webnovel

SATRIA

Siti_Handriani · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
44 Chs

Jadi, Yuka itu....

"Pacaran?" Tanyanya dengan sangat lirih seraya menatap kedua orang dihadapannya.

"Enggak kok, aku sama Satria gak pacaran." Ucap Yuka dengan paniknya.

Mendengar hal itu , Satria dibuat penasaran akan apa yang sebenarnya Yuka inginkan. Tangan Satria merangkul bahu Yuka kemudian mendekatkan ke arahnya .

"Maksud kamu apa? Kita kan udah pacaran Yuka."

"Enggak, kita gak pacaran, Rye harus percaya sama aku ya." Ucap Yuka terus meyakinkan Rye.

"Bukan ini yang gue mau, kenapa Rye malah jadi sedih?? Gue gak bisa biarin ini." Batin Yuka berkata dengan begitu gelisah nya.

Yuka kemudian menatap sekitar, dan ia melihat seseorang yang begitu asing dimatanya.

"Siapa laki-laki itu?" Dan hanya ia ucapkan dalam hati, namun Athena berinisiatif memberitahunya.

"Kak Yuka, perkenalkan , ini Azzam , dia..."

"Pacar Rye," sambung Azzam dengan nada dingin dan mata tajam yang tertuju pada Yuka.

"Loh?? Apa-apaan nih?? Kamu bahkan nolak aku Rye." Protes Satria akan kenyataan yang diterimanya.

Athena tak mengerti akan apa yang Azzam pikirkan. Yang ia lakukan sekarang hanya bisa tertunduk diam agar tak salah dalam bertindak sesuai dengan yang Azzam inginkan.

"Gue pacarnya." Ucap Azzam pada Satria . "Gue yakin, Satria lupa sama rupa gue, walau gue sepupunya , tapi gue mirip sama ummi." Batinnya begitu senang.

Yuka semakin panik, bukan begini !! bukan ini yang ia inginkan. Tangannya terkepal erat menatap Azzam penuh dengan kemarahan.

"Kak Yuka." Panggil Athena membuat kesadarannya kembali. Dengan segera ia mengembalikan mimik wajahnya dengan senyum menghias wajah cantiknya itu.

"Iya, kenapa Rye?" Yuka mendekat, dan sesuatu hal mengejutkan membuat mereka semua terpaku.

Cup

Yuka , mengecup punggung tangan Athena bak seorang pangeran pada putrinya.

"What the hell???"

"God!!!!"

"Anjir... jangan bilang , dia lesbi?" 

Sakha, Azzam, Satria langsung berpandangan seolah memikirkan hal yang sama.

Mereka shock bukan main, wajah mereka bahkan tak dapat menunjukkan ketampanan mereka lagi .

Namun, mereka bertiga langsung tersadar kembali.

"Yuka, kita ke kantin yuk." Ajaknya berusaha menghilangkan pikiran yang sedari tadi bersarang di otaknya.

Namun dengan tegas Yuka menolak Satria dengan memeluk Athena begitu eratnya.

Athena terkejut bukan main , ia merasa asing akan apa yang Yuka lakukan padanya .

"Rye, aku kangen kamu tau... bahkan aku bela-belain jadian sama si dingin itu biar bisa deket terus sama kamu."

"Kenapa? Padahal kan kita memang udah deket." Ucap Athena begitu polosnya membuat ketiga remaja lainnya bergerak misuh-misuh karena gemas.

"E..em.. kepala Yuka menggeleng kekanan dan kiri bukan seperti itu Rye, aku kan..."

"Heitt... heiitttt.. stop!! Jangan lanjutin lagi . Sat, bawa cewek lo keluar dulu." Ucap Sakha begitu ketusnya membuat Athena menatapnya bingung.

"Ihh.. gak mau, aku mau sama Rye."

"Iya , nanti juga ketemu lagi.. yuk, keluar dulu." Ajak Satria yang berusaha agar tak menariknya dengan kasar.

"Okey.. okey , tapi Rye, dia bukan pacar kamu kan??" Tanya Yuka dengan penasaran, begitupun Satria.

"Udah .. sana keluar dulu aja!" akhirnya, Satria dan juga Yuka keluar dari ruangan itu.

.

.

Mereka pergi ke taman rumah sakit, Yuka pun memulai pembicaraannya.

