webnovel

Sang Petaka

Kisah seorang remaja yang memiliki segudang nasib buruk hingga diberi julukan Sang Petaka. Dia berusaha melawan kejamnya dunia padanya, namun semuanya berakhir ketika satu-satunya orang yang menjadi alasannya untuk tetap hidup pergi jauh meninggalkannya untuk selamanya. Menjelang dari akhir hidupnya. Tiba sebuah keanehan terjadi. membuatnya harus terdampar di dunia lain dengan kehidupan yang baru. Namun takdirnya menjari Sang Petaka tetap tidak bisa berubah. Akankan Pemuda itu bertahan dan mampu menjadikan kehidupannya lebih baik dari sebelumnya? No one know! Let's we see. *Kisah ini belum lengkap. masih dalam tahap penulisan. masih banyak cacat dan perubahan-perubahan, dan mungkin belum konsisten. Novel ini Update dari hari senin sampai jum'at jam 8 malam. Mohon maaf dan selamat membaca.

Saha_Chanel · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
9 Chs

Takdir buruk

Di sebuah pulau kecil, terlahir seoang anak dengan segunung kemalangan. Sepanjang hidupnya dia selalu ditimpa musibah hingga dia menadapat julukan Sang Petaka. Kedua oang tuanya meninggal dunia setelah dia terlahir ke dunia. Penyebabnya tak diketahui, namun banyak yang mengira kalau itu ada kaitannya dengan anak itu.

Tama. Kini dia sudah remaja. Sejak dia dilahirkan, dia dibesarkan oleh kakeknya. Dia besar ditengah hutan, karena penduduk desa tak mampu menerima kehadiran dirinya yang penuh kejanggalan. Hanya kakeknyalah yang mampu. Kakeknyapun rela meninggalkan kekuasaan dan kekayaannya di kampung hanya demi membesarkannya. Namun sayangnya. Kini sang kakek telah tiada. Seminggu lalu, sang kakek menghembuskan nafas terakhirnya karena penyakit jantung yang dideritanya. Sebenarnya Tama sudah berkali-kali meminta kakenya untuk kembali ke desa supaya bisa diobati, namun kakeknya tak mau. Dia bilang dia lebih senang disini dengannya. Sekeras apapun Tama meminta, namun kakek tidak pernah mau menuruti permintaannya. Tama pernah beberapa kali berniat untuk mengakhiri hidupnya, namun upayanya selalu tidak berhasil. Kakeknya selalu datang disaat yang tidak tepat bagi Tama. Dia selalu datang untuk menyelamatkannya. Sedangkan Tama, pada awalnya memilih mati agar semua penderitaan yang ada di pulau ini menghilang. Kakeknya, terutama. Tama yakin kalau dia mati kakeknya akan lebih baik dari sekarang. Namun kakek tak pernah mengijinkannya pergi mendahuluinya.

Disaat saat terakhir kakek, Tama sempat meminta bantuan dari desa, namun tak ada yang mau membantu. Para penduduk desa meminta agar kakenya saja yang tinggal di desa kalau kakenya ingin ditolong. Para penduduk desa tak mau lagi terkena musibah karena kehadiran Tama. Disaat kakenya meninggal. Tama mengurusi semuanya hingga memakamkannya. Tak dibantu siapapun.

Kini.. Dia sendirian, berdiri seolah melawan dunia. Setelah sekitar satu minggu berlalu, kini Tama merasakan bagaimana rasanya sendirian. Akhirnya dia mengerti kenapa kakek gak mau meninggalkannya. Karena kakek pasti tau. Tama takan sanggup menjalani semuanya sendiri.

Sendirian membuatnya merasa tak mampu melakukan apapun. Kini dia benar-benar merasa tak memiliki arti lagi di dunia ini. Alasan satu-satunya dia mau menjalani hidup telah pergi meninggalkannya.

"Aaah.. Bukankan sekarang aku terbebas?"

"Aku bisa melakukan apapun. Sekarang aku sudah bisa pergi dari dunia ini. Takan ada lagi yang menghalangiku seperti dulu"

Pemikiran Tama benar-benar kacau. Dia berjalan kearah tebing yang begitu curam yang mengarah lagsung ke arah laut. Dibawahnya ada begitu banyak bebatuan karang yang sangat tajam. Ditatapnya hamparan laut yang luas tak berbatas itu. Pikirannya kini benar-benar kosong. Air mata tiba-tiba mulai menetes. Tak lama kemudian Tama membentangkan kedua tangannya, menutup mata, lalu menghempaskan tubunya ke udara.

Hatinya menjerit. Menghempaskan semua rasa sakit yang dideritanya selama ini. Kini dia terbebas, Tama merasa lega.

"Aaah.. Beginikah rasanya terbang?"

*

"Dibawah sana bukan tempatmu!!" Tiba-tiba perkataan itu menggema di kepalanya.

Tama terkejut dan langsung membuka matanya. Lalu tiba-tiba "Bruk!". Tubuhnya mendarat, namun bukan di tumukan karang yang tajam itu. Melainkan di udara. Tama terlihat begitu heran. Dia merasa memijakan kaki di tanah tapi tubuhnya masih di udara.

"Ada apa? Kenapa ini?!"

"Tempatmu bukan disini!" Tiba-tiba suara itu muncul lagi.

"Apa? Siapa kau?" Tanya Tama terlihat mulai ketakutan.

Tak berselang lama, ada sebuah pusaran hitam dibawah kakinya. Dia tersedot kedalam. Tak bisa apa-apa lagi, dengan keadaan aneh yang dialaminya, dia terlelap tak sadarkan diri.