webnovel

Selembar Surat Kontrak

Rara sangat putus asa mengenai masalah keuangannya. Demi kelangsungan hidupnya, Rara bersedia menjual Ginjalnya kepada Seorang Kakek yang kaya raya. Namun, bagaimana jika kakek tersebut meminta Rara untuk menikahi cucunya? Rey yang putus asa mencarikan donor ginjal untuk kakek mendapatkan sebuah harapan dari seorang wanita yang mau memberikan ginjalnya. Namun kakek meminta Rey untuk menikahi wanita itu sebagai permintaan terakhir dari kakek. Rey dan Rara pun setuju untuk menikah namun Rey sudah menggaris bawahi pernikahan ini. Bahwa pernikahan ini hanya Sebuah Kontrak. Mereka sepakat untuk tidak saling jatuh cinta. Namun jauh dalam hati, Rey sudah memiliki cinta untuk Rara.

An_Autumn · Urbain
Pas assez d’évaluations
311 Chs

Impian Lola (5)

Setelah selesai menghadiri meeting bersama ketua penyelenggara tadi, Lola segera menuju kamarnya.

Namun saat akan melewati pintu kamar Beno, Lola terpikir apakah Beno sudah tidur atau belum.

Lola pun berhenti tepat di depan pintu kamar Beno. Dirinya sedang memutuskan perlukah menemui Beno atau tidak. Lola ingin mengucapkan terima kasih karena Beno sudah membawanya pergi bersenang-senang.

Lola mengangkat tangannya hendak mengetuk pintu, namun tiba-tiba saja pintu terbuka.

Membuat Lola terperanjat kaget dan tanpa sadar mengumpat.

"Astaga. Kau mengejutkan ku" ucap Lola seraya memegangi dadanya karena jantungnya yang serasa hendak loncat keluar dari rongganya.

"Apa yang sedang kau lakukan? Apa kau ingin menemui ku?" Beno mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.

Lola menjadi salah tingkah dan gelagapan menjawab pertanyaan Beno yang bertubi-tubi.

"A-aku hanya ingin mengucapkan terima kasih padamu." Lola tak berani menatap mata Beno karena jantungnya yang masih berdebar kencang. Takut Beno menyadari betapa berdebarnya Lola saat ini.

"Kau bicara pada siapa? Aku berada disini bukan dibawah situ" Beno mengangkat dagunya menunjukkan arah penglihatan Lola, yaitu karpet merah maroon milik hotel ini.

Namun sepertinya Lola tak menggubris perkataan Beno. Beno yang gemas tak tahan melihat Lola dan bermaksud menjahilinya.

Dengan perlahan Beno maju mendekat ke arah Lola lalu dengan sekali rangkulan, Beno sudah mendekap wanita itu dalam pelukannya. Tangan kirinya sudah berada di pinggang ramping Lola.

Lola terkejut setengah mati, rasanya kedua kakinya menjadi lemas dan tak bisa lagi menahan tubuhnya. Tanpa sadar, Lola berpegangan pada lengan kekar Beno yang bebas, karena Beno hanya memakai kaus berlengan pendek dan memperlihatkan otot-otot lengan yang sering pergi fitness itu.

Napas Lola memburu, dadanya seperti ingin meledak karena Beno begitu dekat dengannya.

Satu tangan Beno yang bebas mengangkat dagu Lola, agar wanita itu bisa menatapnya.

"Jika kau sedang bicara, perhatikan lawan bicara mu" senyum simpul Beno, benar-benar telah memikat Lola sepenuhnya. Lola jatuh dalam tatapan mata sendu itu.

Dan dirinya hampir tak bisa berpikir jernih lagi, Lola merasakan panas pada wajahnya. Buru-buru Lola menyurukkan kepalanya di dada Beno untuk menyembunyikan wajah merahnya yang seperti tomat rebus.

Beruntung sepanjang lorong koridor itu tidak ada orang, jadi Lola tak perlu merasakan malu dua kali lipatnya.

