Erik meremat kuat pinggang Lisa, perempuan itu langsung menoleh pada suaminya itu.
Mata lelaki itu memutar ke arah perempuan hamil di depannya.
Lisa yang tidak mengerti langsung bertanya dengan gerakan bibir nya tanpa suara.
"Jangan dekati dia," bisiknya.
Lisa yang tadi memang sempat akan menghampiri perempuan yang dia dengar bernama Sarah. Namun sebuah gerakan tangan Kekar Erik menghentikannya.
Kembali di rangkul Erik menuju kerumunan orang-orang yang di anggap penting oleh suaminya.
Dia bagaikan seorang barang baru yang di pamerkan ke sana kemari. Masih merasa canggung saat Erik mengenalkannya kepada orang-orang.
"Ibu kemana?" tanyanya pada Erik.
Setelah pernikahannya tadi pagi di selenggarakan, dia belum melihat lagi ibu tiri nya itu.
"Dia di tempat yang aman!" jawab Erik sebelum melenggang menghampiri koleganya yang lain.
Lisa diam mendengar jawaban suaminya itu.
*
*
Pesta pun selesai
Lisa berjalan lunglai ke arah kamar yang tadi dia tempati, rasanya sungguh lelah sepanjang hari mendampingi suaminya menemui puluhan orang yang datang mengucapakan selamat kepada mereka atas pernikahan seorang pengusaha sukses dengan seorang model muda dan cantik.
Perempuan itu masuk ke dalam kamar, lihat kamar itu sudah rapi tidak berantakan oleh peralatan hias dan beberapa gaun yang menggantung di manekin beroda. Semuanya sudah kembali rapi.
Intan berjalan membuka pintu kaca yang menghubungkan kamar itu dengan teras balkon.
Melihat kebawah di mana suaminya tengah berbincang melepas kepulangan beberapa temannya, mengantarkan mereka sampai pintu mobil masing-masing.
Lalu Erik mendongak ke arahnya, pandangan mereka bertemu namun bukan pandangan cinta, entahlah Lisa belum yakin dengan lelaki yang kini telah hilang dari pandangan nya.
Dia menghela nafasnya, kembali memikirkan di mana keberadaan Ibu nya. Namun rasa lelah seolah mengalahkan pikirannya.
Masuk kembali ke dalam kamar, melihat lemari yang membentang sepanjang tembok itu, di bukanya salahsatunya , terdapat gaun-gaun wanita yang tertata rapi.
Lalu Intan membuka pintu lemari yang lain, karena merasa dirinya tidak membawa baju ganti dia memilih satu baju untuk dia kenakan.
Sebuah tangan terulur mendahuluinya. "Pakai yang ini," Erik menyodorkan sebuah gaun tipis berwarna hitam.
Lisa hanya mampu mengangguk dan membawa gaun itu menuju kamar mandi.
Saat baru melangkahkan kakinya, Erik mencekal tangannya.
"Ganti, di sini sayang. Suamimu ingin melihat semua! " Bisik Erik di telinga Lisa.
Lisa bergetar, bagaimana jika kebohongannya soal datang bulan akan terbongkar.
"Ta-tapi. Aku kan lagi ... " ucapannya terhenti.
Erik memandang nya seolah mengintimidasi.
Lalu Lisa mengangguk pelan, dan Erik tersenyum puas. Lelaki berusia matang itu mundur menjauh duduk di pinggiran kasur sambil membuka sepatu, jas dan membuka beberapa kancing kemejanya.
Dia duduk dengan kaki memanjang dan tangan dia lipat di atas kepalanya.
Lisa mulai membuka gaun yang terasa susah saat menarik resleting nya.
"Kemari," Erik menggerakan tangannya agar Lisa mendekat ke arahnya.
Lalu Lisa mendekat dan membalikan tubuhnya.
Dengan cepat Erik menarik turun resleting itu. Punggung putih mulus itu langsung terpampang di depannya. Di ucapnya perlahan, "ayok, lanjutkan lagi!" pintanya
Lisa membalikan tubuhnya, lalu menarik gaun itu hingga terlepas menyisakan pakaian dalamnya saja.
Erik menyeringai puas dengan tangan masih dia lipat di depan dadanya.
"Buka semua," pinta Erik saat istrinya itu akan mengenakan pakaian tipis berbahan renda di dekat kaki. suaminya.
Lisa terdiam.
