webnovel

BAB 48

Dengan perlahan Azra dan Alman melangkah masuk kedalam cafe, dan tanpa mereka sadari sebuah sosok hitam berjalan ke arah mereka tanpa mengeluarkan suara.

saat sosok itu semakin mendekat, Azra seperti merasakan sesuatu dari belakangnya dan berfikir dengan cepat langkah apa yang harus dia lakukan sekarang, jika dia menggunakan kekuatannya maka Alman akan dapat melihatnya dengan jelas dari jarak sedekat ini. Oh.. tidak dia semakin dekat dan tanpa sadar Azra mencengkram kaos Alman dengan frustasi dan mengeluarkan hawa membunuh dari tubuhnya. Sepertinya dia harus melakukannya jika tidak sosok itu akan menangkap mereka berdua. Saat Azra bersiap untuk menyerangnya tiba-tiba seluruh ruangan menjadi sangat terang.

"Selamat Ulang Tahun!" suara teriakan terdengar secara bersamaan dari semua orang yang hadir di ruangan itu.

"Apa ini?" Azra masih terlihat bingung dan Alman yang berada disampingnya merasa sedikit terkejut, dia mengerutkan alisnya dan terlihat kurang senang dengan hal itu, namun segera dia mengubah ekspresinya kembali seperti biasa.

Dhyan, Radit dan para pangeran Beastie King menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepada Azra. Tanpa sadar sebuah cairan bening mengalir di pipi Azra, dia begitu terharu bahwa ternyata dia mempunyai orang yang menyayanginya lebih dari yang dia bayangkan.

setelah selesai menyanyikan lagu, Azra meniup lilinnya dan diikuti dengan tepuk tangan meriah dari mereka semua yang hadir.

"Azra sahabatku yang paling baik dan yang paling aku sayangi, selamat ulang tahun untukmu, semoga kamu akan selalu menjadi sahabatku yang terbaik untuk selamanya!" Ucap Dhyan pada Azra sambil memeluk sahabatnya itu dengan erat dan memberikan sebuah kado kepada Azra.

"Ini?"

"Bukalah!" pinta Dhyan, Azra segera membukanya dan saat dia melihatnya wajahnya benar-benar terkejut, Alman dan para pangeran pun ikut terkejut melihat hadiah yang diberikan oleh Dhyan.

"Hey, bukankah itu buku soal latihan untuk mahasiswa yang mengejar gelar master?" Marchel menyikut lengan Afnan dan berbisik ketelinganya. Afnan juga sedikit terkejut melihatnya, mengingat kembali bahwa Azra meraih peringkat pertama pada ujian kenaikan kelas dijajaran kelas sepuluh. membuatnya sadar bahwa ternyata Azra adalah anak yang sangat cerdas, namun melihat ekspresi terkejut dan senang Azra saat mendapatkan buku itu benar-benar diluar dugaannya, apakah Azra benar-benar sejenius itu?!

Radit yang melihat ekspresi senang dari Azra saat melihat buku itu membuatnya sedikit ngeri, Radit tidak terlihat terkejut ketika melihat hadiah yang diberikan Dhyan karena dia sudah mengetahuinya sejak awal. Saat itu dirinya dan Dhyan mencari sebuah hadiah untuk Azra dan dengan tiba-tiba Dhyan berjalan masuk kedalam sebuah tokoh buku, awalnya Radit berpikir mungkin Azra menyukai sebuah buku novel atau buku yang sejenisnya. Tapi pada saat Dhyan memperlihatkan sebuah buku yang sangat tebal dan cukup berat membuatnya tak bisa berkata-kata, setidaknya Dhyan akan memilih buku yang terlihat normal pikirnya, dan itu hanya angan-angan yang berada didalam kepalanya.

setelah Dhyan memberikan hadiahnya, Radit pun melangkah maju untuk memberikan hadiahnya juga, di ikuti oleh para pangeran Beastie King.

