webnovel

Chapter VIII

"Aku penasaran dengan satu hal."

Saat ini Paize dengan patuhnya memasuki gedung pencakar langit yang tidak kalah tingginya dari gedung perusahaan milik Bae Ha-Neul yang kemarin ia kunjungi.

"Dan apa itu?" sahut Fadel yang sedang berjalan di sampingnya sambil membaca berkas di tangannya.

"Jika memang kau adalah anak buahnya ibu kandungku itu, tetapi kenapa kau orang Indonesia?" tanya Paize. Serius, pertanyaan itu sebenarnya berkecamuk di pikirannya bahkan saat pertama mereka sampai di negara ini. Bayangkan saja, bosnya yang memang orang Korea asli, belum lagi mereka berada di negara Gingseng ini, tetapi kenapa Fadel itu orang Indonesia? Bahkan namanya itu lokal sekali, tidak pantas 'kan?

Mendengar ucapan Paize membuat Fadel berhenti sebentar dari acara membacanya dan melihat ke arah samping tepat saat Paize mengikuti langkahnya, "Untuk orang yang baru saja mengerti kondisi hidupnya, kau termasuk yang penasaran dengan hal tak berguna ya?" sindir Fadel sebelum akhirnya ia berjalan kembali dan memasuki ruangan yang lumayan besar.

"Yak! Memangnya salah jika aku penasaran dengan hal semacam itu?" kata Paize yang tidak terima dengan sindiran dari Fadel dan memutuskan untuk mengejar keberadaannya itu.

"Pelankan suaramu. Ini bukan kebun binatang dan duduklah!" perintah Fadel dengan tegas yang membuat bibir Paize memaju manyun tetapi tetap saja mengikuti perintahnya.

"Ini adalah kegiatan yang harus kamu lakukan setiap harinya selama beberapa bulan ini. Baca dan jika ada pertanyaan langsung ditanyakan." kata Fadel sambil menunjuk sebuah map kulit berwarna hitam yang berada di atas meja depan Paize. "Pertanyaan yang penting. Jika tidak penting lebih baik tutup mulutmu." sambungnya lagi saat Paize hendak membuka mulutnya.

"Cih, bossy banget!" ejek Paize saat mendengarkan ucapan Fadel. Ia langsung membuka map yang sekarang berada di atas pangkuannya itu tetapi baru membaca beberapa kalimat saja yang berada di halaman pertama, ia langsung menoleh ke arah Fadel. "Bagaimana aku bisa melakukannya? Oh ayolah! Belajar hangul dan fasih 5 bahasa? Are you kidding?"

"Apakah aku terlihat tertawa? Tidak. Lanjutkan membaca!" kata Fadel dengan tenang dan duduk di kursi besar yang berada di belakang meja besar di hadapan Paize.

Paize mengendus dengan geram tetapi masih patuh mendengarkan ucapan Fadel, ia melanjutkan membaca paragraf selanjutnya dan sukses melotot saat melihat beberapa hal yang harus dilakukannya itu.

Pengembanan dan Kegiatan Bae Bitna Arista selama melakukan kegiatan di Seoul.

Belajar dan fasih berbahasa Hangul (Korea), English, Jerman, Prancis, Mandarin.

Mendapatkan pelatihan fisik dan ilmu bela diri dibawah komando Fadel Ilham selaku mentor.

Mempelajari Table Manner untuk mempersiapkan diri di masing-masing misi.

Masuk ke Pelatihan Tersembunyi.

Empat kegiatan yang harus ia lakukan tetapi masing-masing dari tugas itu bukan berarti ringan, malah sangat susah. Mana ada orang fasih berbahasa hanya dalam waktu 6 bulan? Orang normal mana yang gak akan stress?

"ARGH!!! Tau gini aku gak akan pernah ikut kemari!!" teriak Paize dengan sangat kesal ditampakkan pada wajahnya.

"Walaupun kau tidak ingin, kami bisa melakukan pemaksaan." jawab Fadel dengan enteng sambil mengelap kacamatanya yang terlihat sangat bersih itu.

"Oh, jadi karena itu kau datang ke rumahku bersama banyak para pengawal? Licik sekali otakmu, orang tua." jawab Paize dengan gusar.

"Perhatikan ucapanmu, aku mentormu dan aku bisa membuat situasi yang berat untukmu." Fadel sambil tersenyum tanpa dosa saat mengatakan itu padanya.

"Yaya.. Lakukan sesukamu. Aku tidak akan kalah!" sambut Paize yang tidak terlihat terintimidasi dengan ucapan Fadel. "Jadi kapan aku harus mulai?" sambungnya lagi saat membaca halaman-halaman selanjutnya yang merupakan pedoman untuk Paize selama melakukan tugas kecil itu.

"Mulai besok pagi. Hari ini, kau akan mendapatkan pelajaran spesial dariku." kata Fadel dengan seringai yang terpampang di wajah pucatnya itu. Sungguh mengerikan.

"Ada apa dengan wajahmu, pak tua? Jangan-jangan kau sedang merencanakan sesuatu pada tubuhku?" kata Paize yang dengan tiba-tiba melindungi tubuh bagian atasnya dengan menyilangkan tangannya.

"Yak, kau bodoh? Sebagus apa tubuhmu sampai aku tergiur?" protes Fadel yang tidak terima pelecehan itu. "Dan lagi, umurku masih 30 tahun dan aku bukan pak tua!"

Paize tertawa lepas melihat wajah gusar Fadel. "Aku 17 tahun, jadi tentu saja kau tua." jawabnya.

"Sudahlah, cepat kemari." ucap Fadel sambil berdiri dari kursinya semula dan menyuruh Paize untuk melangkah ke dekatnya dan duduk di kursi besar itu.

"Hari ini, aku akan mengajarimu tentang kemampuan hebat dari ibumu. Apa kau ingat yang diajarkannya?" kata Fadel saat Paize sudah menghadap komputer di depannya.

"Bagaimana kau tau tentang itu?" tanya Paize dengan wajah yang tegang bercampur sedih.

"Kau tau, Dewa dan Ira adalah salah satu senior yang aku hormati selama aku masuk kemari. Jadi tentu saja aku tau tentang itu, bukan hanya aku tetapi para anggota lainnya juga musuh kita diluar sana." terang Fadel panjang, "apakah menurutmu kematian kedua orang tuamu itu hanya kebetulan saja? Tentu tidak. Dan kau sekarang dilatih untuk mengungkapkan siapa dalang dari pelaku insiden kematian orang tuamu juga keluarga dari anggota lainnya."