webnovel

SATRIA

Siti_Handriani · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
44 Chs

Dua Sisi

Akhirnya , dengan berat hati Satria dan juga Yuka meninggalkan ruangan Rye.

"Jadi, sekarang kita mau kemana?" Tanya Satria pada Yuka saat kembali tersadar bahwa perempuan disampingnya ini telah menjadi pacarnya.

"Hah? Em.. gimana kamu aja," jawabnya dengan tak bersemangat.

"Kok , gak semangat gitu sih?"

"Aku kan mau ketemu sama Rye... mau lihat keadaannya. Besok kita kesini lagi , gapapa kan?"

"Iya gapapa... sekarang kita kemana dulu nih?"

"Emm.. aku mau pulang aja, gapapa kan Satria??" Ucap Yuka pada Satria yang dibalas dengan kernyitan didahi seolah bertanya kenapa.

"Ah... em, pengen istirahat aja , capek, hehe.."

"Ohh.. okey, yuk , kita pulang."

Satria pun membawa Yuka dengan motornya menuju kediaman gadis itu. Diperjalanan pun , terjadi keheningan karena tak ada pembicaraan dari keduanya.

Rumah dengan nuansa green white di penuhi dengan pepohonan dan juga bunga cantik menghiasi taman depan rumah Yuka. Sejuk, itulah yang dirasa Satria saat ia memasuki pekarangan rumah Yuka.

"Mau mampir dulu?" Tanya Yuka saat setelah ia turun dari motornya.

"Gak usah, kamu kan mau istirahat." Balasnya dengan senyum tipis yang terhias di wajah Satria.

"Okey, hati - hati di jalan ya."

"Iya, bye Yuka." Setelah berpamitan, akhirnya Satriapun meninggalkan kediaman Yuka dengan raut wajah yang kembali datar.

Yuka pun sama , ia merubah raut wajahnya saat Satria telah pergi meninggalkannya.

"Cih, males banget," gumamnya , kemudian dengan segera masuk ke dalam rumah.

.

.

Mata itu sedikit demi sedikit terbuka, menampakkan manik coklat yang selalu ia rindukan. Pipi yang dulu chubby kini menjadi hilang berganti dengan pipi tirusnya.

"Minum..." Lirihnya begitu pelan.

Dengan sigap, Azzam memberikan air minum dan dengan perlahan ia pun mengarahkan gelasnya pada Athena.

"Akhirnya ... " setelah menyimpan gelas, Azzam langsung membawa Athena dalam pelukannya . Ia begitu rindu gadis ini, ia begitu khawatir, ingin sekali ia pindah dan menetap disini. Namun, itu hanya akan menjadi suatu kemungkinan.

"Rye... aku kangen banget sama kamu."

"Rye juga kangen Azzam..."

Setelah melepas pelukannya, tangan Azzam terulur mengelus wajah Athena dengan perlahan seolah ia benda yang mudah pecah.

"Ini , kenapa jadi seperti ini hm???"

"Gatau... tapi masih cantik kan???"

"Masih dongggg..."

Rye yang mendengar itu pun langsung tersenyum ceria walau dengan wajah pucatnya. Mata itu bergerak kesana kemari seolah mencari sesuatu.

"Ada apa Rye?"

"Kak Liam sama yang lainnya kemana Zam?"

"Gatau tuh... aku gak liat dia dari tadi , kalo kakak kamu paling lagi diluar. Bunda lagi pulang, katanya mau bawa baju ganti buat kamu. "

"Emm.. gitu ya."

"Udah..  mendingan, kamu makan dulu ya, nih udah disiapin sama perawatnya."

"Hm okey."

Azzam dengan telatennya membantu Rye terduduk agar bisa menyantap makanannya.

"Aku suapin ya."

"Makasih Azzam."

"Sama- sama sayangkuuu..." tangannya dengan gemas mengacak rambut Athena.

Suapan pertama

Suapan kedua

Ketiga

Ke empat

Dan selanjutnya...

