webnovel

Jadilah Istri Untuk Suamiku

Dicky memandang terkejut melihat Panji dan Melody seakrab itu, apalagi sampai bergandengan tangan. Sejak kapan pemilik Kayana mengenal Melody dan ada hubungan apa keduanya hingga sedekat itu menjadi pertanyaan di kepalanya.

"Bisa kita bicara?" Melody menghampirinya setelah mendapatkan izin dari Panji. Pria itu mengawasinya dari tempat duduknya.

"Mel, disini aja neh?" tanya Dicky yang masih berharap wanita itu menerima ajakannya makan malam. Berharap apa yang dilihatnya tadi hanya ilusi belaka.

"Disini atau tidak sama sekali," ucap Melody tegas.

"Oke, gimana Mel?" tanya Dicky tanpa basa-basi.

"Mas, sejujurnya aku lelah. Janjimu akan mengembalikan uangku sudah kuanggap hangus dan kumohon dengan sangat jangan menggangguku lagi," ucap Melody memandang Dicky dengan serius.

"Tapi aku benar-benar akan mengembalikan uangmu, Mel." Dicky berusaha meraih jemari tangannya yang langsung ditepis oleh Melody.

"Sudah satu tahun ini ucapanmu selalu sama dan tidak terbukti, jadi please stop it!" Melody melampiaskan amarahnya yang sudah tak terbendung kepada mantan pacarnya itu.

"Kenapa, Mel? Apa karena Pemilik Kayana itu kamu berubah?" Dicky kecewa, justru penolakan kembali yang ia terima dari wanita yang masih dicintainya itu.

"Gak usah menyalahkan orang lain kalau kesalahan itu sudah jelas ada sama siapa," kata-kata Melody yang telak menusuk hatinya dan seketika membuatnya terdiam.

"Tapi Mel. Kamu jadi kasih aku pinjam…." Dicky tidak kuasa menyelesaikan kata-katanya ketika Melody menatapnya penuh amarah dan mempersilahkan ia pergi dari hadapannya sebelum Melody benar-benar meluapkan amarahnya lagi.

"Semoga kamu bahagia, Mel," ucap Dicky sebelum benar-benar meninggalkannya. Melody kembali ke sofa dimana Panji menunggunya, ia masih menahan kekesalan terhadap pria tak tahu malu macam Dicky.

"Maaf lama," kata Melody kepada Panji.

"Sudah, tidak masalah. Kita makan malam dulu, saya mau ajak kamu ke butik untuk ambil dress." Panni mengajaknya langsung ke mobil.

"Baiklah, mau makan dimana?" tanya Melody.

"Saya lagi pengen masakan khas indonesia, sate atau sejenisnya. Kamu ada ide?" tanya balik Panji.

"Oke, saya ada sate langganan. Mau coba?" tawar Melody.

Keduanya masuk ke dalam mobil dan Joni yang sedari tadi diam mulai mengeluarkan suaranya.

"Mbak Mel, saya mau protes," ucap Joni agak ksal.

"Protes apa Pak Joni?" tanya Melody memandang Panji bertanya.

"Saya kerja bertahun-tahun sama Pak Panji, gak ada sedikitpun dia mau nungguin saya lagi apa, semuanya harus standby sebelum yang mulia raja on." Ucapan Joni membuat Melody dan Panji terkikik.

"Kamu mau ajukan cuti juga harus ada yang gantiin nemenin saya, jangan saya ditinggalkan begitu saja. Pusing saya, Jon." Panji memang bergantung padanya, hampir semua pekerjaan Joni lah yang mengaturnya, termasuk jika ada pekerjaan yang berhubungan dengan Felishia.

"Sate yang lagi viral itu bukan, Mbak Mel?" tanya Joni memastikan.

"Iya, yang lagi rame di instagram, saya udah chat yang punya. Kebetulan kami tetanggaan di apartemen. Beda lantai aja, sering ketemu," ucap Melody tenang.

"Biar gak kehabisan maksudnya?" tanya Panji. Ia menggenggam jemari tangan Melody, wanita itu sedikit terkejut dengan perlakukannya yang cenderung romantis dan spontan.

"Iya, tentu." Melody memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas setelah mendapatkan jawaban pemilik kedai sate yang ia maksud.

Melody dan Panji turun dari mobil, parkiran tempat itu cukup ramai mengingat waktu jam makan malam sudah dimulai, Panji memilih melepas dasi dan jas nya agar terlihat lebih santai. Menyisakan kemeja putih yang lengannya sudah ia tekuk setengah.

