webnovel

selamat pagi Alden

Samantha, gadis yang baru saja patah hati karena ditinggal menikah oleh kekasih yang berjanji akan menikahinya di akhir tahun ini memutuskan untuk mengunjungi Filipina, negara yang dihuni oleh aktor yang menjadi favoritnya sejak menonton film victor maktangol di siaran tivi nasional. Berharap dia bisa berada sedikit lebih dekat dan merasakan bagaimana dunia yang dihuni oleh aktor favoritnya tersebut. Namun apa jadinya jika dia benar-benar bisa dipertemukan dalam berbagai insiden sebagai obat untuk hatinya yang baru saja pecah berkeping-keping? Bisakah dia mendapatkan hati alden, sang aktor yang sangat disukainya itu dalam tenggat waktunya berada di filipina?

Rin_da_Livian · Célébrités
Pas assez d’évaluations
7 Chs

kekonyolan

Samantha masih tidak mengerti maksud dari Andrew, namun dia ikut saja mendengarkan ketika Alden masuk ke lobi dan menyapa semua penggemarnya.

Samantha berada di barisan kursi kedua, entah bagaimana keajaiban menyapanya, membuatnya mendapatkan kursi itu dengan puluhan manusia yang berkumpul untuk bertemu.

Samantha tak mengerti sama sekali dengan bahasa tagalog, sehingga dia mengunduh aplikasi penerjemah langsung.

"Hai semuanya, aku sangat senang kalian bisa datang hari ini untuk bertemu denganku. Setelah sepuluh tahun berlalu, sejak aku menginjakkan kaki di dunia ini."

Alden menyapa para penggemar, sehingga semuanya histeris, Ah, dia baru ingat, waktu dia selalu memakai jasa olshop zilingo, iklan alden muncul dan itu yang membuatnya membeli beberapa jaket yang akhirnya jadi hadiah untuk Nathan.

"Ah sial, ternyata, karena Alden sehingga aku membeli barang-barang itu."

Dia harus mengakui, senyum menawan Alden serta outfit yang ditawarkan benar-benar menggugah hatinya kala itu.

*

Setelah temu wicara dan tanya jawab berakhir, serta sesi foto bersama, semua akhirnya kembali ke aktifitas masing-masing dan meninggalkan lobi.

Tapi Samantha masih ingin menghabiskan sedikit waktu untuk duduk di tangga depan lobi. Sekalian menunggu Andrew yang belum muncul sejak Alden meninggalkan lobi.

Deringan ponsel membuatnya kaget dan segera dia diamkan, Samantha memperhatikan nomor tanpa nama tersebut sembari berfikir siapa yang menelpon.

Namun karena sampai akhir dia tak tau, akhirnya dia membiarkan saja, berharap itu adalah panggilan palsu.

(Selama menelpon, Samantha memakai bahasa indonesia)

"Halo?" Samantha memilih untuk mengetahui siapa penelpon tersebut dan mengangkatnya.

"Sam, aku minta maaf." suara berat seorang laki-laki terdengar di ponselnya.

"Tidak usah minta maaf nate, yang kau torehkan kali ini benar-benar sakit!" Mata Samantha sudah mulai berawan.

"Aku tak tau akan berakhir seperti ini Sam, malam itu aku hanya mengikuti para rekan bisnis untuk menghabiskan malam sebagai bentuk terimakasih atas kerja sama. Tapi aku tak pernah berfikir jika mereka merencanakan hal lain di belakangku. "

"Nate, percuma kau membela dirimu. Kau yang memilih menikah dengan wanita lain dibandingkan aku yang menemanimu sejak nol, menyemangatimu, bahkan memilih bekerja di dua tempat hanya agar kamu bisa sedikit istirahat tanpa aku pedulikan kesehatanku dan berakhir dirawat di rumah sakit selama beberapa hari!" Air mata Samantha sudah menetes karena tak sanggup membendungnya. Sesekali dia menyeka wajahnya secara kasar.