Hingga akhirnya makanan itu habis tak tersisa. Azzam memberikan gelas berisi air pada Athena untuk diminumnya.

Betapa perhatiannya Azzam, hal itu bahkan di saksikan oleh Arthur dan juga Sakha yang kini mengintip di balik pintu.

.

.

"Ka, ikut gue, ada yang mau gue omongin." Ucap Arthur yang kini sedikit menyeret Sakha untuk segera mengikutinya.

"Eh..eh.. apa apaan sih?? Gue kan mau ketemu Rye."

"Ikut dulu, ada yang mau gue omongin, serius."

"Hm.. yaudah lepas lah.. lo mau kita disangka homo?"

"Ihh. Amit amit!"

Akhirnya mereka berdua pergi meninggalkan ruangan Athena dan berjalan menuju kantin rumah sakit.

"Apaan sih??"

"Lo sadar gak sih , ada yang beda sama sikap Satria tadi?"

"Hah?? Maksud lo ? Gimana , gimana? Gue masih belum paham."

"Ck.. lo inget ga? Tadi waktu kita pulang sekolah? Dia nawarin si Yuka naik motornya, bahkan nganter dia pulang kerumahnya."

"Iya juga sih.. tapi kan bisa aja karena dia temen kita."

"Woy..  lo nyentuh motor dia aja kagak boleh... padahal kan lo sahabatnya . Sekarang , coba putar ulang lagi, selama ini siapa aja yang naik motor itu anak?"

"Rye sama... eh, kok?? Jadi gini , si Yuka?"

"Hm.. gue rasa, mereka memang punya hubungan spesial deh."

"Ssttt.. jangan ngomong itu di depan Rye, pokoknya jangan sampai dia tahu."

"Hm.  Gue pun pasti usahakan itu. Karena gue juga tau sebenarnya perasaan Rye."

Setelah membicarakan hal itu, keduanya hening tak mengeluarkan suaranya lagi.

"Bunda..." teriak Sakha saat ia melihat Ily yang kini menenteng keresek putih berisi beberapa camilan dan juga minuman.

"Kalian kok disini?? Yang jaga adek siapa??"

"Itu bun, kan ada Azzam."

"Ohh.. gitu, yaudah , bunda mau ke kamar Rye dulu ya, mau simpan ini. "

"eh..eh.. tunggu bun."

"Ada apa Art??"

"Bun, bunda tau gak , tadi Satria datang sama siapa waktu kesini?"

"Ohh itu, sama cewek cantik, kalau gak salah namanya Yuka. "

"Terus?? Gimana? Adek liat? Atau dengar sesuatu gak??"

"Gak tuh. . Gak ada masalah apa-apa."

"Hufftt syukurlah kalau begitu."

"Yaudah bunda pamit dulu ya."

"Iya bun, hati-hati ntar dikeceng dokter muda."

"Tenang pak bos." Ily pun mulai melangkah menjauhi kedua anaknya,  namun saat itu juga ia berbalik menatap Arthur dan juga Sakha.

"Tapi, tetap waspada , dan jaga adik kalian ya."

"Siap bunda!!!" Ucap keduanya bak prajurit yang mendapat perintah dari sang ratu.

Ily berjalan dengan perlahan, ingatannya kembali saat ia melihat mata milik Yuka.

Ya, gadis itu, entah kenapa ia merasakan firasat yang buruk tentangnya.

Ceklek , pintu pun terbuka dari dalam, ia berpapasan dengan Azzam yang akan keluar ruangan.

"Mau kemana nak?"

"Mau jajan bun, katanya Rye mau roti isi."

"Udah, ini aja, bunda udah beli kok."

"Okey kalau gitu, ayo bun, masuk."

"Iya iya..." ucap Ily seraya terkekeh akan sifat Azzam.

Padahal ini kamar anaknya, kenapa ia diperlakukan seperti tamu. Ada ada aja.

.

〰〰〰〰〰