Green mencoba masuk ke dalam taman, ia melihat Rival berbaring dipenuhi dengan bunga warna-warni. Pria itu sekarang terlihat polos, padahal kemarin batu saja menjadi Pria nakal untuknya.
"Green, apa itu kau?" tanya Rival dengan lembut.
Green tersenyum. "Hai." sapanya.
Raut wajah Rival begitu datar tidak ada ekspresi sama sekali, Green menunduk, menangis dalam diam. Rival mencoba menyekat air mata tersebut.
"Apa ini? Mata mu mengeluarkan air?" tanya Rival.
"Itu namanya air mata, mereka akan keluar saat kita sedih ataupun senang." jelas Green.
"Sedih, senang? Apa itu?" tanya Rival.
"Sedih itu seperti ini." Green menunjukkan raut wajah sedih. Rival pun mencobanya, namun itu hanya membuat dadanya terasa sakit. Bahkan saat sakit Rival tidak menunjukkan ekspresi orang sakit, wajahnya tetap datar.
Green bisa menghadapi semua ini sampai ibunya memberikannya ia ijin untuk ikut serta dalam mencari serpihan jiwa Rival.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com