"ATHAAA SEKALIAN MAU MAKAN GA?" teriak Nala secara tiba-tiba mengagetkan Heru dan eyang Lastri.
"GAMAU" jawab Atha tak kalah keras dari arah ruang tamu.
"Yaudah sih kalo gamau makan," gumam Nala.
Eyang Lastri hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan cucu kesayangannya kemudian ia tersenyum menampilkan deretan giginya ya g tampak rapi.
"Maaf ya nak Heru, kaget mesti kan ya?" tanya eyang Lastri.
"Nggak kok bu. Yaudah kalo gitu saya berangkat dulu ya bu," ujar Heru izin pamit.
Eyang Lastri pun berjalan menghampiri Nala yang tengah terduduk di kursi meja makan dan sibuk menyantap mie buatannya.
"Masak dua mie?" tanya eyang Lastri sedikit terkejut saat melihat penampakan satu piring dan satu mangkok berisikan mie.
"Ngga yang. Nala masak tiga mie. Hehe," ujar Nala cengengesan.
"Eyang kirain masak mie cuma dua doang. Apa ga kekenyangan itu?"
"Ngga-lah. Nala dah biasa habisin tiga mie di rumah, bahkan sampe empat mie. Tapi itu kadang dimintain mama sih,"
"Astagfirullah,"
"Napa to bu?" ujar Mama Nala yang sedang menghampiri eyang Lastri karena kepo dengan percakapan mereka berdua.
"Astagfirullah," ujar mama Nala ikutan terkejut saat melihat porsi makan Nala.
"Mama ngapa ikutan kaget?" tanya Nala bingung.
"Kamu makan kok banyak banget. Kasian itu mie punyanya ibu kamu habisin," protes mama Nala.
"Ya tinggal beli lagi lah," ujar Nala tak peduli. Ia tetap makan dengan lahap sampai porsi pertamanya habis.
"Yawlaaa, kamu kapan tobatnya Nal?" ujar mama Nala.
"Ntar ma, kalo Nala dah ketemu jodohnya Nala," ucap Nala.
"Ampun deh Nal. Eyang sampe malu sama nak Heru gara-gara kelakuanmu," ujar eyang.
"Emangnya Nala ngapain yang?" tanya Nala.
"Tadi di dapur kamu teriak kan? Nah kebetulan teriakanmu ngagetin eyang ama nak Heru," jelas eyang.
"Minta maaf gih sama eyang," suruh mama Nala.
Nala mau tidak mau meletakkan sendok dan garpunya dan meminta maaf kepada eyang Lastri.
"Maafin Nala ya yang. Besok lagi Nala janji bakal ngulangin lagi," ujar Nala dengan nada bercanda.
"Hushh. Dahlah lanjutin makannya. Makan jangan banyak omong," ujar eyang Lastri.
Mama Nala pun kembali pada rutinitas memainkan ponselnya sedangkan Nala sibuk menghabiskan porsi keduanya.
🐣
"Tadi liat Heru ga kak?" tanya Mama Nala setibanya mereka di rumah.
"Heru?"
"Iya Heru. Yang ngekost di rumahnya eyang,"
"Siapa sih?"
"Itu loh. Yang ngekost di kamar paling ujung kiri,"
"Gatau ma,"
"Ih, moso ga ngeliat sih. Tadi sekilas mama ngeliat lumayan ganteng sih kak orangnya,"
"Idih. Trus?"
"Ajak kenalan sana,"
"Ogah,"
"Kenapa?"
"Lagi gamau kenal deket ama cowok ma. Suruh Atha aja kalo mau,"
"Atha kan masih kecil. Kamu udah kuliah. Umurmu kan juga ga terpaut jauh ama dia kan"
"Ya tapi kan ga gitu juga ma. Pokoknya aku gamau kenal deket ama cowo sebelum aku kerja!"
Nala menghentakkan kakinya dengan kesal dan menaiki tangga menuju kamarnya.
Blam
"Apa sih! Orang masih pen seneng-seneng udah main suruh ngajak kenalan ama anak cowok," sungut Nala kesal.
"Gapapa kali Nal, dikenalin ama cowok kan lumayan. Biar ada pengalaman pernah pacaran gitu," ujar mbah uti.
"Ngga gitu mbah. Tau sendirikan kalo Nala tu trauma sama yang namanya cowok karna papanya Nala sendiri? Nala takut kalo nanti cowoknya Nala bakalan kek gitu. Makanya sampe sekarang Nala betah sendiri," ujar Nala yang semakin kesal.
Karena merasa Nala semakin kesal, mbah uti mencoba meredamkan amarahnya.
"Yaudah mbah ga maksa. Itu juga kan ujian keluargamu sama kehidupanmu menuju sukses Nal," ujar mbah uti.