"Aku sangat mencintaimu Sam, kesalahan ini akan kutebus setelah dia melahirkan aku akan menceraikannya dan kembali padamu. Aku tak bisa hidup tanpamu Sam." suara yang terdengar sudah semakin bergetar dan serak.

"Sudah Nate, enough! Lupakan masa lalu kita, karena di kemudian hari, tak ada aku dan kamu! Anggap kita tak pernah saling mengenal jika di kemudian hari kita bertemu dalam sebuah urusan bisnis atau apapun itu."

(Percakapan kembali menggunakan bahasa inggris yah)

Samantha mematikan ponselnya lalu mendiamkannya. Menelungkupan kepalanya lalu menangis terisak. Dia tak ingin membuat satpam mengusirnya karena histeris di tempat umum, jadi dia memendam suaranya.

"Tidak apa, menangislah. Kuharap kamu membaik setelah menangis."

Seseorang menyodorkan sapu tangan abu-abu tua ke arahnya, ada ukiran nama di sapu tangan tersebut, namun Samantha tak memperdulikan, dia hanya mengambil sapu tangan tersebut dan berterima kasih, lalu kembali menangis terisak dalam diam, sesekali sesenggukan.

"Kau tau, tadi mantan tunanganku menelpon dan dia mengatakan bahwa semua itu adalah jebakan. Dia tak ingin melakukan ini karena dia masih mencintaiku. Tapi laki-laki mana yang bisa tidur dengan wanita lain hingga hamil?"

"Yah, kurasa dia memang tak pantas untukmu. Cerialah, mungkin seperti ini cara Tuhan untuk memperlihatkan kebusukannya. Kau akan lebih menyesal jika sudah memakai namanya kemudian seorang wanita lain datang dalam hidup kalian membawa seorang anak kecil dan mengatakan itu juga putra suamimu."

Ucapan lelaki disampingnya sedikit menguatkan hatinya.

Dia membenarkan kalimatnya, harusnya dia bersyukur karena diberitahu dari awal.

"Terima kasih, aku sudah lebih tenang." Samantha menghapus air matanya, membuat matanua membengkak dan memerah karena menangis. Dan tidak lupa juga dia mengelap hidungnya yang dipenuhi lendir.

"Sama-sama."

Penglihatan Samantha memburam, sehingga dia tak melihat jelas siapa yang menyemangatinya.

"Andre, kau mau kemana, sejak kapan kamu ganti baju?"

Samantha ingin mengikuti laki-laki yang dia panggil Andre, namun dia tidak ingin bernasib buruk, ditarik keluar gerbang hanya karena mengejar sang tour guidenya sendiri.

Samantha kembali duduk sembari menenangkan dirinya, hingga Andrew muncul di hadapannya.

"Bagaimana dengan Alden, apakah nona bertemu?"

"Wah, kamu sudah ganti baju lagi? apa? Alden?"

Samantha kembali mengingat dan memperhatikan sapu tangan yang dia pegang sejak tadi.

AR Faulkerson.

"Yang tadi Alden?"

Andrew mengangguk tanda setuju.

Samantha langsung berdiri dan memegang kepalanya histeris.

"Astaga, dia ngeliat pas lagi buruk-buruknya?"

Dan Andre kembali mengangguk dengan sebuah senyuman pasti.

"Astaga, kau nah, betul-betul sial hari ini! kenapa pula kau tak beri tau!" (Samantha menggunakan bahasa indonesia untuk mencoba mengumpat, yang sayangnya tak bisa)

"Tidak apa, dia mungkin sedang tertawa dengan kekonyolan anda hari ini, berharap saja, semoga ada lain waktu untuk nona bisa bertemu lagi dengannya." Andre memberi semangat.

Mengajak Samantha meninggalkan gedung Gma center, menuju hotel tempatnya beristirahat selama sebulan kedepan.