webnovel

BAB 41

"wah ini tidak mungkin! bagaimana bisa anak seperti itu menjadi peringkat pertama?"

"Bisa saja dia melakukan sesuatu!"

"bener tuh, selama ini kan dia tidak perna terlihat memiliki otak yang encer."

seluruh siswa mulai berkerumun dan bergosib tentang siswa peringkat pertama ini. Bahkan para guru yang berkumpul di ruang guru tidak menyangka hal ini akan terjadi, belum lagi menurut mereka siswa ini adalah siswa yang biasa-biasa saja dan terlihat tidak tertarik dalam setiap pelajaran.

para pangeran kini berjalan ke arah mading untuk melihat nilai mereka. Saat para siswa melihat kedatangan para pangeran mereka segera membubarkan diri dan membiarkan para pangeran untuk melihat nilai mereka.

sama halnya dengan seluruh siswa, para pangeran tercengang melihat nama teratas di daftar nilai siswa, terutama Rhyan yang terlihat sangat syok sampai-sampai mulutnya menganga lebar membentuk auman singa yang sempurna.

*

"Akhirnya sampai juga, kita langsung ke mading saja Ra!" tanpa mendengar jawaban Azra, Dhyan kembali menarik tangan Azra dan membawanya ke arah mading, Azra hanya membiarkan sahabatnya berbuat seperti itu, dia begitu malas untuk perdebatan kedua dengan Dhyan pagi ini. Saat mereka berjalan, mereka tidak menyadari tatapan aneh dari siswa lain yang mereka lewati.

sisa beberapa langkah mereka dari mading, langkah Dhyan terhenti secara tiba-tiba dan membuat Azra yang berada di belakangnya menabrak punggung Dhyan.

"Aduh... Ada apa lagi Dhyan? kenapa berhenti tiba-tiba begini?"

"i..itu ada para pangeran!" jawabnya sambil menunjuk.

para pangeran dan seluruh siswa yang mendengar suara Azra melihat ke arah mereka berdua.

Azra kini mengarahkan pandangannya ke arah yang di tunjuk oleh Dhyan. Namun Azra merasa biasa-biasa saja, memangnya ada yang aneh jika banyak siswa yang berkumpul di depan mading untuk melihat nilai mereka? dan lagian ada apa dengan si Rhyan itu, mulutnya lagi sakit atau kekeringan? pikir Azra dalam hati.

"Aneh sekali kamu hari ini Dhyan, mereka itu berkumpul untuk melihat nilai mereka sama seperti kamu." dengan santai Azra balik menarik tangan Dhyan ke depan mading, Dhyan tak mampu berkata dan hanya mengikuti sahabatnya itu.

Tanpa mengeluarkan suara Azra berdiri di hadapan para pangeran dengan tatapan yang mengatakan kalian pergilah jika sudah melihat, sekarang giliran kami.

Afnan yang mengerti dengan tatapan itu segera mundur selangkah di ikuti oleh semua sahabatnya dan memberi ruang untuk Azra dan Dhyan melihat.

"Hey Rhyan... berhentilah melongok seperti orang bodoh!" kata Marchel sambil menyikut Rhyan. Dengan gerakan cepat Rhyan mengembalikan mulutnya ke posisi yang normal.

mengingat nilainya Dhyan sudah tidak memperdulikan kecanggungan dan keberadaan para pangeran di belakangnya, dia segera mencari namanya di daftar nilai dia melewati urutan 1-20 karena dia yakin dia tidak akan mampu berada di tingkat itu, dan dia sudah mengetahui bahwa sahabatnya akan menjadi peringkat terbaik tahun ini mengingat janjinya pada ibunya.

semakin lama Dhyan semakin deg-degan dia belum menemukan namanya di daftar kelas yang sama dengan Azra, bahkan sampai akhir dia tidak menemukan namanya, dan ternyata namanya tertera di daftar kelas selanjutnya.

"Huh.. Tahun ini kita berbeda kelas!" ucap Dhyan putus asa.

"Tidak masalah, kelas kita masih bersebelahan!" Ucap Azra menenangkan suasana hati Dhyan.

"Selamat! kamu telah menjadi peringkat pertama di tahun ini" ucap Afnan tiba-tiba kepada Azra sambil mengulurkan tangannya.

Rhyan yang melihat kejadian itu tidak tinggal diam, belum sempat jabatan Afnan ditanggapi oleh Azra, dia telah melangkah maju membelakangi Afnan dan berhadapan dengan Azra.

"Wah.. ternyata kamu anak yang sangat pintar, selamat telah mendapatkan peringkat terbaik!" Rhyan mengulurkan tangannya dan tidak lupa menebarkan pesona mematikan yang dia miliki.