Beno tertawa puas. Tubuh Lola yang berada dalam pelukannya ikut terguncang-guncang karena Beno yang tertawa dengan lepasnya.

Lola yang kesal seketika meninju perut Beno, membuat Beno meringis.

"Awww. Itu cukup sakit" Beno mengaduh kesakitan.

Saat itu juga Lola menggunakan kesempatan itu untuk melepaskan diri dari dekapan Beno.

Tangannya yang bergetar mengepal kuat di kedua sisinya, menunjukkan bahwa Lola masih merasa malu dan juga berdebar-debar.

"Selamat malam" ucap Lola dan langsung pergi tanpa menunggu jawaban Beno.

Lola pun segera membuka kunci kamar hotelnya dan langsung masuk. Namun sebelum masuk, Lola sekilas melihat Beno masih berdiri menatapnya sambil tersenyum.

Tubuh Lola terbujur lemas dan terduduk di dinginnya lantai kamar hotel. Seraya memegangi dadanya yang masih berdebar kencang.

Lola mencoba untuk berdiri dengan berpegangan pada dinding kamar lalu berjalan perlahan hingga ke ranjang.

Lola segera merebahkan dirinya di atas kasur itu dan menatap langit-langit kamar hotelnya. Memikirkan kejadian barusan yang membuatnya sampai lemas.

"Astaga. Dia benar-benar sudah gila" umpat Lola dengan tertahan.

Tapi hal itu dengan anehnya membuat Lola menjadi senang dan akhirnya tertawa sendiri sambil menutup matanya mengingat kembali saat-saat Beno mengangkat dagunya dan membawanya hanyut dalam tatapan mata indah dan sendu milik Beno.

****

Pagi-pagi sekali Lola sudah bangun. Tak sabar sudah dirinya ingin segera mengikuti kompetisi itu.

Lola juga sudah membaca kembali resepnya. Resep yang sudah dibuatnya sendiri. Kali ini Lola akan mengikuti saran Rara untuk membuat Amparan Tatak.

Lola tak tau makanan yang dibuatnya ini akan membawanya masuk ke babak selanjutnya atau tidak. Tapi seperti yang Rara bilang, kita bisa memperkenalkan makanan yang mungkin banyak orang belum ketahui. Walaupun bahan yang digunakan sama dengan nagasari, namun Lola sudah memikirkan inovasinya.

Lola kemudian bangkit dari duduknya, ingin berolahraga ringan untuk merilekskan pikirannya.

Namun suara dering ponsel menghentikan kegiatannya.

Siapa yang menghubungi ku pagi-pagi begini. Batin Lola

Ketika Lola melihat layar ponselnya, tampak nama Beno tertera disitu. Ternyata Beno yang menghubunginya.

Sebelum mengangkat panggilan itu, Lola berdehem agar suaranya terdengar normal.

"Ya?" Lola berusaha untuk tak tersenyum karena rasa senang Beno menghubunginya.

"Kau sedang apa? ayo kita lari-lari kecil sebentar. Kompetisinya pukul 10 bukan?"

Lagi dan lagi, Beno mengetahui jadwalnya. Lola tak habis pikir darimana Beno mengetahui hal itu.

"Tentu. Aku akan bersiap-siap. Tunggu aku 5 menit lagi"

"Baiklah"

Setelah jawaban singkat Beno, Lola langsung menutup sambungan panggilan dan dengan kelabakan memakai pakaian joggingnya.

Setelah selesai memakai perlengkapannya, Lola melihat wajahnya di kaca dan memberikan sentuhan make up tipis agar tak terlihat berantakan.

Kemudian Lola mengangguk dan dengan sigap melangkah keluar kamar.

Seperti biasa Beno telah menunggunya lebih dulu dan mereka pun dengan semangat jogging di pagi hari yang cerah ini.

****

Kini Lola sudah berada di salah satu ruangan hotel, yang telah disulap menjadi dapur. Di dapur sudah tersedia 20 meja untuk 20 orang yang akan mengikuti kompetisi ini.

