webnovel

Sang Petaka

Kisah seorang remaja yang memiliki segudang nasib buruk hingga diberi julukan Sang Petaka. Dia berusaha melawan kejamnya dunia padanya, namun semuanya berakhir ketika satu-satunya orang yang menjadi alasannya untuk tetap hidup pergi jauh meninggalkannya untuk selamanya. Menjelang dari akhir hidupnya. Tiba sebuah keanehan terjadi. membuatnya harus terdampar di dunia lain dengan kehidupan yang baru. Namun takdirnya menjari Sang Petaka tetap tidak bisa berubah. Akankan Pemuda itu bertahan dan mampu menjadikan kehidupannya lebih baik dari sebelumnya? No one know! Let's we see. *Kisah ini belum lengkap. masih dalam tahap penulisan. masih banyak cacat dan perubahan-perubahan, dan mungkin belum konsisten. Novel ini Update dari hari senin sampai jum'at jam 8 malam. Mohon maaf dan selamat membaca.

Saha_Chanel · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
9 Chs

New life for new future

"Tam.. Bangun, udah siang" Suara Mulan membuat hati Tama terenyuh. Ada perasaan kangen yang dia rasakan namun dia gak paham dengan apa yang dia rasakan. Ingatan dia tentang masa lalu yang hilang ternyata benar-benar membatasinya. Perlahan air matanya mulai menetes.

"Taam... Banguun!!"

"Ah iya iya.. aku bagun" Jawab Tama sambil mengelap linangan air mata di pipinya.

Mereka sarapan bersama. Habis itu Mulan mengajak Tama untuk keliling desa.

"Mulan, makasih ya, udah ngijinin aku tinggal dirumah kamu"

"Iyaa.. Tapi sebagai gantinya kamu harus bantuin aku, gimana?"

"Iya.. Aku akan selalu bantuin kamu ko"

Mulan tersipu malu. Dia sebenarnya hanya bercanada saja kepada Tama, tapi Tama menanggapinya dengan serius. Sebaliknya dengan Tama. Sejak kejadian tadi pagi. Hatinya benar-benar tersentuh, dia merasakan seakan hal itulah yang selalu dia damba-dambakan selama ini. Kasih sayang dari seseorang. Tama telah membulatkan tekad untuk selalu menjaga Mulan apapun yang terjadi. Dia tidak mau perasaan yang kini dia miliki menghilang dari dirinya. Walau disisi lain, tama juga merasa cemas. Dia merasa seakan kebahagiaan itu akan segera terampas darinya. Hidupnya dipenuhi kebimbangan.

"Ya Udah, habis ini kamu bantu aku mecari jamur ya?" Titah Mulan kepada Tama.

"Jamur?"

"Iya. Jamur. Itu pekerjaanku. Pencari Jamur"

"Ah.. Oke, aku akan selalu bantu kamu. Apapun itu."

"Eh, gak usah seserius gitu. Cara bicaramu itu kayak yang ketakutan akan kehilangan sesuatu tau?!" Tandas Mulan.

"Eh.. Iya kah? Entahlah. Aku juga bingung"

"Aah.. ingatanmu disegel sih, aku mengerti dengan perasaanmu saat ini."

"Terimakasih"

*

Setelah mereka keliling desa untuk memperkenalkan lingkungan barunya kepada Tama, Mulan dan Tama pergi ke hutan Addzone untuk mencari jamur.

"Mulan, jamur-jamur ini biasanya kamu apain?" Tanya Tama sambil membolak-balik jamur di tangannya.

"Um.. Biasanya aku jual sih. Tapi sebagian aku olah buat persediaan makanan."

"Ooh.."

"Knapa?"

"Gapapa. Cuma pengen tau doang. Kamu sering ke hutan sendirian?"

"Sering. Aku udah biasa pepertgian sendiri sejak tinggal sendiri"

"Waah.. Kamu hebat."

"MULAN AWAS!!" Tama mendorong Mulan ke aras samping setelah dia melihat sekelebat cahaya menghampiri mereka dengan kecepatan tinggi.

Mulan langsung jatuh dan merintih. Lalu tatapan mereka langsung teralihkan kearah Pisau yang dialiri kilatan-kilatan listrik yang menancap di sebuah pohon.

"Mulan kamu gakpapa?" Tanya Tama bergegas menghampiri mulan lalu membantunya berdiri.