Alman merasa sedikit canggung dengan keadaan ini, dia tidak membawa sesuatu untuk diberikan kepada Azra, maka dari itu dia hanya mengucapkan selamat kepada Azra.

Setelah proses menyerahkan hadiah usai, tiba-tiba suara musik terdengar. Ini adalah lagu terbaik yang dimiliki oleh Band Beastie King dan merupakan lagu yang paling Azra sukai.

untuk memberikan rasa terimakasih atas perhatian yang diberikan oleh teman-temannya, Azra memutuskan untuk bernyanyi dan menghibur teman-temannya.

Radit terlihat senang malam ini, rasa kesal yang dia rasakan sejak kedatangan para pangeran telah hilang, setelah melihat kebahagian dimata Azra dan rencananya berjalan dengan lancar.

sebenarnya ada sedikit perasaan yang mengganjal dipikiran Radit, samar-samar dia mengingat saat berjalan di belakang Azra dan Alman dengan hati-hati tanpa mengeluarkan sedikitpun suara, suasananya begitu gelap namun dia dapat merasakan sebuah aurah yang seakan mencekik, lebih tepatnya seperti aurah seorang pembunuh yang membuat bulu kuduknya berdiri, langkah kakinya terhenti ketika hanya tersisa tiga langkah dari Alman dan Azra. Rencana awalnya adalah mengejutkan Azra dikegelapan sampai dia berteriak histeris dan minta tolong, tapi sepertinya itu tak dapat dia lakukan.

Dalam sepersekian detika Radit dapat melihat sebuah percikan api muncul didekat Azra, sampai akhirnya lampu menyala dan semua orang meneriakkan ucapan selamat ulang tahun kepada Azra.

Malam ini Azra terlihat berbeda dari biasanya, dia yang biasa terlihat tidak peduli dengan segala hal atau pun tidak terlalu banyak berbicara. Tapi malam ini dia begitu lepas memperlihatkan ekspresi yang sangat langka, membuat dia terlihat seperti percikan cahaya yang awalnya hanya bersinar kecil kini bersinar dengan hebatnya.

Rhyan benar-benar merasa bahwa usahanya untuk ikut merayakan ulang tahun Azra tidaklah sia-sia. Perasaannya terhadap Azra semakin lama semakin menggebu dan melihat kebahagiaan yang terpancar dimatanya membuat Rhyan berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tak akan perna membuat cahaya bahagia pada mata itu menghilang.

Jhon dan Marchel yang duduk di kursi memperhatikan situasi yang jarang sekali mereka dapati. Mereka melihat Afnan bersandar pada dinding di dekat Azra bernyanyi, yang meskipun hanya diam saja sedari tadi namun dapat terlihat jelas dimata mereka bahwa saat ini dia benar-benar menikmati suasananya.

Dan untuk Rhyan yang sedari tadi ikut bernyanyi di depan panggung kecil yang di sampingnya ada Dhyan dan Radit merasa sangat bahagia, dia benar-benar tergila-gila pada Azra, Jhon dan Marchel tidak bisa menahan senyuman mereka saat melihat Rhyan yang begitu bersemangat ikut bernyanyi.

Tapi disisi lain Alman berdiri agak jauh dari mereka semua, dia merasa seperti orang asing. Jelas sekali baginya bahwa semua orang yang berada di ruangan ini sangat menyayangi Azra, dan siapalah dirinya yang baru dekat dengan Azra beberapa hari yang lalu.

Azra yang menyadari bahwa Alman merasa sedikit canggung segera melambai kepadanya, merasa dirinya di panggil Alman menunjuk dirinya dan berkata 'Aku' dengan cepat Azra menganggukan kepalanya dan memberi isyarat kepada Alman untuk naik kepanggung bersamanya.

Rhyan yang melihat kejadian itu segera mengerutkan keningnya dengan tidak senang, bagaimana bisa saingannya bertambah, untuk bersaing dengan Afnan saja dia sudah kewalahan apa lagi jika saingannya bertambah satu.