webnovel

Jauhkan Dirimu, Jika Tidak, Kau Akan Menderita

Éditeur: Wave Literature

"Apanya yang kejam?" Tang Si mendadak memotong kata-kata Song Yi. Wajahnya tenggelam.

Song Yi mengerucutkan bibirnya dan memandang pria yang sedang berdiri di hadapannya. Selangkah demi selangkah, dia menghampirinya dan menekannya.

Sebenarnya, Song Yi sendiri tidak tahu betapa berbahaya dan ekstrem cara yang digunakannya untuk menarik perhatian pria ini.

Song Yi juga tidak menyadari bahwa dia tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya dengan pria lain. Pada saat ini, yang ada di dalam benak Song Yi adalah bagaimana caranya agar dia bisa mendapatkan uang tunai yang cemerlang ini dan kembali ke kantornya.

Song Yi tak tahu apa yang akan dilakukan Tang Si. Dia hanya merasa bahwa Tang Si menakutinya.

Tang Si menekan tubuh Song Yi ke dinding, "Bagaimana kalau aku menciummu?"

Nada suaranya terdengar liar, agresif, sekaligus dingin.

Sudut bibir Tang Si melengkung dan membentuk senyuman menyeringai. Tang Si menatap Song Yi dalam-dalam seperti seekor serigala yang hendak menerkam mangsanya, "Atau, aku harus bagaimana?"

Song Yi terhuyung. Dia tidak tahu bahwa pria di hadapannya ini yang tadinya terlihat pemalas dan cuek ini, mendadak menjadi galak, terus terang, sekaligus menakutkan.

Wajah Tang Si begitu dekat dengan dirinya. Song Yi bahkan bisa melihat dengan jelas kedalaman manik mata Tang Si yang mencekam dan gelap. Secara refleks, tubuh Song Yi bergetar dan seolah menciut.

Tang Si merasa bosan, frustrasi, dan tidak nyaman.

Tang Si mendadak mengangkat tangannya, menyentuh dan mencubit dagu Song Yi. Dengan paksa, Tang Si mengangkat kepala gadis itu.

Bibir Song Yi gemetar. "Ini … Kepala tim … bukankah tidak baik jika kita melakukannya di sini?"

"Apanya yang tidak baik? Aku tidak boleh melakukannya denganmu?" Tang Si mulai berbuat kasar. Song Yi yang merasa terjepit mengeraskan rahangnya. Tatapan mata Tang Si begitu menusuk dan bertanya dengan kasar, "Apa yang kau takutkan?"

Sebelum Song Yi sempat berteriak, dia mendengar suara tajam dan kasar pria itu lagi di telinganya, "Kaulah yang ingin jadi cantik!"

"Jangan pernah kau merayu pada pria! Kau harus punya harga diri dan harus tahu diri!"

Plak!

Kedua kelopak mata Song Yi mendadak melebar. Setiap kata yang diucapkan pria ini membuat kepalanya terasa meledak dan pecah, sekaligus berdengung.

Dengan kata-kata yang dilontarkannya ini, apakah Tang Si merasa bahwa dirinya bukan seorang wanita?

Napas Song Yi makin memburu. Kelopak matanya bergetar dua kali. Tang Si menolaknya dengan cara yang paling intuitif dan kuat.

Apa yang dikatakan Song Yi sia-sia.

Song Yi kenapa? Yang dipikirkan wanita ini adalah bagaimana caranya membalas dendam. Apa yang terjadi padanya?

Bagaimana bisa ada hal-hal yang bisa dikatakan pria, tapi justru tak bisa dikatakan wanita?

Benar. Wanita memang harus bisa menahan diri. Mungkin saja Song Yi yang terlalu berlebihan dan lancang.

Apa yang dikatakan Tang Si memang benar. Song Yi harus bisa menghormati dan mencintai dirinya sendiri. Ini karena Song Yi tidak tahu bagaimana caranya mengukur dan ini adalah pertama kalinya dia mengukur.

Namun, apakah Tang Si tidak bisa mengatakannya dengan cara yang berbeda? Hatinya bukan terbuat dari kaca. Song Yi sudah lama berkecimpung di dalam dunia hiburan. Tentu saja apa yang dikatakannya tidak lebih serius daripada yang dikatakan orang lain.

Namun, Song Yi hanya melakukan hal ini pada Tang Si. Song Yi pasti sudah gila.

Song Yi cukup lama terdiam.

Entah mengapa, Song Yi merasa dirinya sudah bersalah dan dia menyesal karenanya. Kelembutan yang ada di mata rubahnya menghilang dalam sekejap. Senyum merekah yang ada di wajahnya juga telah sirna.

Matanya yang berkaca-kaca itu seolah-olah berputar. Pandangan mata Song Yi seperti tertutup kabut tebal.

Tang Si terkejut dan mendadak dia menganga.

Tang Si menarik tangannya dan mundur beberapa langkah.

Tang Si merapatkan bibirnya. Auranya yang ganas dan liar berangsur-angsur melemah di depan tatapan mata Song Yi yang berair. Cukup lama Tang Si menatapnya dalam diam dan dalam kerumitan.

Cukup lama mereka terdiam, hingga akhirnya Tang Si kembali memulai pembicaraan.

"Tak semua orang adalah Tang Si. Jauhkan dirimu dariku. Jika terjadi sesuatu, kau sendiri yang akan rugi."

Suara Tang Si sangat kecil dan rendah, bahkan hampir tak terdengar.

Song Yi memang cerdik. Saat dia mendengar kata-kata Tang Si, dia mengendus dengan hidungnya.

Saat mengetahui apa maksud Tang Si bahwa tidak semua orang seperti pria ini, Song Yi makin yakin bahwa tidak semua orang bisa mengontrol hawa nafsunya seperti orang ini.

Song Yi membalikkan badan dan tersenyum. Dia berjalan menuruni tangga dan berusaha untuk tidak terlihat memalukan.

Suara itu kembali terdengar di telinga Song Yi. "Untuk apa? Aku hanya bercanda saja. Siapa yang menyuruhmu mengatakan bahwa aku ingin menciummu dengan penuh nafsu, tepat pada saat aku bertemu denganmu? Lalu, apa kau tidak punya pemikiran apa-apa terhadapku?"