Tang Si tak bergerak saat dia mendengarkan kata-kata dari wanita itu.
"Laporanmu sama sekali tidak konsisten dengan spekulasiku. Tentu saja aku akan menanyakannya kepadamu."
Tang Si mengarahkan tatapan matanya kepada lawan bicaranya, "Ada masalah dengan itu?"
Wanita itu hanya mengangguk-angguk dan tersenyum, "Tidak apa-apa. Aku hanya ingin bertanya saja."
Tang Si tidak akan pernah membiarkan orang lain tahu apa yang dipikirkannya. Wanita ini sudah lama mengenalnya dan dia sama sekali tidak pernah tahu apa yang ada di hatinya.
Penampilan Tang Si selalu malas dan cuek. Tak jarang pula dia keras kepala, nakal, dan suka bercanda.
Bagaimanapun juga, selalu ada jarak antara dirinya dan wanita ini.
"Lu Yu, sudah malam. Aku akan meminta orang mengantarmu pulang."
Lu Yu, wanita di hadapan Tang Si ini tersenyum dan menanggapi ucapan Tang Si, "Tidak perlu. Naik taksi saja lebih nyaman."
Brigade Polisi Kriminal yang terletak di pusat kota memang mudah diakses dengan moda transportasi apa pun. Meskipun hari sudah tengah malam, tapi mendapatkan taksi tidaklah sulit.
Di dalam kantor, beberapa staf yang bertugas mulai mengantuk. Mereka yang terlibat menganalisis kasus Wu Wang masih sibuk menyelidiki petunjuk.
Tang Si masih berdiri di depan pintu. Kedua tangannya masih terlipat di depan dada sambil terus memperhatikan. Melalui kaca jendela tertentu, dia melihat wanita itu duduk di dalam.
Wanita itu sama sekali tidak membuat keributan seperti sebelumnya. Suasana di dalam begitu tenang dan hening.
Cukup lama Tang Si menatapnya, lalu dia menepuk tangan.
Apa yang dilakukan Tang Si menarik perhatian orang-orang yang bekerja.
"Kepala tim Tang."
"Bos."
Tang Si mengulum senyum. Dia terlihat santai dan berjalan perlahan, lalu bersandar di meja.
"Terima kasih, kalian sudah bekerja keras dan bersedia lembur. Zhao Liang, tolong pesankan makanan untuk kami semua. Biar aku yang bayar tagihannya."
Tang Si memerintahkan Zhao Liang untuk memesan makanan.
Suasana kantor itu terlihat sunyi. Semua orang yang ada memperhatikan Tang Si, tapi tak ada seorang pun yang bicara.
Zhao Liang terlihat bingung mendengar perkataan Tang Si. Dia menepuk pipinya sendiri, lalu menyahut, "Kau mentraktir kami? Aku tidak salah dengar, kan?"
Setelah bertahun-tahun Zhao Liang bekerja sama dengan Tang Si, pria ini tak pernah mentraktir.
Meskipun hubungan Tang Si dengan rekan-rekan polisi di kantor ini cukup bagus, tapi dia tak pernah menunjukkan kedermawanannya. Semua yang dilakukan Tang Si hanya berfokus pada urusan kantor.
Tang Si tak mungkin membayar makanan mereka semua dengan uang pribadinya.
Tang Si menatap Zhou Liang dengan dingin.
Dia mulai gelisah dan berseru kepada Zhao Liang untuk segera melakukan perintahnya, "Cepat! Cepat! Semua yang ingin makan, cepatlah kemari! Kalau tidak, kalian akan menyesal!"
"Akhirnya kau melakukan apa yang semua orang lakukan."
Tatapan mata semua orang tertuju kepada Zhao Liang.
Sudut bibir Tang Si terangkat. Dia mengabaikan kata-kata Zhao Liang dan menyahut, "Belikan aku pangsit. Tidak pakai cabai!"
Zhao Liang langsung menjawab, "Baik!"
Song Yi bisa mendengar aktivitas dan suara di luar, tapi dia tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi.
Namun, instingnya mengatakan bahwa Tang Si telah kembali ke kantor polisi ini. Setelah beberapa saat lamanya, dia tidak melihat Tang Si masuk.
Song Yi memandang petugas polisi yang sedang menjaganya. Dengan tidak sabar, dia berkata, "Aku ingin bertemu Tang Si."
"Kau tetaplah diam di dalam, jangan membuat keributan."
"Aku ingin bertemu dengannya," Song Yi bersikeras. "Kalau kau menolak, akan kuadukan kau padanya."
"...?"
Petugas yang menjaga Song Yi bingung dengan maksud perkataan gadis itu.
Saat menyadari polisi itu menatapnya dengan curiga, Song Yi berkata, "Akan kukatakan padanya bahwa kau sudah menyakitiku dan menyiksaku."
"...."
Petugas itu terdiam.
Klik! Terdengar suara pintu yang didorong.
Pria yang berada di pintu masuk membawa semangkuk pangsit.
Mata Tang Si tertuju pada petugas polisi yang menjaga Song Yi. Bibirnya yang tipis bergerak, lalu berkata kepadanya, "Kalian boleh keluar. Mereka sudah memesan makanan, silakan kalian menikmati makanan."
Setelah mereka pergi meninggalkan Tang Si dan Song Yi, Tang Si duduk di depan Song Yi.
Tang Si menyodorkan semangkuk pangsit itu kepada Song Yi. Dia mengangkat kakinya dan memandang ke arah kursi, "Ini, makanlah."
"Apakah para petugas memperlakukan tersangka dengan sangat baik? Kau tidak meracuni makanan ini, kan?"
Sudut bibir Tang Si mengerucut. "Kalau kau suka, makanlah. Kalau tidak, jangan makan."
Song Yi bukan orang yang waspada. Saat dia akan menggerakkan sumpitnya, dia mendadak berhenti, memandang Tang Si dan bertanya, "Kau tidak makan?"
Tang Si mengangkat alisnya dan menatap Song Yi, lalu menjawab, "Jika kau tidak keberatan, kita bisa makan semangkuk berdua bersama."
"...."
Song Yi kehabisan kata-kata mendengar penuturan Tang Si.
Dasar pria nakal!
Melihat Song Yi hanya memandang pangsit di hadapannya, Tang Si mendengus. Dari sikapnya, Song Yi tahu bahwa pria ini sudah tidak sabar lagi. "Cepatlah makan, sebentar lagi makanannya dingin."
Kata-kata ini terdengar seperti manusia yang mengatakannya.
Detik berikutnya … .
"Kalau aku makan denganmu, sama saja aku memanfaatkanmu," sahut Tang Si. Dia menundukkan kepalanya dan memainkan korek api yang dipegangnya. Dia menatap Song Yi dan melanjutkan kata-katanya, "Aku tak akan membiarkanmu mengambil keuntungan dariku."
Maaf, kau memang bajingan.
Bajingan perayu.