangat kehilangan disela-sela nikmatnya ciuman mereka tadi.

"Monalisa oh Monalisa. Aku tahu kau menikmatinya."

*

*

*

Akhirnya yang ditunggu²😆

Jujurlah pada author jika kalian pun menunggu adegan manis mereka😆😂

Selamat menikmati💗