"Tempat duduk sudah disiapkan, Mel. Bye the way, makasih udah ajak Pak Panji makan disini," ucap pemilik kedai sate taichan. Ia menyambut kedatangan Melody ketika tahu ia mengajak Panji.

"Wah, makasih banyak," ucap Panji antusias.

"Ini mau duduk aja, Pak. Saya juga lapar," ucap Joni tidak sabar.

"Duduk, Jon. Kamu dari tadi kayaknya uring-uringan sama saya. Apa bonus bulanan belum turun?" tanya Panji mengejeknya.

"Turun tapi kenapa janji bapak belum ditransfer juga," sahutnya kesal.

"Oke, sabar. Sekarang kita makan dulu, jangan sampai perdebatan gak penting ini merusak mood makan Melody," kata Panji terkekeh.

Pesanan sate mereka datang, tanpa disadari oleh mereka, Felishia dan manajernya juga berada di tempat yang sama.

"Di call, kamu angkat gih," ucap Manager Felishia.

"Kebetulan sekali ketemu disini. Kamu mau ketemu Melody?" tanya Panji di ujung teleponnya.

"Boleh, habis makan bagaimana? Mas mau ajak dia ambil dress bukan?" tanya Feli dengan ekspresi biasa aja.

"Oke, kita ketemu di butik Tante Hera. Makasih." Panji menutup sambungan teleponnya.

"Mbak Feli?" tanya Melody penasaran.

"Iya, dia juga disini lagi sama managernya. Kita ketemu di butik saja. Disini terlalu banyak orang," kata Panji mengambil keputusan.

"Ini mah serius?" Masih tidak percaya dengan cara komunikasi Panji dan istrinya bisa sesantai itu.

"Serius, kamu santai aja. Saya jamin tidak akan terjadi apa-apa. Apalagi yang kamu takutkan," ucap Panji. Ia meminta Melody untuk menghabiskan makan malamnya.

"Oke, sekarang kita bisa ke butik," kata Melody setelah menghabiskan makannya. Setengah jam setelah ia berhasil diyakinkan oleh Panji.

Butik tersebut terletak tak jauh dari kedai sate, Melody dan Panji sudah berada di dalam mobil meluncur ke tempat itu. Berada di sebuah ruko elite di kawasan Summarecon, butik tersebut memang terlihat menonjol dibandingkan bangunan lainnya. Pemiliknya membeli beberapa unit ruko dan menjadikannya sebuah butik mewah dan elegan. Feli dan managernya sudah berada di tempat itu, keduanya menunggu kedatangan Panji dan Melody.

"Tipe wanita sederhana dan keibuan, cocok untuk calon anak Mas Panji," ucap Feli mengomentari Melody.

"Lo dah yakin beneran Fel? Gak nyesel kasih izin suamimu nikah lagi?" tanya managernya memastikan keputusan Feli.

"Semua sudah dibicarakan, aku gak bisa kasih Mas Panji anak, dia mau anak. Solusinya ya adopsi anak atau nikah lagi," jawab Feli santai.

"Artinya kamu siap suamimu membagi waktu dan uangnya untuk wanita lain?" pertanyaan telak managernya menyadarkan Feli. Ada hal lain yang ia lewatkan, namun ia berhasil menguasai diri di hadapan managernya.

"Ya, itu bagian dari resiko berbagi suami. Ya berbagi semuanya, termasuk waktu dan uang," kata Feli yakin.

"Feli, mereka datang." Hera pemilik butik tersebut masih ada hubungan saudara dengan Panji memberi tahu.

Feli beranjak dari duduknya, wanita itu terlihat percaya diri dengan penampilannya yang glamour. Memakai dress tanpa lengan berwarna merah, ia terlihat menawan dan seksi. Mendekati Panji dan Melody, ia menyapa dengan ramah suami beserta calon madunya.

"Melody, saya Felishia, istri dari calon suami kamu," ucap Feli santai dan tidak dibuat-buat.

"Saya Melody, Mbak." Menerima jabatan tangan Feli, lalu keduanya cipika-cipiki untuk menghilangkan kekikukan.

Susana sedikit tegang, namun Panji berhasil membuat keduanya santai, dua wanita yang berada di hadapannya kini tengah berbincang. Panji memilih berbincang dengan Hera dan manager Feli, sengaja memberi ruang keduanya untuk saling mengenal agar tidak terjadi kecanggungan ketika mereka akan bertemu di acara-acara berikutnya.

"Jadilah istri yang baik untuk suamiku, jangan ulangi kesalahan yang sudah kubuat, aku yakin kamu bisa." Ucapan Feli kepada Melody yang sempat Panji dengar. Pertemuan pertama yang tidak ia rencanakan berakhir manis, untuk sementara Panji dapat bernapas lega.