webnovel

Secret Story of Demigod

Arsen Dionysus, demigod tampan dengan segala pesonanya yang ada. Dalam darahnya mengalir pula darah Ares sang dewa perang, dan Aphrodite sang dewi cinta. Namun siapa sangka jika sifat Aphrodite juga menurun pada Arsen, membuat pemuda itu mendapat julukan, si tampan pemecah hati. Ah tidak hanya itu, karena memang di dalam dirinya mengalir darah sang dewa perang, Arsen menjadi begitu pembangkang, sulit di atur, dan cenderung suka membuat onar. Hingga suatu hari, Anna, si manis putri Dewa Apollo, menangis keras karena Arsen yang mencampakkan cintanya, dan di hari yang sama pula, Arsen membuat ulah dengan menyembunyikan salah satu senjata milik Dewi Anthena. Belum lagi dengan kemarahan Medusa karena tingkah menyebalkan Arsen tempo hari. Cukup membuat pemuda itu diusir dari akademi demigod, dan mendapat sebuah misi penting. Arsen harus menyamar menjadi manusia biasa! Dan harus menemukan dua demigod yang hilang. Kalau sudah begini, Arsen lebih baik menangis keras di pelukan ibu asuhnya Airin, karena demi trisula agung Dewa Zeus, dunia manusia bahkan lebih menyebalkan dari omelan Dewi Aphrodite yang bahkan tidak berhenti dalam waktu berhari-hari. Ah malang sekali nasibnya, sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Eshais · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
5 Chs

Arsen (3)

"Wah Arsen," seru Kate heboh, memeluk tubuh Arsen erat.

Yang di peluk tertawa renyah, balas memeluk adiknya itu, "Wah kau sudah besar ya, sepertinya lebih tinggi dari terakhir kali kita bertemu, adik,"

"Aku tahu, sekarang aku mengikuti les berenang,"

"Wah benarkah? Itu bagus," sang demigod bertepuk tangan dengan bangga, "Oh ya sudah berada di tingkat berapa kau sekarang?"

"Tingkat 1 di SHS," jawab yang lebih muda.

"Ah aku mendapatkan tugas untuk mencari demigod yang hilang, dan menurut informasi mereka berada dalam satu sekolah denganmu,"

"Demigod yang hilang? Bagaimana bisa?"

"Entahlah, aku juga pusing memikirkan semua itu, dan yang terpenting aku harus menyamar sekarang, tidak baik banyak manusia mengetahui aku seorang demigod," Arsen membuang napasnya kasar sembari mengacak rambutnya frustasi.

"Bicaralah dengan mama, dia pasti mendapat semua solusi dengan mudah,"

"Ya, aku tahu, mama sudah mendaftarkan ku di sekolahmu dan besok aku sudah mulai belajar," sang pemuda menunduk lesu, "Aku tidak bisa lagi meruntuhkan gedung sekolah di sini,"

Kate hanya menggeleng maklum, "Jangan gunakan kekuatan dewamu ini di sini jika tidak ingin membuat kehebohan,"

"Aku tidak sebodoh itu untuk melakukan hal itu Kate, yang ku khawatirkan adalah, aku sedang di jadikan umpan, entah umpan apa,"

"Maksudmu?"

"Aku juga tidak mengerti, ibu mengatakan itu padaku, dan tidak menjelaskan detailnya,"

"Mungkin saja itu sebuah rahasia,"

"Sudah jelas itu rahasia, dan kenapa aku tidak boleh mengetahuinya?"

"Mungkin karena kau hanya demigod dan rahasia ini hanya di ketahui oleh para dewa,"

"Hanya demigod, astaga itu sangat menyakitkan," Arsen merengut sedih.

"Setidaknya kau berada di atas manusia biasa,"

"Huh, ya aku tahu, tapi sesungguhnya menjadi demigod tidak semenyenanngkan seperti yang aku kira,"

"Apa yang kau pelajari di demigod akademi?"

"Entahlah, banyak sekali, seperti cara berperang, cara mengendalikan kekuatan, menghafal nama-nama dewa, menghafal makhluk-makhluk mitologi yang bahkan dalam bayangan saja sudah membuatku takut,"

Kate menatap pemuda itu aneh, "Kau bahkan takut dengan apapun Arsen,"

"Tidak semuanya, sekarang aku sudah lebih berani, memotong rambut ular Bibi Medusa misalnya,"

"Itu bukan berani, tapi gila," sang adik melotot sinis, "Aku bahkan tidak akan kaget mendengar kegilaanmu yang lain,"

"Bahkan jika aku melepas banteng milik Zeus? Mencampakkan cinta Anna putri Dewi Apollo, dan menjadikan Mirai putri Dewa Poseidon, menyembunyikan tombak milik Dewi Athena di tempat tinggal para Siren, berdebat dengan cupid, berteriak pada Dewi Aphrodite, merobohkan gedung sekolah, memotong rambut Bibi Medusa, meyelinap ke dunia bawah, dan kau harus mengetahui betapa dinginnya udara di sana,"

Kate menghela napas berat, "Aku tak yakin kau dapat termaafkan dengan semua perilakumu itu Arsen,"

"Hey itu bahkan belum 50 persen dari semua hal menyenangkan yang aku lakukan di akademi demigod,"

"Aku tidak tertarik mendengar kenakalanmu itu Arsen,"

Arsen Dionysus menggeleng ribut, "Itu bukan sebuah kenakalan, hanya saja aku sedang menikmati masa muda, sebelum berubah menjadi pria dewasa dengan setumpuk pekerjaan yang menyebalkan,"

"Menjadi dewasa tidak seburuk itu kau tahu,"

"Tidak, menjadi dewasa sangat membosankan, ayah juga menyetujuinya,"

"Terserah kau saja,"

***

"Anak-anak, makan malam sudah siap," seru Airin yang di balas teriakan kedua anaknya.

