Cinta ini buta, buta bahkan tak bisa bedakan mana yang cinta abadi dan cinta sejati. Jika pun cinta itu benar - benar nyata, maka tak akan seindah dunia bagi hidup seorang pria seperti Raditya.
Raditya, pria yang tampan, berjiwa atletis, berotot, punya segala tato di sekitar tubuhnya. Namun siapa yang tau jika dia seorang pria gay, homo, dan menyukai sesama jenis. Jangan salah meskipun dia suka dengan sesama jenis bukan berarti dia tak suka dengan wanita.
Namun dia lebih tertarik dengan pria saat ini, bahkan dia bisa lakukan hubungan hingga satu atau dua jam. Baginya pria itu lebih seksi, dan gairah lebih kuat ketimbang wanita. Suara pun jauh lebih mancung, dan ciuman pun lebih jauh memadai.
"Aaahhh ... Radit! Stop!" Steven bersuara mencoba untuk menghentikan sikap Radit kepadanya. Dia sangat lelah sekarang, sudah berapa kali permainan dibuat Radit kepadanya. Dia tidak kuat lagi, bahkan sekarang hanya napas bisa menahan gairah dari tindihan Radit.
"Kenapa? Kau sudah lelah? Ayolah, kau tidak pernah selemah ini, Sayang! Aku tau kau malu, di sini hanya kita berdua, tidak ada yang mendengar seru-seruan permainan kita," ucapnya memohon agar Steven mau mengiakan permainan itu.
Steven mengangkat lehernya dan melirih apa yang dilakukan oleh Radit padanya. Benda itu, entah apa yang membuat dia tak bisa menolaknya, Radit mulai memasukan ke bagian yang mudah terangsang itu.
Beberapa menit kemudian Steven terguncang sebuah getaran yang hebat telah memberi reaksi padanya. Steven seakan meremas kain seprei itu sekuat tenaga. Radit senyum bahagia, kemudian dia juga kembali mengecup setiap sisi tubuh milik Steven itu.
*****
Rumah kompleks sederhana, di dalam kamar seorang wanita tengah gila melakukan seorang diri di sana. Menggerakkan seluruh tubuhnya yang lentur seperti ular kepanasan karena api. Tanpa ampun, dia menggigit jari-jarinya sendiri sembari menjilat sangat buas.
"Ouuuhh ...."
Tanpa sadar oleh wanita itu ketika seseorang dari tadi memperhatikan kelakukan yang dilakukan di sana. Setelah beberapa menit melakukan senonoh itu, dia pun mematikan benda dia beli di Shopee.
Melihat seluruh tempat tidurnya cairan kental dan air darinya sendiri pun harus turut basah. Dia segera menarik kain yang membalut tempat tidur nya. Tiba-tiba wanita itu dikagetkan oleh seseorang dari tadi berdiri di depan kamarnya tersebut.
"Apa yang kau lakukan di sini, Gea?" tegur wanita itu saat dia ingin menaruh kain basah saat lakukan hal senonoh di kamarnya.
Orang yang dari tadi menonton dan menyaksikan dari wanita di kamar itu sepertinya, dia juga ingin merasakan benda di pakai oleh wanita itu.
"Apa itu mengasyikan?" tanyanya pada wanita itu.
"Apa yang mengasyikan?" malah dia balik bertanya.
"Itu, benda yang kakak mainkan tadi?" jawabnya malu-malu sambil memainkan rok abu-abu.
Wanita itu menatap Gea sangat tajam, seolah apa yang dia lihat tadi bukanlah hal pantas dia lihat. Tetapi wanita itu langsung senyum dan mengelus pipinya. Gea takut jika wanita itu akan marah sudah lancang mengintip yang dia lakukan beberapa jam yang lalu.
"Mengasyikan atau tidaknya tergantung orang yang memakaikannya. Seperti merasakan intiman dengan seseorang. Kakak pakai itu hanya untuk kesenangan sendiri, bukan untuk hal-hal gila," ucapnya kemudian, apalagi sempat menasehati Gea.
Gea pun memberanikan untuk memandang wajah wanita yang dia sebut Kakak. Gea memang masih belia, umurnya masih 18 tahun. Sebentar lagi dia lulus, apalagi dia juga bingung untuk melanjutkan pendidikan lagi atau tidak. Melihat kakaknya selalu diputus hingga cerai berai segala pria. Gea menjadi takut untuk menikah.