"Lo pasti jijik kan , sama gue?" Ucap Yuka pada Satria yang kini terduduk di sampingnya.

Satria tak menjawab, ia kini hanya terfokus menatap bunga yang berada di hadapannya.

"Semua itu , karena keluarga gue yang hancur berantakan. Bokap gue sering main wanita dan itu buat nyokap gue frustasi."

"Nyokap gue meninggal karena bunuh diri , bukannya berubah, bokap gue semakin menjadi. Gue gak percaya sama laki-laki lagi, gue gak mau merasakan apa yang nyokap gue rasakan . Gue.."

Pelukan itu Satria berikan padanya. Satu kata yang Yuka rasakan.

Hangat , dan inilah pertama kalinya ia merasa lega karena telah memberi tahu rahasianya.

"Semua orang berhak mencintai, perempuan, laki-laki, dimata Tuhan semua umatnya Sama. Tak ada yang di beda- bedakan."

"Lo boleh cinta pada perempuan, namun lebih baik lagi, cinta dalam konteks yang berbeda. Seperti mencintai dan menyayanginya sebagai adik. Bukan pasangan."

"Gak semua laki-laki sama seperti apa yang pernah lo lihat."

Satria mengurai pelukan mereka dan mencengkram kedua bahu Yuka dengan lembut .

"Lo bahkan gak sadar , ada seseorang yang menyukai bahkan menyayangi lo sebagai wanitanya."

Yuka terkekeh pelan dengan mata sendunya . Itu hal yang tidak mungkin.

"Lo gak percaya?" Ucap Satria padanya.

"Gak mungkin, itu hal yang paling gue takutkan, pasti gak ada juga orang yang mau deket sama gue."

"Lo salah, coba sekarang lo balik badan lo."

Satria melepas tangannya dari bahu Yuka, dan saat ia berbalik.

"Hai..." sapa seseorang dengan wajah memerah , ia gugup , bahkan tangan nya gemetar begitu hebat.

"Arthur?" Ucap Yuka tak percaya dengan apa yang ia hadapi kini, dan tepat di belakang pria itu, Athena, Azzam dan juga Sakha tersenyum seolah menyemangati.

"Ada apa sebenarnya?" Tanyanya begitu penasaran.

"Gue.. gue , suka sama lo, bahkan sayang sama lo.."

"Kok.. bisa? Padahal, kita kan.."

"Sering berantem,,? Ucap Arthur dengan cepat , itu hanya jadi alasan biar gue bisa ngobrol sama lo, gue mau terus deket sama lo.."

Mata itu memancarkan kesungguhan membuat Yuka diam tak bergeming. Badannya yang kaku sedikit demi sedikit gemetar tak kuasa menahan diri.

Air mata itu mengalir begitu saja membasahi pipi Yuka. Arthur melihatnya, dengan segera ia mendekat.

"Jangan nangis, gue emang tipe orang yang gak romantis, gue orang yang jutek, bahkan , gue selalu ngejek lo . Maaf Yuka , tapi gue benar-benar sayang sama lo"

Yuka semakin terisak dalam tangisnya. Dengan cepat, Arthur membawa Yuka dalam pelukannya.

"Lo mau jadi pacar gue?" Ucapnya begitu tegas, namun Yuka yang masih berada dalam pelukan lelaki itu mampu mendengar detak jantungnya yang begitu cepat.

Akankah ini menjadi menghapus mimpi buruknya??

Yuka mencoba memantapkan hatinya, namun seolah teringat sesuatu.

"Tapi, gue sama Satria..."

"Ho..ho.. Satria mengangkat kedua tangannya,  itu cuma sandiwara , gue cuma mau tau kenapa lo selalu liatin Rye dengan pandangan yang sulit di artikan. Makanya , gue buat rencana ini..."

"Emangnya gue mau apa hah?" Dumel Yuka pada Satria yang hanya dibalas dengan kedikkan di bahunya.

"Jadi, gimana??"

"Gimana apanya sih Arthur?" Ucap Yuka seolah lupa akan apa yang Arthur ucapkan beberapa detik yang lalu.

"Lo mau gak jadi pacar gue??" Ucap Arthur dengan gemas akan sifat pelupa gadis dihadapannya ini.

"Iya , gue mau." Ucap Yuka dengan wajah bersemu merah.

"Yessss!!!!"

"Thanks ... Yuka."

〰〰〰〰〰