"Kamu pikir saya bodoh, saat kamu bilang datang bulan?" bentaknya dengan nada kesal.
"Ok, kalo kamu belum mau. Tapi kamu harus layani saya sampai saya puas." Erik menarik Lisa mendekat. Di tarik nya tali pakaian dalam yang menyampai di bahu kecil nan indah itu.
Setelah berhasil meloloskan, Erik menyesap puncak itu dengan keras, hingga Lisa harus memejamkan matanya, dan mencengkram pundak kekar suaminya.
Erik mendongak sambil menghisap puncak itu dengan kuat. Tangannya melingkar di pinggang saat istri sambil dia remas bokong sintal itu.
Lisa sampai menancapkan kukunya saat Erik menyesap kuat dan di akhiri gigitan kecil di puncak dadanya sebelum dia lepaskan dari mulutnya.
*
*
Erik merebahkan tubuhnya.
"Layani aku," perintah nya.
Lisa diam dengan tubuh yang bergidik takut, dia bukan wanita suci dia pernah melakukannya dengan pacarnya sekaligus cinta pertamanya. Tapi jika harus berhubungan dengan lelaki yang belum terlalu dia kenal malah menjurus asing rasanya dia masih enggan.
"Ayo, kamu istri aku sekarang. Aku ingin kamu melayani aku," Terdengar suara Erik yang mulai meninggi.
Lisa yang takut mulai mendekat.
"Naik," kembali Erik memerintah.
Wanita cantik itu merangkak naik ke atas kasur.
"Ayo, mulai. Aku ingin merasakan sensasi gairah yang bisa kamu beri," Ucapnya dengan tangan dia lipat di bawah kepalanya.
Lisa masih bingung akan hal apa yang akan dia lakukan terhadap lelaki yang kini menjadi suaminya itu.
"Cepat ... " Sebuah bentakkan kembali terdengar.
Lisa mencoba membuka kancing kemeja Erik, mengusap dada Bidang itu. Pandangan mereka bertemu, namun sebuah senyum menyeringai dia dapati dari lelaki yang tengah merebahkan tubuhnya.
Lalu tangan kekar itu mengusap paha nya, naik ke pinggang dan terus menjalar hingga punggung dan berakhir di tengkuk istrinya itu.
Lisa tertarik hingga tubuhnya yang polos berada di atas tubuh suaminya. "Cium aku," sebuah titah yang lagi-lagi tidak bisa dia tolak.
Tangan kekar itu menarik tengkuk Lisa hingga bibir mereka menyatu dan detik berikutnya Erik sudah melumat keras bibir sensual Lisa.
"Ehmm ... " lenguhan kecil Lisa gumamkan karena merasa kekurangan pasokan oksigen.
Erik masih menikmati kegiatannya, bahkan tangannya meremas bokong Lisa dengan keras. Dia menggerakan tubuh Lisa hingga mengenai kejantanannya.
Lalu dia melepaskan belitan lidahnya. Tampak Lisa terengah mengatur nafasnya.
"Ayokkkk ... Layani aku," Tangannya masih menggerakan pinggang Lisa hingga menggesek miliknya yang sudah mulai mengeras.
Lisa menyadari apa yang di inginkan suaminya itu. Dia turun dari duduk nya. Rambut yang tadi dia urai dia ikat. Saat sedang mengikat rambut tangan yang terangkat ke atas itu malah membuat puncak dadanya seolah bergerak menantangnya.
Dengan gemas Erik memainkan bulatan kecil itu, mencubit dan memilin nya.
Lisa memekik tertahan.
Bagaimana pun dia wanita normal yang jika di rangsang titik-titik sensitif nya akan bereaksi juga.
"Manjakan dia," Erik membuka pengait celananya.
Intan menatap benda itu yang masih terlihat kayu, belum terlalu mengencang. Di lihat dari ukurannya sepertinya itu tidak akan terlalu besar.
Lisa mendekat dan mulai menurunkan celana itu hingga menggulung di bawah paha nya.
Tangannya dengan ragu mendekat, Erik yang tidak sabar langsung menariknya dan menggenggam kan paksa.
"Ayo, mainkan dia!" pintanya sambil sedikit mengerang saat tangan Lisa mulai mencengkram dan memberikan gerakan di seputar barang kelelakian nya.
"Iya, bagus ... lebih cepat, iya begitu ... " Dia terus meracau nikmat
Bersambung..