webnovel

Tang Si Berkata Bahwa Song Yi Seperti Orang Gila

Éditeur: Wave Literature

Mungkin karena suasana hatinya sedang sedih, Song Yi diam-diam mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Saat ini pula, Song Yi mengetahui sesuatu dalam hati.

Mereka berdua sangat menikmati barbekyu itu. Setelah selesai makan, mereka masing-masing terdiam cukup lama.

Mu Wanxue dan Song Yi tidur bersama malam itu.

Namun, sepanjang malam Song Yi justru sulit tidur.

Karena dalam hatinya, dia masih teringat sosok yang ada di ruang kerjanya dan kelihatannya itu bukan ilusinya. Selain itu, dia tidak terbiasa tidur bersama orang lain.

Itu sebabnya dia tak bisa tidur terlalu lama.

Saat ini sudah larut malam. Baik kamar maupun rumah Song Yi sangat sepi.

Langit gelap di luar jendela tampak makin kelam. Awan gelap menutupi cahaya bulan.

Suara guntur yang bergemuruh disertai kilat yang menyambar menerangi ruangan itu sejenak.

Saat itulah Song Yi merasakan orang yang ada di sampingnya bergerak.

Song Yi menutup matanya dan berpura-pura tertidur.

Setelah matanya terpejam, Song Yi tak bisa melihat apa-apa. Dia hanya merasa Mu Wanxue bangun dan turun dari tempat tidur. Setelah keluar, Song Yi merasa Mu Wanxue seperti sedang mengambil sesuatu.

Kemudian Song Yi samar-samar mendengar langkah kaki Mu Wanxue yang kembali ke tempat tidur.

Song Yi meletakkan tangannya di bawah selimut. Dia menggenggam seprai erat-erat dan bahkan dia sendiri bisa mendengar suara detak jantungnya di telinganya.

Saat mendengar suara langkah kaki Mu Wanxue yang perlahan mendekat, jantung Song Yi berdetak semakin cepat. Dia ingin membalikkan badan dan berpura-pura terbangun karena guntur.

Ponsel Song Yi mendadak berbunyi nyaring di ruangan yang gelap.

Sekujur tubuh Song Yi bergetar. Dia juga jelas mendengar Mu Wanxue menghentikan langkah kakinya.

Song Yi menyentuh ponselnya dengan bingung. Saat dia membuka matanya, layar ponselnya hanya menampilkan sederet angka.

Rupanya yang meneleponnya adalah orang asing.

Song Yi berdiri sambil memegang ponsel, ia menyalakan lampu yang ada di samping tempat tidurnya. Lampu di ruangan itu menyala redup.

Lagi-lagi terdengar suara guntur dan sambaran petir.

Tepat pada saat itu, Song Yi melihat Mu Wanxue berdiri di samping tempat tidur. Pada saat kilat datang menyambar, dia melihat wajah Mu Wanxue yang menatapnya dengan tatapan suram.

Song Yi sangat ketakutan sehingga ponsel di tangannya hampir saja terjatuh.

Setelah dia menenangkan diri dan meredakan emosinya, dia bertanya, "Hah? Xue Xue? Kau belum tidur?"

Mu Wanxue mengangkat cangkir yang dipegangnya, lalu berkata, "Yang tidur hingga tengah malam pasti merasa sangat haus. Aku pergi dan menuangkan air, tapi tidak menyalakan lampu, karena aku takut cahaya dari sinar lampu akan mengganggu tidurmu. Lagipula, kau bekerja keras sampai tengah malam."

Mu Wanxue mengatakan hal ini dengan terus terang. Raut wajahnya tampak normal.

Song Yi memegang ponsel yang masih berdering di tangannya sambil mengangguk singkat, "Biarkan aku menerima panggilan ini dulu. Entah orang kurang ajar siapa yang berani meneleponku tengah malam begini."

Sebenarnya, Song Yi sangat berterima kasih dengan orang kurang ajar yang tak dikenalnya ini. Namun, dalam situasi yang baru saja terjadi, diam-diam sebenarnya dia merasa bersalah.

Song Yi terlahir sebagai orang yang tidak punya rasa aman. Jauh dari lubuk hatinya, dia sama sekali tidak mempercayai siapa pun, bahkan teman baiknya sendiri.

Dia juga tidak mempercayai kedua orang tuanya.

Song Yi telah dikhianati dengan begitu menyakitkan di masa lalu.

Song Yi berdiri, lalu keluar dari kamar dan menjawab panggilan telepon itu, "Halo?"

"Song Yi …. " Di ujung sana, suara seorang pria terdengar perlahan. Suaranya begitu tenang dan jernih, meskipun di malam yang diguyur hujan deras.

Song Yi terkejut bukan main, "Tang Si?"

"Benar. Aku ada di seberangmu." Tang Si mengatakan dengan begitu sederhana, seolah dia tidak ingin bicara omong kosong lagi.

Song Yi tertegun. Detik berikutnya seolah membawa harapan baginya. Song Yi mengangkat kepalanya, tapi di depan matanya hanyalah kehampaan.

Song Yi mengusap rambutnya dan merasa kesal, "Apa itu lucu?"

"Sendal, piyama, ruang tamu, rambut yang berantakan dan ekspresi pemarahmu seperti orang gila." Di ujung telepon, lagi-lagi terdengar suara Tang Si.

Suaranya terdengar seperti orang yang pemalas, terdengar begitu tenang, bersih, dan merdu.

"Kaulah yang gila!" Song Yi mengangkat kepalanya. Tiba-tiba dia melihat gambarnya tercetak di permukaan kaca ruang tamu. Nada suara Song Yi meninggi, "Kau memperhatikanku?"

"Aku datang menolongmu. Kalau tidak, kau akan telanjang besok pagi."

Song Yi bertanya dengan sedikit membentak, "Bisakah kau serius?"

Song Yi sekarang sangat ketakutan setengah mati.