Sekali lagi Azra tidak mengeluarkan sepatah kata pun, Dhyan yang melihat kejadian itu hanya memandang uluran tangan Rhyan dengan iba, tidak mungkin Azra akan menanggapi uluran tangan itu. Apakah Rhyan tidak perna sadar? bahwa Azra benar-benar orang yang sangat anti sosial. Meskipun mereka perna menyelesaikan suatu persoalan bersama, tapi itu tidak bisa dijadikan dasar oleh Azra untuk berteman dengannya.

setelah beberapa detik Azra tak kunjung menanggapi uluran tangan Rhyan, dia bahkan memegang tangan Dhyan dan berlalu begitu saja.

"Ternyata aku anak yang pintar? cih.. memangnya aku terlihat bodoh?" gumam Azra saat berlalu meninggalkan tempat itu bersama Dhyan.

"liat tuh belagunya cewe nggak tau diri, udah diberi selamat malah sok!"

"Bener... nggak tau diri banget sih, para pangeran kan cuman salut saja dengan peringkat yang dia peroleh!"

"palingan dia curang tuh biar dapat peringkat pertama!"

Mendengar ucapan dari siswi-siswi di belakang mereka, Rhyan merasa jengkel.

"Kalian kalau iri nggak usah ngomongin orang di belakang! belajar sana, otak kalian saja yang bego nggak perna di pake!" ucap Rhyan ketus dan meninggalkan rombongan siswi-siswi yang menyebalkan itu.

mereka hanya terdiam mendengar ucapan pangeran Rhyan, baru kali ini pangeran Rhyan berbicara seperti itu kepada mereka. Ini semua karena cewe belagu nggak tau diri itu, awas saja entar. Pikir para siswi itu dalam hati mereka.

setelah Rhyan pergi ketiga pangeran lainnya juga meninggalkan tempat itu.

*

sekarang sudah pukul sebelas tepat, hanya beberapa siswa yang berada di sekolah karena tak ada jam belajar. Hanya siswa yang mengikuti remedial yang tinggal untuk memperbaiki nilainya.

Azra hanya berdiam diri di taman sendirian, duduk dan mendengarkan lagu dari alat perekamnya. Sahabatnya Dhyan sudah pulang dari jam sepuluh tadi, dia mendapat telpon dari bosnya.

dari arah belakang Azra seseorang memperhatikannya dari tadi, dengan ragu dia melangkah mendekat secara perlahan. Dia duduk di samping Azra tanpa Azra sadari, dia memandangi Azra dengan pandangan yang berarti selama beberapa menit.

menyadari ada sesuatu di sampingnya Azra membuka matanya dan menoleh ke samping kanan, mata mereka saling beradu selama beberapa detik. Seketika wajah orang itu memerah.

"Rhyan!" ucap Azra kemudian dan secara spontan berdiri dari duduknya.

"Sejak kapan kamu berada disini?"

"Baru saja, duduklah kembali aku nggak akan nyakitin kamu!" katanya sambil menepuk tempat semula Azra duduk.

setelah berapa lama berpikir Azra memutuskan duduk kembali, tapi tetap tidak memperdulikan keberadaan Rhyan di sampingnya.

"Sebenarnya aku ingin meminta bantuanmu!" Rhyan berusaha berbicara langsung ke intinya.

"Bantuanku? untuk apa?"

mendengar jawaban Azra, Rhyan menjadi bersemangat, baru kali ini Azra menanggapi ucapannya.

"Kami sangat membutuhkanmu dalam pembuatan album terbaru kami, kumohon bergabunglah dalam band kami untuk kali ini saja!"

"Apa? bukankah sebelumnya aku telah menolak, masih banyak cewek lain yang lebih baik dari aku, dan sekali aku bilang tidak ya tidak!"

"Nggak bisa Ra, jika bisa menemukan yang lebih baik, nggak mungkin aku nawarin hal ini ke kamu. Please Azra bantuin kami, album kami sempat tertunda selama beberapa bulan juga karena siapa coba?" Rhyan sengaja mengungkit kejadian penculikan Azra yang terjadi beberapa waktu yang lalu.

"Kamu..." Azra tak mampu berkata mendengar ucapan Rhyan. Memang benar para pangeran perna menyelamatkannya dalam bahaya sampai mempertaruhkan nyawa mereka.

Rhyan terus menatap Azra dengan tatapan memohon, wajahnya kini seperti sosok bayi yang menginginkan sesuatu, begitu menggemaskan sampai membuat wanita yang melihatnya seakan meleleh karenanya.