"Baunya sangat harum, astaga aku bahkan nyaris meneteskan air liurku,"

Kate menatap Arsen jijik, "Menjijikan Arsen, jauh-jauh dari ku,"

"Jangan bertengkar di meja makan," Mario mengingatkan, "Kalian tidak ingin papa membalikan meja makan ini kan?"

"Papa kenapa menyebalkan sekali? Suka sekali mengancam," Kate merengut kesal.

Sang ayah hanya terkikik melihat perilaku putrinya, "Ayolah, Kate, papa hanya ingin melerai kalian,"

Arsen tertawa, "Kau cengeng sekali Kate,"

"Biarlah, aku 'kan perempuan,"

"Jangan bertengkar anak-anak," Airin menengahi, wanita itu meletakkan semangkuk besar sup iga sapi di atas meja makan.

Si sulung tersenyum lebar, segera meraih piring yang tak jauh darinya dan mengambil sesendok besar sup iga sapi dengan beberapa potong ayam goreng, "Aku tidak bisa menemukan ini di akademi,"

"Apa yang kau makan di sana?" tanya Kate kemudian.

"Beragam, hanya saja tidak seenak masakan ibu," jawab Arsen saat hendak menyuapkan makanannya, "Masakan mama memang yang terbaik,"

Airin tertawa renyah, mengusap rambut Arsen sayang, "Aku tahu,"

"Itulah kenapa papa menikahi mama,"

Kate sontak beralih menatap ayahnya, "Papa menikahi mama karena mama pandai memasak?"

"Tidak sih, tapi itu salah satu alasannya," Mario menjawab dengan santai, "Alasan utamanya kalian ingin tahu?"

"Aku tahu ini akan menjadi menggelikan, tapi katakan pada kami papa," sahut Arsen.

"Karena papa mencintai mama,"

"Sudah ku duga,"

"Papa itu terdengar menyeremkan," jerit Kate, "Papa tahu? Teman-temanku mengira papa adalah orang yang jahat, seperti penculik,"

Airin tertawa geli mendengar itu, "Memang wajahnya sangat mengerikan,"

"Aku jadi penasaran bagaimana jika papa menumbuhkan kumis,"

"Jangan membuatku bergidik Arsen," Kate kembali menjerit.

Mario tertawa, "Baiklah suatu saat aku akan menumbuhkan kumisku,"

"Tidak papa tidak," sang putri segera menyilangkan kedua tangannya dengan kepala menggeleng ribut, "Jangan pernah,"

"Bukankah papa akan menjadi semakin tampan jika mempunyai kumis?"

"Tidak, tidak akan pernah," Airin ikut menggeleng tegas, "Itu akan membuatmu lebih terlihat menyeramkan Mario,"

"Ayolah Airin,"

"Tidak," ibu dua anak itu memalingkan wajahnya, "Kau siap dengan sekolah barumu Arsen?"

"Ayolah mama, sebelum aku pindah ke akademi demigod aku pernah bersekolah di sini,"

"Ya mama hanya bertanya, bisa saja kau berubah pikiran,"

"Aku tidak ingin menjadi tertawaan seluruh akademi hanya karena tidak menjalankan tugas yang di berikan kepadaku,"

"Bagus, kau sudah mulai bertanggung jawab Arsen,"

"Tentu saja papa, anak tampanmu ini sudah dewasa sekarang,"

"Jika kau sudah dewasa, berhentilah bersikap kekanakan Arsen, apa apaan melepaskan benteng milik Dewa Zeus, itu sangat kekanakan,"

"Usiaku baru 17 tahun Kate, wajar,"

"Itu tidak wajar Arsen, berhentilah melakukan kenakalan,"

"Tapi mama astaga, itu hanya sebuah kesenangan,"

"Terserah kau saja, tapi papa tidak ingin mendengar kau berbuat ulah saat di sini, atau papa akan menghubungi Dewa Hermes untuk membawamu tinggal di istananya,"

"Tidak papa, di sana sangat dingin, aku bahkan nyaris membeku saat berada di sana," Arsen mendramatisir, dengan wajah di buat sememelas mungkin, pemuda itu berseru dengan heboh.

"Jangan berlebihan Arsen," Airin memutar bola matanya malas, "Maka dari itu jangan berulah, mama mendengar cerita Anna, kau baru saja mencampakkan cintanya benar?"

"Bagaimana bisa Anna menceritakannya pada mama?"

"Mama bertemu dengannya saat berbelanja sore ini, dia sedang mengunjungi orang tuanya," jawab Airin, menatap putranya datar, "Berhenti memainkan hati para gadis,"

"Hey aku bahkan tidak menjadikan mereka kekasih,"

"Ya karena kau hanya memberikan mereka harapan palsu," Kate melotot kesal, menodongkan garpu di tangannya tepat di depan wajah Arsen.