Lola sudah memakai apron dan dirinya siap untuk bertempur dengan peserta lainnya.

Para peserta yang lainnya juga sudah menempati posisinya masing-masing, karena sebentar lagi kompetisi akan dimulai.

Ada 3 orang chef yang akan menjadi juri. Satu diantaranya Lola mengenalnya. Namun hanya sekedar tau saja. Dia adalah seorang Pastry Chef yang cukup terkenal di salah satu restoran terbaik di Indonesia. Indra Kevin Pratama. Orang lebih mengenalnya dengan panggilan Kevin.

Bahkan Lola juga mengikuti akun Instagramnya dan saat melihatnya membuat dessert, Lola terkesima. Lola juga sempat mengikuti beberapa resepnya dan itu benar-benar luar biasa.

Lola senang dapat berjumpa dengannya. Mungkin Lola bisa meminta tanda tangannya setelah acara usai.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 tepat. Dan salah satu juri, Kevin berdiri untuk memberikan sambutannya.

"Selamat pagi. Selamat datang kepada para peserta kompetisi. Tanpa membuang waktu lagi. Silahkan kalian berikan kemampuan terbaik kalian. Kompetisi ini akan berlangsung selama 90 menit dan saya harap kalian tidak membuang-buang waktu." Kevin mengambil napas dan melanjutkan perkataannya.

"Kompetisi ini dimulai"

Mendengar hal itu, Lola dan para peserta lainnya terburu-buru memasuki pantry dan mengambil segala bahan dan perlengkapan yang diperlukan.

Lola sudah mengambil semua bahan dan perlengkapannya. Kini saatnya menunjukkan kemampuannya membuat olahan yang sudah dipilihnya.

Karena sebelumnya Lola sudah berlatih membuat Amparan Tatak, maka hal itu bukanlah suatu hal yang sulit lagi. Ditambah dengan resep buatan Lola sendiri.

Dengan telaten Lola mengerjakannya, dan fokusnya tertuju pada makanan yang akan dibuatnya.

Karena Lola sedang dalam suasana hati yang baik, hal itu benar-benar mempengaruhi dirinya. Lola terlihat lebih santai namun tetap cekatan dalam mengolah bahan-bahan.

Itu semua juga berkat Beno yang telah membantunya untuk rileks.

"Apa yang kau senyumkan?" Lola kaget melihat kedatangan salah satu juri kompetisi ini seorang Pastry Chef yang Lola kagumi, Kevin.

"Tidak ada" jawab Lola pendek selagi fokus dengan pekerjaannya.

"Aku melihat kau terus tersenyum selagi kau mengolah bahan makanan mu" Kevin masih mengerutkan alisnya tak mengerti mengapa wanita di depannya ini tersenyum selagi memasak.

"Saya sedang dalam suasana hati yang gembira. Oleh karena itu saya tersenyum menikmati pekerjaan ini." Lola tersenyum lagi kepada Kevin

Otaknya tak dapat memikirkan lagi jawaban apa yang cocok, sehingga hanya itulah yang bisa dikatakannya. Otaknya seperti mati sesaat karena Kevin yang tiba-tiba mendatanginya.

"Baiklah. Kalau begitu siapa namamu?" Kevin bertanya lagi

"Lola" Lola berkata pendek kemudian menyibukkan diri lagi.

"Lola.. Lola.. Teruskan pekerjaan mu. Saya menunggu hasilnya" setelah berkata begitu Kevin berlalu dan pergi melihat peserta lainnya.

Lola yang mendadak diam tak tau harus bereaksi bagaimana saat Kevin menyebut namanya.

"Waktu tinggal tersisa 30 menit lagi" seorang juri wanita mengingatkan kepada para peserta kompetisi untuk memperhatikan waktu yang tersisa, agar mereka bisa mempersiapkan langkah terakhir dalam olahannya.

"Bagus. Aku melakukannya dengan sangat baik. Tinggal langkah terakhir, setelah itu plating dan selesai."

Lola menghembuskan napas pelan dan bersiap untuk langkah terakhirnya.