"Aku pen istirahat dulu mbah,"
"Abis ini kita ada tugas loh,"
"Iya Nala tau kok,"
🐣
"Udah beres Nal?"
"Belom. Itu masih kurang bersih pakde,"
Nala terdiam sambil menatap apa yang dilakukan pakdenya tersebut. Dunianya kini sudah beralih menjadi dunia yang entah sendiri Nala menyebutkannya apa.
"Udah bersih?" tanya pakdenya.
"Belom. Dahlah Nala aja yang bersihin," jawab Nala.
Nala pun melantunkan beberapa doa dan memfokuskan mengobati serta membersihkan tubuh pasien pakdenya.
"Udah," ujar Nala setelah selesai melakukan proses pembersihan.
"Dah mbak. Tadi kebetulan saya bersihinnya kurang bersih, jadi keponakan saya yang bersihin. Dianggap keponakan pun sebetulnya Nala ini anaknya teman anak saya. Karena rumah deket jadi sering main. Makanya udah saya anggap sebagai ponakan sendiri," ujar pakdenya.
"Oalah gitu to bapak. Dek Nala ini bisa ngelakuin hal kek gini sedari kapan?"
"Sebenernya dari kecil saya udah bisa ngeliat makhluk halus mbak. Tapi akhirnya nutup, karena saya mikir kalo itu halusinasi. Tapi pas SMA kelas akhir, saya jadi bisa ngeliat sepenuhnya,"
"Teros Nala cerita ke pakde, dan akhirnya Nala bisa kek sekarang gini mbak. Bisa ngobatin orang dari ilmu persantetan kadang juga bisa berantem sama makhluk halus. Ya macem-macem lah pokoknya,"
Nala menghebuskan nafasnya lega. Tatkala kini ia membagikan kisah pengalamannya kepada orang lain.
"Kalo kayak disantet gitu kan penyakit non-medis. Nah, Nala bisa ngeliat penyakit medis juga ga?"
"Bisa juga mbak kebetulan," jawab Nala ragu-ragu.
"Beneran?"
"Dibilang beneran sih sebenernya Nala juga ragu mbak. Tapi kadang kalo Nala nebak penyakit medis yang diderita ama seseorang selalu bener mbak Hesti,"
"Kok bisa kek gitu ya?" tanya mbak Hesti penasaran sekaligus bingung.
"Ngga tau mbak. Yang di Atas udah ngatur Nala jadi kek gini yaudah," ujar Nala pasrah.
"Kok bisa kek gitu ya pak Anto?" tanya mbak Hesti lagi, kali ini pertanyaannya ia tujukan kepada pakde Anto.
"Kek jawabannya Nala nggih mbak. Udah diatur ama yang di Atas. Kita tinggal banyakin komunikasi aja sama yang di Atas dengan cara perbanyak ibadah," jawab pakde Anto.
"Apa banyakin ibadah bisa jadi kek Nala gini pak?"
"Sebenernya orang semacam Nala dan saya ini adalah orang-orang yang dipilih. Bisa ngelihat, ngobatin sama tarung dengan makhluk halus yang jahat yang ga biasa orang normal lakuin. Hidup kek saya dan Nala gini sebenernya berat loh mbak,"
"Berat dimananya pak?"
"Tanggung jawabnya besar mbak,"
"Ohh gituu. Dek Nala! Pan kapan mbak Hesti minta tolong ke kamu ya. Mau kan nolongin mbak Hesti?"
Nala yang daritadi hanya menyimak percakapan pakde Anto dan mbak Hesti akhirnya mengangguk sebagai jawaban dari permintaan tolong mbak Hesti.
"Minta tolong apa mbak?" tanya Nala.
"Ya pokoknya. Oiya coba nih, sebagai uji coba. Tolong liatin suaminya mbak Hesti ini lagi ngapain," ujar mbak Hesti.
Nala mencoba konsentrasi. Ia memejamkan matanya kemudian menarik nafas panjang lalu ia hembuskan.
Kini, Nala beralih memasuki dimensi lain. Dimana ia setelah membaca pikiran mbak Hesti tentang suaminya. Ia pun segera mencari tau keberadaan suami mbak Hesti.
Roh Nala kini berada di sebuah ruangan. Nala mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan kemudian menatap heran.
"Kamar?" batin Nala.
Ceklek
Seorang pria dan seorang wanita berpakaian sexy memasuki ruangan yang disinggahi oleh Nala. Nala melebarkan matanya dan terkejut dengan pemandangan yang seharusnya tidak ia tonton.
"Apa bener ini suaminya mbak Hesti?"
"Anjirrr ini kenapa kek awal mula adegan mantap-mantap cuy,"
"Gimana ini?!"
"Aku harus njelasin apa ni ke mbak Hesti,"