"Aku gakpapa. Makasih ya, kamu udah nyelametin aku"

"Iya. Sama-sama. Sebenarnya benda apa itu?"

"Gak tau. Tapi itu pasti ulah penyihir" Tandasnya sambil menatap pisau itu dengan tatapan tajam

"Penyihir? Apa mereka jahat?"

"Tidak semua. Mereka seperti kita. Mereka manusia. Hanya saja mereka memiliki kekuatan spiritual yang tinggi." Jelas Mulan.

"Seperti pak Han?" Tanya Tama.

"Iya. Seperti pak Han"

"Hebat juga pemuda disampingmu itu" Tandas seorang bejubah hitam yang tiba-tiba keluar menghampiri mereka dari arah semak-semak.

"Siapa kamu?" Tanya Tama dengan nada tegas sambil menarik tubuh Mulan kebelakangnya.

"Kamu tidak usah tau siapa aku, aku hanya diberi tugas untuk melenyapkan gadis itu." Jelas pemuda berjubah hitam itu.

"Jangan bercanda! Aku tidak akan membiarkannya!"

"Hahahahah... Kalau begitu aku habisi saja kalian berdua!"

Wusss!!

Sebuah hembusan angin kencang mementalkan mereka berdua.

"Mulan, kamu gakpapa?" Tanya Tama cemas

"Gakpapa. Aku baik-baik saja"

"Larilah, aku akan menghadapinya!" Titah Tama kepada Mulan.

"Kamu gila ya? Kamu bisa mati sama dia?!"

"Tenang saja, aku cukup percaya diri" Tegas Tama.

"Udah deh, jangan so kuat. Ayo kita lari sama-sama" Pinta Mulan sambil menarik-narik tangan Tama terlihat panik.

Bruk!!

Tama kembali mendorong Mulan untuk menghindari pisau yang dilempar orang tadi lagi.

Diambilnya pisau yang menancap di batang bohon dibelakangnya, lalu Tama berlari kearah pemuda itu.

"MATI KAUUU!!"

Ting!!

Sebuah pisau yang pemuda perjubah hitam itu lemparkan berhasil ditangkis Tama, lalu dengan cepat Tama berhasil menikam pemuda itu tepat di dadanya. Kecepatannya tiba-tiba bertambah secara tidak wajar hingga tidak bisa dihindari oleh pemuda itu.

"Mustahil...! Kau.." Pemuda berjubah hitam itu langsung kehilangan kesadarannya. Tama langsung melepaskan pisau yang dia gunakan untuk menikam pemuda itu. Dia tak percaya dengan apa yang barusan dia lakukan. Tangannya gemetar. Dia terlihat panik ketakutan. Tama memegangi kepalanya sambil terjongkok menunduk. Menyembunyikan kepalanya dipelukan kedua tangannya.

Mulan yang melihat tingkah aneh Tama langsung memeluknya erat-erat tanpa pikir panjang.

"Tama.. Tama.. Tenanglah.. Aku disini. Aku disini untuk kamu. Tenang saja. Semuanya akan baik-baik saja." Mulan terus berusaha menenangkan Tama yang panik tak karuan.

"Aku.. Aku sudah membunuh orang! Aku seorang pembunuh!!"

"Tidak Tama.. Itu tidak benar. Kamu melindungi aku. Kamu sudah menepati janjimu. Kamu gak salah. Tak apa. Dia orang jahat!" Coba bujuk Mulan untuk membuat Tama tenang.

Setelah beberapa saat. Akhirnya Tama kembali tenang. Mulan pun mulai melepaskan pelukannya.

"Maaf. Aku bukan orang baik" Keluh Tama dengan nada lemas

"Itu tidak benar. Kamu lakuin itu demi aku. Dan aku yakin pria tadi bukanlah orang baik. Kamu liat sendiri kan tadi. Dia hampir membunuh kita.

Tama mengangguk lembut mengiyakan semua penjelasan Mulan.

"Kamu tunggu disini ya, aku akan mengurus sisanya" Ucap mulan.

Tama tak berkata apa-apa dan tak melarangnya juga. Dia hanya terdiam menunggu sambil tersandar lemas di sebuah pohon.

Tak lama kemudian, Mulan pun kembali menghampiri Tama. "Sudah selesai. Ayo kita pulang, takut keburu malam." Ucapnya.